MY DEAR KARENINA

Bisma pun sampai di depan rumah sakit yang ditujukan, dia langsung berlari menuju bagian pendaftaran dan menanyakan pasien atas nama Nina. "Maaf Mas, untuk hari ini belum ada nama pasien atas nama Karenina Maulida," ucap Suster itu.

"Masih sih Sus? tadi ada perawat yang memberitahu saya kalau Nina dibawa ke rumah sakit ini," sahut Bisma bingung.

"Coba deh suster cek lagi dengan teliti," sambung Bisma tidak percaya.

"Baik, sebentar ya, Mas."

Suster itu kembali mengecek nama pasien yang masuk pada hari itu. Pada saat Bisma sedang menunggu, dari ruangan IGD Nina muncul bersama Dr.Ami dalam keadaan masih tidak sadarkan diri. Dr.Ami menghampiri bagian pendaftaran.

"Sis, tolong daftarkan atas nama KARENINA Maulida takutnya nanti keluarganya mencari," ucap Dr.Ami.

Bisma kaget dan langsung menoleh, ternyata itu memang Nina. "Ya Allah, Nina!" pekik Bisma.

"Maaf, anda siapa?" tanya Dr.Ami.

"Aku temannya Nina, Nina sakit apa, Dok?" tanya Bisma penasaran.

Dr.Ami terdiam. "Nanti saya beri tahu, sekarang Nina harus segera mendapatkan penanganan karena kondisinya sudah sangat menurun. Sus, cepat bawa pasien ke ruangan pemeriksaan," ucap Dr.Ami.

"Baik, dokter."

Mereka pun bergegas membawa Nina, tentu saja Bisma mengikuti mereka. "Maaf, Mas tunggu dulu di sini jangan ikut masuk," ucap Suster.

Bisma pun terpaksa menunggu di luar, tidak lama kemudian Venna dan Nino datang. "Mana Nina?" tanya Nino dengan wajah paniknya.

"Sedang diperiksa," sahut Bisma.

"Ngomong-ngomong kalian tahu dari mana Nina ada di sini?" tanya Bisma bingung.

"Dr.Ami yang menghubungi kita, Nak," sahut Mama Venna.

Nino terlihat mondar-mandir di depan pintu ruangan pemeriksaan. Nino terlihat sangat khawatir dengan keadaan adiknya, karena Dr.Ami sudah mengatakan jika keadaan Nina sudah menurun. Bisma memperhatikan Nino dan juga Venna, dia merasa sangat bingung melihat keduanya begitu sangat khawatir.

"Maaf Tante, sebenarnya Nina sakit apa? kenapa kalian terlihat sangat khawatir seperti itu?" tanya Bisma ragu-ragu.

Venna dan Nino saling pandang satu sama lain, mereka bingung harus menjawab apa sedangkan mereka sudah janji kepada Nina untuk tidak memberitahukan masalah penyakitnya kepada Bisma. Bisma yang melihat keduanya diam, semakin penasaran dengan keadaan Nina. Dia yakin ada yang disembunyikan oleh Venna dan juga Nino.

Satu jam kemudian, pintu ruangan terbuka. "Dok, bagaimana keadaan Nina?" tanya Nino.

"Saat ini kondisi Nina menurun, bahkan sudah di fase mengkhawatirkan," sahut Dr.Ami.

"Terus bagaimana, Dok?" tanya Mama Venna dengan deraian air matanya.

"Pokoknya mulai sekarang Nina harus bad rest dan berhenti bekerja karena kalau tidak, bisa berakibat fatal dan jika sudah sangat parah, Nina harus melakukan transplantasi hati," jelas Dr.Ami.

Venna menutup mulutnya karena merasa sangat kaget, sedangkan Nino hanya bisa mengusap wajahnya kasar. Bisma yang tidak tahu apa-apa semakin penasaran dengan penyakit yang diderita Nina. "Untuk saat ini Nina harus rutin melakukan terapi medis jangan lupa minum obat, karena selama ini Nina sudah jarang datang ke rumah sakit untuk kontrol dan terapi dan itu menjadi penyebabnya," ucap Dr.Ami.

"Dok, Nina sakit apa?" tanya Bisma geram karena dari tadi tidak ada yang menjawab pertanyaannya.

Dr.Ami menoleh ke arah Venna dan Nino mencari persetujuan dari mereka. Nino mengangguk pelan sebagai jawaban bahwa Dr.Ami boleh memberitahukan kepada Bisma mengenai penyakit Nina. "Nina mengalami sirosis," sahut Dr.Ami.

"Sirosis, apa itu, Dok?" tanya Bisma kembali.

"Sirosis adalah penyakit hati yang ditandai dengan peradangan dan kerusakan jaringan hati secara kronis, menyebabkan pembentukan jaringan parut dan gangguan fungsi hati," jelas Dr.Ami.

Bisma membelalakkan matanya, kenapa dia baru tahu sekarang. "Apa Nina bisa sembuh?" tanya Bisma kembali.

Dr.Ami menggelengkan kepalanya. "Tidak ada definisi sembuh dalam sirosis namun penyakitnya bisa dicegah dengan terapi medis dan obat-obatan supaya tidak semakin parah," sahut Dr.Ami.

Lemas sudah tubuh Bisma, selama ini Bisma sudah salah paham kepada Nina. Bahkan Bisma dengan kejamnya selalu memperlakukan Nina dengan kasar. Selama ini Nina pura-pura terlihat kuat dan sehat padahal pada kenyataannya Nina sedang mengalami penyakit.

"Kalau begitu saya permisi dulu, saat ini Nina sedang istirahat jadi biarkan dia istirahat dan jangan diganggu dulu," ucap Dr.Ami.

"Baik dok, terima kasih," sahut Nino.

Nino dan Venna pun segera masuk ke dalam ruang rawat Nina. Perlahan Bisma pun ikut masuk dan melihat keadaan Nina yang saat ini sedang terbaring dengan wajah pucatnya. Hatinya begitu sakit melihat kondisi wanita yang sangat dia cintai tak berdaya seperti itu.

Mata Bisma berkaca-kaca, Nino menepuk pundak Bisma. "Tidak apa-apa, Nina wanita kuat jadi kamu tidak usah khawatir," ucap Nino dengan suara serak menahan tangisan.

"Sejak kapan Nina mengalami sirosis?" tanya Bisma.

"7 tahun yang lalu," sahut Nino.

"Apa? kenapa dia tidak mengatakannya kepadaku?" kesal Bisma.

"Justru itu, setelah dia divonis mengidap sirosis, dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan dia denganmu. Sebenarnya Nina tidak jahat, salah jika kamu membenci dia karena dia sudah memutuskanmu tanpa alasan. Sebenarnya, dia memutuskanmu karena dia tidak mau menyusahkanmu, dia tahu jika usia dia tidak akan lama dan tidak akan bisa mendampingi kamu sampai tua maka dari itu dia memilih mengakhiri hubungannya denganmu dengan alasan supaya kamu membencinya dan cepat melupakan Nina," jelas Nino.

Luruh sudah air mata Bisma, dia baru tahu alasan Nina memutuskannya. "Kamu tahu, ini semua berat untuk Nina. Dia itu sangat mencintai kamu tapi dia tidak mau menyusahkan dan membuat kamu sedih makanya dia melakukan semua itu," jelas Nino kembali.

"Kenapa Nina tidak jujur kepadaku? mau berapa lama pun dia hidup, aku akan tetap mendampingi dia," sahut Bisma dengan deraian air mata.

"Justru Nina ingin melihat kamu bahagia dengan orang yang tepat. Nina berharap kamu bisa menemukan wanita yang bisa mendampingimu sampai akhir hayat dan bisa memberimu keturunan, sedangkan Nina mungkin tidak akan bisa seperti itu," ucap Nino dengan suara yang tercekat di tenggorokan.

Bisma terduduk lemas, dia menutup wajahnya dengan tangan bahkan pundaknya bergetar hebat menahan rasa sakit. Semua ini merupakan kenyataan pahit untuk Bisma, seandainya Nina bisa jujur dari awal mungkin Bisma tidak akan terus-terusan menyalahkan Nina. Yang lebih menyakitkan lagi, selama ini Bisma sudah bersikap kasar kepada Nina.

"Sudah Nak, lebih baik sekarang kamu do'akan Nina supaya Nina bisa kembali pulih karena untuk saat ini yang dibutuhkan Nina hanyalah dukungan dari kita semua," ucap Mama Venna.