Albert Smirt, mafia kejam yang ditakuti semua orang. Dan yang membuat kita tahu bahwa mafia ini juga sering bermain dengan wanita mal4m maupun wanita pengh1bur untuk memenuhi kebutuhannya. Namun saat ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama Bella/Bellinda dari sebuah insiden, membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama dan merubah dirinya menjadi pria yang sangat posesif hingga membuatnya candu. Bagaimana selanjutnya?
"Kita mulai yah!" kata Albert.
"Tapi, mungkin ini sakit," ucap Bella.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Jadi kita mulai yah!" ucap Albert sekali lagi yang di jawab anggukan kepala oleh Bella.
penasaran? yukk baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aery_your, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suara tembak4n yang menakutkan
Sementara di tempat lain, Albert dengan para bodyguard-bodyguardnya sedang berada di halaman belakang. Ia sedang bermain dengan senjatanya. Salah satu pria memasang beberapa botol dan buah apel yang diletakkan diatas nakas.
Dan dengan wajah datarnya, Albert menaikkan senjatanya dan mengarahkannya ke arah apel dan botol itu secara bergantian.
Dorr
Dorr
Prankk
Dorr
Prankk
Suara tembak4n dan suara botol pecah terdengar. Hingga orang-orang disana mengerti bahwa sang tuan mafia sedang asik dengan benda kesayangannya. Beda dengan Bella, ia melonjak kaget dan bergidik ngeri mendengar suara itu. Hingga ia refleks memegang tangan Mika.
"Mik.. " panggil Bella gemetar.
"Ada apa dengan Nona? Kenapa Nona gemetar seperti ini?" tanya Mika yang juga panik melihat kondisi nonanya.
"Su suara itu Mik."
Dorr!
"Ahh Mika."
"I iya Nona."
"Apa pria kulkas tujuh pintu itu sedang mengh4bisi banyak orang lagi? Ke kenapa dia menemb4k begitu banyak?"
"Apa, a anu Nona."
Bukk
Belum Mika menjelaskan, Bella sudah jatuh pingsan. Bukan karena takut dengan suara tembak4n. Bella mengingat kejadian dimana Albert menemb4k seseorang di depan matanya waktu itu.
Mika yang terkejut langsung menahan tubuh Bella dan berteriak, "TOlONG!" Ketiga pria yang melihat mereka juga ikut terkejut saat melihat Bella terhuyung dan ditahan oleh Mika.
"Dia kenapa?" tanya Frans dan dengan cepat ia berlari keluar disusul oleh Joe dan Mark.
Sesampai diluar Frans membopong tubuh Bella masuk kedalam mansion. Sedangkan Joe langsung menghampiri Albert untuk memberitahukannya.
"Albert. ALBERT!" teriak Joe saat sampai dihalaman belakang.
Albert tak menggubrisnya, ia malah asyik menemb4k papan sasaran, "Albert, Bella pingsan."
Mendengar itu Albert langsung menatap Joe lalu membuang senjatanya dan berlari masuk ke mansion meninggalkan Joe mematung.
"Segitu khawatirnya Albert dengan gadis itu? Apa Albert benar-benar cinta sama Bella?" ujar Joe.
Sesampai dikamar, Albert dengan cepatnya mendorong Frans yang duduk di samping Bella. Sontak Frans menyingkir. "Ada apa ini?" tanya Albert menatap Mika.
Mika menunduk lalu menjawab, "Di dia pingsan Tuan saat mendengar suara tembak4n."
"A apa?" pekik ketiga pria itu. Mereka kira Bella pingsan karena sakit, ternyata dia pingsan karena mendengar suara tembakan. Wah.. bagaimana ini? Dia akan selalu mendengar suara-suara itu setiap hari dan setiap saat. Karena bella sudah masuk ke dunia mafia. Ia akan dihadapkan oleh beberapa masalah.
"Hanya karena suara tembak4n dia pingsan? Hahha nggak lucu," pekik Joe.
"Huss, diam kau! Cepat panggil Dimas kemari!" perintah Frans.
"Baik!" Joe pun mengambil ponselnya lalu menghubungi Dimas untuk segara ke mansion-nya.
***
Di tempat yang berbeda, Pablo bersama beberapa pria berpakaian hitam tengah berada di markas mereka. "Gimana, ada kabar baik, Rang?" tanya Pablo pada Rang, asisten pribadinya yang telah lama membantu Pablo dalam misi menghancurkan klan Smirt. Rang adalah sosok yang lebih tua dari Pablo dan sangat dipercayai olehnya.
"Iya, Tuan. Sekarang Albert tinggal bersama seorang wanita," jawab Rang.
"Wanita?" Pablo mengerutkan kening, penasaran.
"Iya, Tuan. Menurut penyelidikan kami, wanita itu dibantu oleh Albert karena masalah hutang piutang." Rang menjelaskan lebih lanjut.
Pablo menyunggingkan senyum penuh arti, "Wah, gue baru tahu kalau Albert punya hati juga. Siapa wanitanya?"
"Ini wanitanya, Tuan," sambil menyodorkan lembaran foto.
Pablo mengambil lembaran foto tersebut dan terkejut saat melihat wajah yang ada di foto. "Bella," gumamnya, heran. Dia tak menyangka bahwa wanita itu adalah Bella mahasiswi cantik dan cerdas di universitasnya.
"Apa, Tuan mengenalnya?" tanya Rang, melihat ekspresi Pablo yang berubah.
Dalam hati, Pablo teringat akan kenangan manis dan pahit bersama Bella. "Ya, aku mengenalnya. Tapi, kita harus tetap melanjutkan misi kita, Rang. Jangan biarkan rencana yang sudah gue atur sia-sia. Dan yah, wanita ini bisa jadi uji percobaan gue untuk menghancurkan Albert," ucap Pablo dengan nada yang berbeda, tegas.
"Apa Tuan benar-benar mengenalnya?" tanya Rang sekali lagi.
Pablo berdehem lalu menaruh foto itu diatas meja lalu berpangku tangan. "Dia teman kuliah gue," jawab Pablo menyeringai.
"Oh begitu." Rang mengangguk mengerti.
***
Kita kembali ke mansion Albert yah!
Bella menghela napas panjang. Ia bangun lalu menyandarkan punggungnya di dipan tempat tidur. Saat ini ia sudah sadar.
"Bagaimana perasaan anda Nona?" tanya Dimas yang masih berada didalam kamar bersama Mika. Sedangkan ke tiga pria lainnya, yaitu Frans, Mark dan Joe sudah kembali ke kerjaan mereka masing-masing. Beda dengan Albert, ia kekamar untuk bersih-bersih.
"Kepala saya pusing Dok," jawab Bella memegang kepalanya.
Dorrr
Seketika suara tembakan terdengar di telinga Bella. Membuat Bella kembali teriak.
"AHHHH!"
"A-apa yang terjadi, Nona?" tanya Mika dan Dimas bersamaan, kepanikan tergambar jelas di wajah mereka.
"T-tembak4n," jawab Bella dengan nada gemetar.
Dimas menghela napas panjang, lalu kembali duduk di tempatnya. "Nona, tampaknya Anda memang harus beristirahat. Nanti saya akan memberikan obat penenang untuk Anda. Dan yang perlu Anda ingat, saat ini Anda berada di dunia mafia. Anda harus belajar untuk tetap tenang ketika mendengar suara tembak4n seperti itu," ucap Dimas dengan tegas, namun tetap lembut.
"I-iya, Dok. Tapi, aku takut. Aku takut saat pria kulkas tujuh pintu itu menemb4k kepala orang lagi," ungkap Bella dengan suara bergetar. Bella merasa jantungnya berdebar kencang dan tangannya berkeringat.
Apakah Bella bisa bertahan di dunia yang begitu kejam ini? Apalagi dunia seperti ini?
Mendengar itu, Dimas tersedak air liurnya. Ia tampak kesal, mungkin karena Albert. Tapi di sisi lain, Dimas menyadari bahwa semua ini bukan sepenuhnya salah Albert.
"Nona Bella, denger yah. Anda harus kuat! Jangan seperti ini terus, nanti Nona jadi stress atau malah depresi. Apakah Nona mau, kalau seperti itu? Kalau Nona seperti itu, Nona juga bisa jadi gil4." Dimas coba menguatkan Bella dengan nada serius.
Segera Bella menggeleng cepat, "Gak, Dok. Aku pasti bisa kuat. Aku nggak ingin stress apalagi bisa jadi gil4."
Senyum merekah di wajah Dimas mendengar respons itu. "Nah, gitu dong. Sekarang coba Nona Bella istirahat, biar lebih segar!"
"Iya, Dok. Makasih banyak ya," Bella mengucapkan dengan lega.
Dari samping, Mika menyela, "Makasih juga ya, Dokter Dimas."
"Oke, Mik. Jagain dia baik-baik!" ucap Dimas sambil melangkah keluar dari kamar.
"Selamat beristirahat, Nona," pamit Dokter Dimas dan seger keluar dari kamar itu.
Mika yang masih berada di dalam kamar Bella tersenyum manis berkata, "Nona, istirahatlah. agar Nona segera pulih. Nanti kalau Nona sakit, aku yang akan di hukum Tuan Albert."
Bella menoleh menatap Mika. ia mengangguk dan segera beristirahat.