NovelToon NovelToon
Benih Pengikat Kaisar

Benih Pengikat Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / CEO / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Percintaan Konglomerat
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Satu tahun menikah, tapi Sekar (Eka) tak pernah disentuh suaminya, Adit. Hingga suatu malam, sebuah pesan mengundangnya ke hotel—dan di sanalah hidupnya berubah. Ia terjebak dalam permainan kejam Adit, tetapi justru terjatuh ke pelukan pria lain—Kaisar Harjuno, CEO dingin yang mengira dirinya hanya wanita bayaran.

Saat kebenaran terungkap, Eka tak tinggal diam. Dendamnya membara, dan ia tahu satu cara untuk membalas, menikahi lelaki yang bahkan tak percaya pada pernikahan.

"Benihmu sudah tertanam di rahamiku. Jadi kamu hanya punya dua pilihan—terima atau hadapi akibatnya."

Antara kebencian dan ketertarikan, siapa yang akhirnya akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Ka, aku janji, kamu akan menjadi satu-satunya wanita dalam hidupku. Jadilah istri dan ibu dari anak-anakku. Aku akan menjaga kalian selamanya.

Bait demi bait janji yang dulu diucapkan Adit saat melamarnya kini terus berputar di benak Eka. Meskipun ia bersalah, apakah tidak ada kesempatan kedua untuknya? Mengapa Adit tidak membelanya? Mengapa ia bahkan tidak menolak keinginan orang tuanya untuk menikah dengan Nadin? Apa benar dirinya telah dibuang hanya dalam satu malam?

Mengumpulkan keberanian, Eka melangkah mendekati Adit.

"Mas, semalam kamu yang memintaku datang ke hotel itu. Aku tidak tahu kalau kamar itu—"

"Cukup, Eka! Kamu sudah kotor," ucap Adit dengan nada tinggi, seolah jijik hanya dengan melihatnya.

Eka menelan ludah kasar, tapi matanya justru tertuju pada tangan Adit yang kini menggenggam tangan Nadin.

"A-apa karena kesalahan yang tidak sengaja aku perbuat, kamu langsung berpaling pada wanita lain, Mas?" Suaranya bergetar. "Selama ini kita saling mencintai. Tiga tahun kita bersama, tapi hanya karena satu kesalahanku, kamu begitu mudah meninggalkanku?"

Eka berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan Adit, berharap masih ada ruang di hati suaminya untuk memaafkan. Ia memang telah ternoda, tapi apakah semua kenangan mereka tidak berarti? Namun, harapannya hancur seketika saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya.

"Hah? Apa kamu tidak pernah berpikir kenapa aku tidak pernah menyentuhmu sejak kita menikah?"

Eka terdiam. Ia menggigit bibir, mencoba menelan sesak yang memenuhi dadanya.

"Kamu hanya tidak suka dengan bau badanku, kan, Mas? Aku berjanji akan merawat diriku lebih baik lagi," sahutnya dengan suara nyaris putus.

Adit berdiri dari tempat duduknya, menatap Eka dengan tatapan dingin. Sudut bibirnya tertarik ke atas seolah mengejeknya. "Kamu yakin hanya itu?"

"Lalu apa?" tanyanya polos.

Adit mengangkat tangannya yang kini bertautan dengan Nadin. "Karena dalam hidupku, aku hanya mencintai Nadin. Tiga tahun lalu, maaf, aku tersesat olehmu dan memutuskan untuk menikahimu. Tapi satu tahun ini, Nadin kembali padaku dan aku sudah memutuskan untuk bersamanya. Tidak hanya itu, kami akan segera memiliki momongan."

Eka merasa dunianya runtuh dalam sekejap. Tubuhnya membeku, pikirannya kosong. Kata-kata Adit terus terngiang di kepalanya, mengiris perasaannya lebih dalam daripada yang bisa ia bayangkan.

"Tiga tahun lalu aku tersesat olehmu..."

Kalimat itu menggema berulang kali, mencabik setiap harapan yang tersisa di hatinya. Jadi, selama ini ia hanyalah kesalahan bagi Adit? Hanya persinggahan sementara sebelum pria itu kembali pada cinta yang sebenarnya?

Eka menatap tangan mereka—Adit dan Nadin—bertaut erat, seakan tidak ada celah di antara mereka. Pandangannya mulai kabur, tapi ia menolak untuk menangis di hadapan mereka. Tidak lagi.

Ia menarik napas dalam, berusaha meredam guncangan di dadanya. "Jadi... sejak awal, aku tidak pernah ada di hatimu?"

Adit menghela napas malas, seolah merasa percakapan ini membuang waktunya. "Kamu istri yang baik, Eka. Tapi hanya untuk mengurus keluarga ini dan aku tidak pernah mencintaimu."

Seketika, Eka merasa kakinya lemas. Seandainya ada sesuatu yang bisa menopangnya, mungkin ia tidak akan jatuh sekarang. Namun, hatinya yang lebih dulu hancur membuat tubuhnya nyaris tidak mampu berdiri.

Nadin, yang sedari tadi hanya tersenyum puas, akhirnya angkat bicara. "Lebih baik kamu pergi, Eka. Jangan buat dirimu semakin menyedihkan."

Kalimat itu menusuk.

Tapi anehnya, Eka tidak marah. Tidak juga menangis.

Sebaliknya, ia justru tersenyum kecil. Bukan senyum bahagia, melainkan senyum yang penuh dengan kepedihan yang sudah tak bisa lagi ditahan.

Sementara itu, mertua dan adik iparnya tertawa terbahak-bahak seolah-olah sedang melihat lelucon.

"Kamu itu harusnya tahu diri, Eka. Selama ini sudah membiarkan kamu masuk dalam keluarga ini dan menjadi bagian dari keluarga ini meskipun seperti pembantu," sindir Yuni.

"Benar, Kak Eka. Kalau kamu nggak mau pergi dan merestui kakakku, kamu bisa kok tetap di sini, menjadi pembantu gratis kami," sahut Rina.

Eka menggenggam erat tangannya. Selama ini, ia sudah sabar dihina dan dipaksa bekerja demi mendapat tempat di hati keluarga Wirawan atau setidaknya membuat Adit melirik ke arahnya. Tapi sekarang, setelah ia mengetahui kebenarannya, ia langsung menghampiri Rina yang tak jauh darinya dan menampar gadis itu tanpa ragu.

"Berani sekali kamu menamparku?!" Rina memegang pipinya yang panas dengan mata melotot penuh amarah.

Yuni yang berada di dekat sang anak langsung menolong, ia merasa tidak terima dan hendak membalas tamparan itu, tetapi Eka lebih dulu membaca gerakannya. Dengan sigap, ia menangkisnya.

"Jadi kalian semua sudah tahu hubungan Mas Adit dengan wanita itu?" tanya Eka tajam sembari menahan tangan Yuni.

Yuni tertawa lebih kencang sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Eka, "Kamu hanya wanita bodoh dari desa yang dibutakan oleh cinta. Jadi kalau kami tahu tentang hubungan mereka, memangnya kenapa?"

Eka merasakan amarahnya semakin memuncak. "Jadi karena ini kalian semua menjadikan aku pembantu, bukan sebagai istri Adit?"

"Awalnya kami menerimamu, tapi anakku lebih menyukai Nadin, jadi kami bisa apa? Aku lihat kamu bisa dimanfaatkan di sini, jadi..." Yuni menghentikan kalimatnya sejenak lalu melanjutkan dengan nada penuh penghinaan. "Apa aku perlu menjelaskan semuanya?"

Kesabaran Eka sudah di ujung tanduk. Tanpa ragu, ia mendorong Yuni hingga tersungkur di lantai.

Adit yang sejak tadi diam di sisi Nadin, segera melangkah maju dan menatap Eka dengan tatapan penuh amarah. "Jangan keterlaluan, Eka!" Tanpa peringatan, ia mendorong Eka hingga tersandung ke belakang, membuatnya jatuh ke lantai.

Eka mendongak, menatap Adit dengan mata berkaca-kaca. Tapi kali ini, bukan karena rasa sakit, melainkan karena kesadaran bahwa tidak ada lagi yang bisa dipertahankan. Eka bangkit lalu berkata, "Kamu bilang aku keterlaluan? Kamu dan keluarga kamu selama ini sudah membuatku seperti badut, kamu bilang aku keterlaluan?"

"Apa aku pernah memintanya? kamu melakukannya dengan suka rela!"

"Kamu benar, aku melakukannya dengan suka rela karena aku sudah buta," sahut Eka.

"Jika kamu sadar untuk apa kamu melampiaskan semua ini pada kami? Kamu yang bodoh, Kakak Ipar!" sahut Rina yang sudah tidak tahan lagi.

Eka mendekati Rina penuh kemarahan, membuat gadis itu mundur perlahan. Nadin yang melihat itu langsung melindungi Rina. "Aku rasa setelah semalam melayani lelaki, kekuatanmu semakin bertambah."

Eka menghentikan langkahnya sejenak. "Apa kamu bilang?"

Nadin menarik sudut bibirnya. "Aku mewakili Adit mengucapkan terima kasih karena jasamu. Perusahaan kami akan memenangkan tender untuk mengerjakan proyek perumahan."

"Apa maksudmu? Bicara yang jelas!" tekan Eka dengan jantung berdegup kencang.

Meskipun dirinya orang desa, tapi Eka juga pernah mengenyam pendidikan hingga sarjana, karena saat itu dirinya bisa berkenalan dengan Adit dan menjalin kasih, hingga satu tahun lalu setelah lulus ia melepas niat berkarirnya dan memilih menjadi ibu rumah tangga, jadi dirinya bukan wanita bodoh yang tidak paham situasi.

"Apa lagi? Kamu sudah tidur dengan salah satu pejabat kota, dan itu sebagai jaminan agar perusahaan kami bisa memenangkan tender untuk membangun proyek perumahan yang nilainya fantastis."

Saat Eka mundur satu langkah mendengar fakta barusan, satu keluarga itu kini kembali tertawa penuh kemenangan.

Sayangnya, tawa itu tidak berlangsung lama. Ponsel Adit berdering, memperlihatkan asisten pejabat kota itu memanggilnya. Adit mengangkat telepon dengan santai, tetapi seketika ekspresinya berubah. Wajahnya yang penuh kemenangan tadi mendadak menegang, seolah baru saja mendengar sesuatu yang tidak seharusnya.

"Apa?"

1
Dia Fitri
/Ok/
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Muslika Lika
Ya ampun patkaai..... imajinasi mu lho thor.... melanglang buana....
Muslika Lika: bener bener si eka eka itu ya.....😂
Hayurapuji: hahhaha, dia dipanggil anak buahnya Pak kai, nah si eka kepleset itu lidahnya jadi Patkai
total 2 replies
@Al🌈🌈
/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!