LF: License to Fight
Dia memang seorang pria biasa, dia juga hanyalah pria yang ingin bebas dari pekerjaan penting nya. Apapun segala hal yang dia lakukan adalah hal yang nyata. Tanpa tugas, tanpa izin, dia bisa menjadi apapun.
Sepenuhnya menceritakan seorang Samuel yang bernama asli Ah-Duken. Dia hanyalah Pria yang harus menangani berbagai kasus yang tidak masuk akal, jika kasus nya tidak masuk akal, maka pekerjaan nya semakin tidak masuk akal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 Rekan
Tampak banyak nya mobil polisi mengepung tempat itu, memasukan satu persatu orang yang menjadi tersangka di sana.
Samuel menatap sekitar tapi tiba tiba ponselnya berbunyi membuat nya melihat dari siapa, itu hanyalah nomor saja membuat nya bingung lalu mengangkat ponselnya itu.
"Halo?"
"Samuel!!" tiba tiba suara wanita berteriak sangat senang memanggil nama nya itu.
Hal itu membuat Samuel terkejut mendengar suara itu dengan keras, dia bahkan hampir mengalami kuping berdarah.
"Sialan.... Berani sekali berteriak begini!" dia marah.
"Huh, aku yang seharusnya marah sekarang!! Kau pergi selama beberapa tahun meninggalkanku!! Dan sekarang kau benar benar menjadi kesal ketika aku menghubungi mu, apa kau tahu perjuangan ku untuk mendapatkan nomor ponsel mu ini!! Aku sungguh ingin bertemu dengan mu!! Kau itu benar benar menyusahkan!" wanita itu juga ikut marah marah membuat Samuel terdiam kaku.
"Sial.... Aku tak ada hubungan apapun dengan mu, titik!" teriaknya, lalu dia menutup panggilan, karena tertelan amarah, dia hampir melemparkan ponselnya, tapi ia tak jadi melakukan nya.
Lalu Erick datang mendekat membuat Samuel menoleh sambil menghela napas panjang. "Sebaiknya kita cari besok saja, yang penting kita sudah menahan mereka," kata Samuel pada Erick yang mengangguk serius.
Mereka memutuskan mencari lanjutan untuk esok hari dan sekarang Samuel berada di rumah nya.
"Hng.... Hoam~" Samuel membuka mulutnya menguap lebar sambil duduk di sofa dan minum kopi melihat pagi dari jendela depan nya. Dia terlihat seperti pria yang malas dan menganggur. Dengan penampilan seperti itu, tak jarang dia diragukan semua orang padahal kemampuan nya seperti detektif dewa.
"Hm... Inilah yang harus kulakukan, sangat nyaman... Aku sudah tak mau berpikir lagi... Aku akan ke bar dan-
BRAK---
Tiba tiba atap di sampingnya hancur membuatnya terkejut. Muncul beberapa orang agen LF.
"Tangkap dia," mereka berteriak menodongkan senjata setelah turun dari atapnya.
"Hei... Apaan ini!!!" Samuel terkejut berdiri tapi tiba tiba 2 orang LF itu menahan kedua lengan nya di belakang.
"Tuan Samuel anda harus ikut kami," kata mereka.
"Apah.... Akh... Lepaskan aku!!!!" Samuel berteriak tapi dengan cepat tubuhnya sudah terikat membuatnya terkaku tak percaya.
"Panggil helikopter," mereka mengisyaratkan yang lain.
"Dah lah... Hidupku tak bisa santai," Samuel terdiam pasrah dengan wajah yang dingin. Lalu mereka menutup kepalanya dengan penutup kepala.
-
Penutup kepala Samuel terbuka dengan tatapan datar karena dia memang sudah tahu situasinya. Ia sudah duduk di sofa dan di depan ada seorang wanita yang tersenyum merayunya. Dan Samuel sendiri terikat tangan nya ke belakang dengan borgol besi.
Dia masih menatap dingin wanita itu.
"Oh... Bener... Aku ketangkap... Heeee," dia mengatakannya dengan lesu seperti sudah terbiasa dengan wanita itu.
"Kau tidak terlihat biasa saja melihat wanita sepertiku, apa kau tidak tertarik dengan wanita... Kau belok?" tatap wanita itu dengan wajah seksinya.
"Sebaiknya tutup mulutmu... Aku lebih suka gadis muda yang masih perawan," Samuel membalas dengan mata berpanda karena terlalu lelah setelah kejadian lalu.
"Huh, dasar selera om om.... Kau benar benar polisi yang buruk dan hanya mengincar gadis, dasar...."
"Ck, bisa saja langsung intinya... Kita sudah lama tidak bertemu dan kau membuat pertemuan ini begitu sangat aneh, aku itu sangat lelah..."
"Yah... Aku tahu kau lelah.... Tapi harus kah kau menutup panggilan ku begitu saja!! Apa kau tahu betapa susahnya aku mencari nomor telepon mu!! Setelah beberapa tahun hilang, kau benar benar sangat berbeda, padahal dulu kau begitu lemah lembut bahkan sikap mu sangat polos, kenapa sekarang kau benar benar buruk sekali dalam hal sikap?!" wanita itu menatap kecewa.
Samuel terdiam, dia lalu menghela napas panjang pasrah. "Seseorang bisa berubah, jangan sangkut kan aku dengan masa lalu, aku sudah muak dengan hal itu... Sekarang katakan padaku, apa kau menculik ku begini hanya karena ingin bertemu dengan ku saja?" Samuel menatap.
"Tidak juga, ada orang yang ingin bertemu dengan mu dan mungkin kamu bisa menganggap ini misi," balas wanita itu.
"Huh?" Samuel terdiam bingung.
"Aku menculik mu, karena ada seseorang yang memiliki agen khusus yang ingin bertemu denganmu, dia menginginkan kemampuanmu menyelesaikan sebuah kasus yang baru baru ini."
"Siapa dia?"
"Knith... Dia akan menggantikan ku, dan untuk meyakinkan nya bahwa kau pernah disini adalah menunjukan skill mu dalam mengerjakan kasus ini," wanita itu memberikan dokumen di meja Samuel. Lalu seorang penjaga melepas ikatan tangan Samuel.
Samuel bisa mengambil dokumen itu dan membukanya.
"Satu hari yang lalu Robert... Putra dari Smith dan Hint meninggal di kursi nya... Dengan keadaan tak bernyawa dan mata terbuka seperti masih hidup. Tak ada tanda tanda penyakit luar maupun bekas pembunuhan luar dari pelaku. Tak ada bekas racun di minuman dekat mejanya, terakhir dia membuat uluran benang saja," tambah wanita itu.
Samuel terdiam lalu meletakan kembali dokumen itu.
"Kau tahu kan kenapa aku sudah tak berurusan dengan agen terbuka ini?" tatap nya dengan serius.
"Tentu saja, kau lebih suka dengan mencari orang penyebar obat merah itu bukan... Overdosis sekali, bukan nya menyelidiki, kau malah duduk meminum kopimu, apa kau hanya menunggu kasus baru dari obat itu, membuatmu harus bekerja dari awal lagi... Bukankah seharusnya kau langsung mencari ke tingkat bos dan bukan nya malah minum santai."
"Memangnya aku bukan manusia, aku sangat lelah."
"Kerjakan ini dulu, kau akan menerima kematian santai," wanita itu menyela
"Cih... Baiklah... Apa ada yang bersangkutan?" tanya Samuel.
"Wanita Joih... Rekan bisnis kecilnya mungkin sekarang ada di kediaman nya."
"Kalau begitu tinggal kesana kan?"
"Kenapa aku mau kesana jika dia nanti bukan pelakunya?"
"Entahlah... Hanya insting," kata Samuel yang berdiri.
"Aku harap kau bawa hal ini secara serius, Samuel," wanita itu juga berdiri mengikutinya berjalan keluar.
"Yah... Terserah, Nona Jin," Samuel membalas dengan tatap nya.
"Kau perlu anggota?"
"Aku hanya perlu beberapa, ikut aku di tempat wanita Joih itu," kata Samuel.
Lalu mereka kesana bersama beberapa anggota LF.
Saat sampai di rumah kediaman Nona Joih. Mereka bersiap masuk dan langsung memeriksa setiap ruangan. Sementara Samuel hanya berjalan mengikuti masuk dengan santai.
"Semua ruangan aman... Bersih," kata mereka.
"Samuel..." panggil wanita seksi yang bernama Jin itu dari kamar mandi besar pribadi.
Jin adalah wanita yang memimpin anggota LF di kota. Dia adalah atasan sekaligus rekan Samuel dalam menjalankan tugas. Dia adalah wanita yang paling di benci dan dia anggap menjengkelkan oleh Samuel sendiri. Meskipun begitu, sekarang dia harus terjebak di situasi sulit dengan membantu Jin mengerjakan tugas dari atasan baru yang akan menggantikan dirinya memimpin LF yang bertugas di kota. Dulunya Samuel dan Jin adalah rekan yang hebat. Mereka berdua di tunjuk untuk memimpin bersama LF tapi karena Samuel keluar mendadak di tawar oleh seseorang, hanya Jin lah yang menjadi pemimpin LF tanpa Samuel yang lebih memilih meninggalkan itu semua.
Samuel mendekat dan terdiam melihat wanita yang mati duduk di bak mandi penuh dengan bunga.
"Ini tidak ada hubungannya dengan Robert kan?" tatap Samuel.
"Entahlah, aku tak mengerti."
"Huh, bagaimana bisa kau tidak mengerti? Bukankah kau itu sangat berpengalaman, hal ini tentunya bisa kau artikan dalam waktu sekejab," Samuel menatap merendahkan.
"Aku tahu... Tapi ini kasus baru, sekitar 6 jam dia sudah mati disini," kata Jin.
Lalu Samuel mendekat ke wanita itu yang masih mati dengan wajah make up senyum kecilnya. Dia menatap tatapan serius ketika melihat riasan wanita itu. "Benar benar mudah di baca..."
"Dia dibunuh, apa ada orang dekat?"
"Suaminya."
"Kalau begitu langsung panggil dia ke ruang interogasi, sementara aku akan mengurus kasus Robert."
"Tapi ini harus di selesaikan dulu!!!" Jin berteriak.
"Apa yang kau pikirkan... Kau mau menyelesaikan dua kasus seperti ini huh...?! Itu hanya akan membuatmu lelah, turuti saja apa kataku, lebih memilih Robert dulu atau malah Joih?" tatap Samuel dengan serius.
Lalu Jin terdiam. "Kau hanya perlu melakukan autopsi pada mayatnya... Aku juga tidak menyangka akan ada kasus double disini."
"Apa yang sebenarnya kau pikirkan, apakah cara autopsi itu ampuh, kau pikir autopsi tidak akan membohongi kita..." Samuel menatap.
"Apa maksud mu?! Autopsi sudah jelas lebih penting, kita bisa tahu apa yang dikonsumsi korban, apa yang dimakan dan racun sejenis apa yang telah masuk ke perut nya!!" teriak sekali lagi Jin.
Hal itu membuat Samuel terdiam dan menghela napas panjang. "Jika kau tetap tenang, kau bisa mengerjakan ini," Samuel menyela lalu berjalan pergi.
Jin terdiam. "Kau masih tidak menganggap se serius ini, benar benar menjengkelkan..."
--
"Cuacanya aneh," Samuel melihat langit dari jendela mobil sementara Jin duduk di sampingnya mengendarai mobilnya.
"Kau sudah putuskan dan bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi?"
"Maksudmu pada siapa?"
"Yeah pada Nona Joih."
"Entahlah aku tidak yakin, jika dia bunuh diri, pastinya sudah menemukan catatan surat di tempatnya tapi yang kita temukan hanya catatan pesan orang lain bukan miliknya."
"Ya itu dari suaminya, surat itu berisi apa?" tatap Jin.
"Her Husband menulis bahwa dia akan meninggalkan Joih dan ada kata seperti aku tak bermaksud menyakiti maupun mengkhianatimu."
"Jadi dia tak menyebutkan kenapa dia meninggalkan Nona Joih?"
"Lebihnya seperti itu, sekarang kau mengerti kan."
"Tapi, kenapa dia bisa mati di bak mandi?"
"Kau tidak lihat bunga apa yang di pakainya. Dia tersenyum sedikit itu berarti sebelum mati ada kenikmatan dalam otaknya... Seperti meminum anggur dulu hingga akhirnya mati di cairan bunga beracun, untungnya tak ada yang menyentuh bak mandinya, dan satu hal lagi... Joih memiliki tubuh yang seri, itu berarti dia depresi karena husband nya...." kata Samuel.
"Jadi kau mengira suaminya yang membunuhnya? Atau malah, Nona Join bunuh diri... Atau ada orang lain yang sengaja mengompori nya, agar ia tidak menyebarkan semacam informasi dan malah bunuh diri..."
"Kita lihat saja nanti, sekarang aku hanya ingin fokus pada Robert."