Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Kevin Di Sekolah
Pagi harinya keluarga Dixon kini tengah sarapan bersama dalam keadaan hening. Hingga dua orang wanita dengan wajah dingin datang menghampiri, berdiri di dekat Zanaya, membuat keluarga bertanya-tanya tapi mereka memilih diam melanjutkan sarapan.
"Mah, ini bodyguard untuk Mama. Jika Mama ingin kemana-mana," ujar Zanaya setelah mereka selesai sarapan.
Mama Liona mengerutkan keningnya, "Loh, kenapa pakai bodyguard sih sayang? Biasanya Mama jalan sendiri itupun pengawal bayangan papa juga ada, jadi itu untuk Zay saja," tolaknya halus.
Gadis cantik itu menggeleng, "Tidak Mah, bodyguard ini khusus untuk Mama, lagian pengawal papa itu laki-laki mana bisa menemani Mama sampai dari dalam, jika ingin melakukan spa atau meeting atau Mama mau jalan-jalan ke mall," terang Zanaya, tak ingin di tolak.
Semalam setelah dari ruang kerja sang ibu, dia menemui sang kakek di kamar dan menceritakan semuanya termasuk jika kakak dari ibunya yang palsu sesuai perkataan mereka di kehidupan pertamanya.
Setelah berdiskusi, Zanaya dan sang kakek kompak memutuskan memberi pengawal dengan manusia Terminator untuk sang mama.
Dan disinilah si manusia Terminator sudah berdiri dengan wajah dingin membuat sang meringis.
"Bagaimana menurut Papa?" Zanaya menatap sang meminta pendapat sang ayah.
Zidan mengangguk, "Papa setuju, selama ini mama selalu menolak jika diberi bodyguard alasannya mereka laki-laki jadi sekarang tak ada alasan," kata sang papa membuat mama Liona menghela nafas.
"Baiklah Mama setuju," ujar mama Liona pasrah
Zanaya tersenyum senang, "Mama tenang aja, mereka bisa di percaya dan yang paling penting mereka baik meskipun wajah mereka datar-datar saja," kata gadis itu dengan menenangkan sang mama.
"Oh, iya mah. Ini namanya Caca," Zanaya menunjuk pada wanita berambut kuncir satu "Dan ini Lily" Tunjuknya pada wanita berambut pendek menunduk hormat sebagai perkenalan tanpa berbicara apapun.
"Yah udah. Zay, berangkat Mah, Pah, Kek!" pamit Zanaya, tak lupa gadis cantik itu mencium pipi kedua orangtuanya serta sang kakek.
"Zanders juga yah Mah, Pah, Kek," pemuda tampan itu, mengambil tas ranselnya tanpa mencium pipi keluarganya seperti Zanaya.
"Kok kamu tidak cium kami sih?" goda sang papa membuat pemuda tampan itu mendengus dengan wajah masam, membuat keluarganya terkekeh.
Sesampainya kedua bersaudara itu di sekolah, mereka langsung disuguhi suara histeris pemuja Zanders dan suara cibiran untuk Zanaya yang bisa datang bersama Zanders, banyak yang tidak tahu jika keduanya saudara. Orang-orang pikir jika Fani lah yang putri keluarga Dixon, sebab gadis itu yang mengaku sendiri.
Baru saja Zanaya membuka helmnya yang membuat kaum Adam terpesona, tiba-tiba suara yang dibenci gadis cantik menyapanya.
"Hai Naya, kita boleh bicara tidak?" sapanya dengan lembut.
"Bicara aja disini!" ucap gadis cantik itu datar.
"Tapi aku ingin bicara berdua denganmu," ujarnya kekeh.
"Bicara disini atau tidak sama sekali," tegas Zanaya dengan wajah datar. Tangan Fani mengepal kuat, dia sekuat tenaga tidak mencakar wajah menyebalkan Zanaya.
Mata Fani mulai berkaca-kaca, dia pikir Zanaya hanya pura-pura amnesia karena pengaruh dari keluarganya, jadi dia ingin menjauhkan Zanaya dari Zanders.
Sedangkan Zanders hanya mendengus melihat wajah sok polos gadis yang suka meracuni pikiran sang adik.
"Kamu kenapa berubah Naya?" tanyanya dengan suara lirih
Gadis cantik itu mendengus, "Apa kamu tuli? Aku amnesia, kalau hanya itu yang kamu katakan jangan ganggu aku!" sarkas Zanaya menatap datar Fani, dia mulai melangkah bersama Zanders, tapi Fani menghalangi jalannya.
"Aku ini sepupu kamu tahu!" ucapnya pelan, menghadang jalan kedua saudara itu
Zanaya menaikkan salah satu alisnya, "Terus kalau kau sepupuku, kau mau apa? Itu tidak berpengaruh sama sekali padaku?" sarkas Zanaya, berlalu meninggalkan Fani.
Para murid yang melihat itu mengerutkan keningnya, dalam benak mereka bertanya-tanya apa yang dibicarakan dua gadis cantik itu.
Tapi jika dilihat, Zanaya jauh lebih cantik dibandingkan Fani yang wajahnya hanya terlihat biasa jika tak memakai make up natural, sebab Zanaya tidak memakai make up saja secantik itu pikir mereka.
"Sialan!" umpat Fani menendang kerikil saat parkiran telah sepi.
Kini Zanaya belajar dengan tenang, meskipun geng Revan kini selalu curi-curi pandang ke arahnya, tapi gadis cantik itu tak peduli asal tidak mengganggu dirinya.
Selama pembelajaran berlangsung, murid serta guru yang mengajar terkejut melihat perubahan Zanaya, bahkan gadis itu dengan mudah menjawab pertanyaan yang guru berikan bahkan Revan yang notabennya yang rangking satu di kelas ini, tak sempat berpikir karena kalah cepat oleh Zanaya.
Tentu kecerdasan Zanaya, membuat para guru kagum bahkan ada yang bergosip, para siswa di kelasnya pun mulai bergosip menceritakan kecerdasan Zanaya.
"Kamu cerdas!" puji Nadira yang sekelas dengan Zanaya.
"Aku hanya belajar semalam, jadi tahu," sahut Zanaya merendah membuat kedua gadis yang menjadi teman barunya mengangguk meski mereka masih canggung.
Zanaya kini dipanggil ke ruang guru, dengan santai dia berjalan keluar tanpa melirik Revan sama sekali.
Revan tertegun saat melihat ke arah bangkunya tak ada bekal sama sekali, dulu setiap jam istirahat kotak bekal akan tersimpan rapi di bawah kolong meja itu.
"Kamu cari apa?" tanya Dika membuat Revan menggeleng sedangkan Alfa tersenyum miring, dia tahu apa yang ada dipikiran temannya itu.
Saat sampai di ruang guru, Zanaya diberi kesempatan memperbaiki nilai-nilainya yang anjlok. Dengan santai dia mengerjakan walaupun guru didepannya mengawasi dirinya, tak berapa lama kini gadis itu selesai menjawab soal yang diberikan dengan benar.
Dari bawah Zanaya bisa mendengar dan melihat jika saat ini paman Kevin telah datang mengambil mobil sport yang telah dia jual, dengan membawa beberapa pengawal serta beberapa polisi yang berpakaian biasa.
"Bapak tidak bisa seenaknya mengambil milik orang, ini mobil saya Pak," Suara Fani terdengar menolak saat paman Kevin mengambil kunci mobil di tangannya.
"Saya tidak mengambil milik mu, tapi mobil ini telah saya beli pada pemilik aslinya," sahut Paman Kevin datar
"Bapak ini salah orang, sahabat saya ini tidak pernah menjual mobil kesayangannya," ujar April membela sahabatnya, Fani.
"Tapi sahabat kamu ini memang bukan pemilik asli mobil ini, sedangkan saya sudah membayarnya pada pemilik asli mobil ini," ujar paman kevin.
"Ada apa ini?" Tiba-tiba suara kepala sekolah menyela saat melihat murid yang harusnya ke kantin malah berkumpul di parkiran entah melihat apa.
"Selamat siang Pak Albert!" sapa Kevin mengulurkan tangannya.
"Eh, selamat siang Tuan Kevin. Ada apa anda datang kemari?" tanya kepala sekolah ramah menjabat tangan asisten pemilik sekolah ini.
"Saya ingin mengambil mobil yang sudah saya beli ini Pak," ujar Kevin jujur menunjuk mobil sport berwarna merah muda.
.
dasar OKB mau menguras harta Zion ya,jgn mimpi 😏...siap2 jadi gelandangan dan tidur di bawah kolong jembatan kalian... zanaya di lawan kalian salah cari musuh tau,dasar tua Bangka 😠