Bagaimana rasanya kalau kamu mencintai seseorang yang tidak pernah menganggapmu ada, padahal kamu mencintainya dengan sangat tulus. Kecantikan Ara tidak bisa membuat hati Revan luluh.
Ara Anastasia selama beberapa bulan ini tanpa lelah mengejar cinta seorang Most Wanted sekaligus ketua OSIS di sekolahnya SMA Negeri Harapan 1 bernama Revan Prayoga. Tetapi sayangnya Revan sudah mempunyai gadis yang ia sukai bernama Angel.
Usaha Ara untuk bisa mendapatkan cinta Revan sia-sia ketika pria itu menyuruhnya berhenti mengejarnya. Ara yang merasa kalah dengan perasaannya sendiri akhirnya mengabulkan permintaan Revan dan mulai menjauh.
Tetapi setelah Ara menjauhi Revan selama beberapa waktu membuat cowok itu uring-uringan tidak jelas. Angel sang kekasih turut menjadi korban kekesalannya hanya karena Revan melihat Ara berpelukan dengan salah satu cowok populer dan sahabat baiknya sendiri.
"Gue bisa gila Ra, kalau Lo terus bersikap kayak gini!"
"Emang sikap Gue kenapa Van? ada yang salah?" Tanya Ara menaikkan sebelah alisnya.
"Jangan jauhin Gue dan jangan deket sama cowok lain!" Ara tertawa sinis.
"Lo lupa Van, Bukannya Lo sendiri yang nyuruh Gue buat ngejauhin Lo?"
Skakmatt! Revan tidak bisa menjawab.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Navizaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 ( Warung Bakso )
Happy Reading ☺️
Revan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Ucapan Ara menampar telak hatinya. Sungguh dia tidak tahu dan tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Ara selama ini.
Di tolak berkali-kali, di hina di depan umum bahkan tidak mau menyentuh makanan dari Ara. Seakan makanan itu mengandung racun yang sangat berbahaya dan bisa membuat Revan celaka. Sungguh betapa memalukan sikap Revan yang sangat tidak mencerminkan sebagai seorang pria.
"Maaf, Ra.. Gue minta maaf karena selama ini udah buta dan nganggep lo cewek yang gak bener, gue nyesel banget," sesal Revan.
"Dari mana lo punya asumsi kayak gitu? menganggap gue cewek yang gak bener? bukankah awalnya kita tidak saling mengenal? apa otak lo yang pintar itu gak bisa membedakan mana cewek yang gak bener betulan?" tanya Ara santai.
'Seandainya lo tahu kalau cewek lo Angel yang ternyata selama ini hanya bersembunyi di balik topengnya, apa lo masih bisa di katakan sebagai cowok cerdas!' ucap Ara dalam hati. Ingin rasanya dia mengatakan hal itu, tapi Ara masih akan menahannya.
"Gue bakal cerita semua sama lo, kenapa sampe gue beranggapan seperti itu, gue ingin di antara kita ada kejujuran mulai sekarang, dan gak akan ada kesalahpahaman lagi, tapi kita cari makan dulu yuk, udah laper banget nih," ucap Revan.
"Gak, lo aja yang makan, gue mau pulang!"
"Ra, please!!"
"Gue gak peduli lo mau jujur apa tidak, gak penting juga buat gue sekarang," jawab Ara akan melangkah.
Krucuk...!! (suara bunyi perut Ara)
Ara tidak jadi melangkahkan kakinya dan merasa malu karena bunyi perutnya begitu keras.
'Aduh cacing, kenapa sih lo bersuara segala!' batin Ara.
Revan tersenyum mendengar bunyi yang berasal dari perut Ara itu. Ternyata Ara juga sedang lapar.
"Tuh kan, cacing lo gak bisa bohong, yuk, kita makan di tempat makan Favorit ku," Revan menarik Ara dan memasangkan helm di kepalanya. "Aaa,, kali ini gue maksa!"
Ara ingin menolak tapi Revan yang sudah tau gelagatnya dan langsung menyuruh Ara naik ke atas motor. Ara merasa lelah harus melawan dan terus berdebat dengan Revan.
"Kenapa sih, para cowok itu suka banget maksa! gue kira lo gak suka berdebat, tapi ternyata lo sama aja kaya Gilang, ngotot dan tukang paksa dan harus selalu di turuti!" ucap Ara membuat Revan mengubah mimik wajahnya, Revan cemburu. Dia tidak suka mendengar Ara menyebut nama cowok lain saat bersamanya.
Tapi Revan tidak boleh marah saat ini, dia tahu kalau sikap cemburunya harus di kontrol mulai dari sekarang.
"Emang lo sama Gilang udah kenal lama, Ra?" Revan menstater motornya sambil bertanya pada Ara.
"Gue kenal Gilang saat pertama dia masuk sekolah," jawab Ara singkat.
Revan mengangguk, berarti mereka memang bukan sahabat sejak lama, tapi kenapa baru kenal, mereka sudah terlihat sangat akrab. Revan membatin.
Setelah itu hanya ada keheningan yang menyelimuti perjalanan mereka.
Ara merasa tidak asing dengan jalanan di depan, setelah beberapa saat motor itu berhenti tepat di depan warung bakso favoritnya. "Loh, kok kita berhenti di sini?" tunjuk Ara ke arah banner yang bertuliskan BAKSO AREMA yang ada di depan warung bakso itu.
Revan tersenyum kemudian dia turun dari atas motor di susul oleh Ara. "Ini salah satu tempat makan favorit gue," Ara terkejut sampai mulutnya terbuka.
"Yang bener, Van? ini tempat makan favorit elo?"
"Iya, emangnya kenapa?"
"Ini juga tempat makan favorit gue," seru Ara berbinar.
Ara langsung masuk ke dalam warung bakso yang tempatnya lumayan rame itu, sepertinya hoby dia makan di sini itu tidak salah, karena selama ini dia selalu mengajak Nita atau teman lainnya makan di tempat ini, mereka selalu menolak, katanya cuma bakso biasa dan tidak ada yang istimewa, tetapi menurut Ara bakso di sini itu benar-benar enak.
Mungkin tempatnya yang sangat sederhana jadi membuat pandangan semua orang bahwa makanan di tempat ini kualitasnya buruk, padahal menurut Ara mereka hanya belum pernah mencobanya saja.
"Rasa bakso di sini emang enak, beda sama warung bakso yamg lain, tempatnya juga bersih," ucap Ara setelah duduk di meja yang berada di paling ujung.
"Iya, Ra,, betul banget, kalau lo mau, kita bisa makan di sini terus berdua, kan hoby makan kita sama," jawab Revan.
Sebenarnya Revan belum pernah makan di tempat ini, selama beberapa hari ini dia membuntuti Ara dan tahu kalau gadis itu suka mampir makan di warung bakso ini.
"Jadi hoby lo juga makan bakso di sini? kok aku gak pernah lihat lo, ya? padahal gue sama Sifa pas sorean gitu sering ke sini," Revan menelan Saliva.
"Ya, mungkin karena kita gak pernah barengan pas makannya," jawab Revan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Mas Rizal, bakso jumbonya dua mangkuk, ya, sama eh jeruknya dua," seru Ara kepada penjual baksonya.
"Siap, mbak!"
Revan memandang Ara dengan tatapan yang sulit di artikan. "Ada apa? apa gue salah pesan, ya? apa lo suka yang pake urat?" tanya Ara menatap Revan.
"Gue suka apa aja yang lo suka, Ra."
Ara mangut-mangut.
'Asalkan itu bisa bersama lo, Ra,, meskipun sebenarnya gue gak terlalu suka makan bakso, apapun yang lo suka, pasti gue suka,' batin revan.
Bersambung.
Parah kali Cere cuma Krena masalah yg sbenarnya gaada😭 rill miss komunikasi+salah paham ini sampe kandas prnikahaan🤦