Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Malam Gairah.
Fathan yang memegang pipi Alina dengan mengusapnya begitu lembut menggunakan jari jempolnya dan tatapan matanya begitu semakin dalam.
"Katakan kepadaku Alina ada apa?" tanya Fathan yang membutuhkan jawaban.
"Maafkan Alina, Kak. Alina hanya merasa tidak pantas jika harus bersanding dengan Kakak. Kakak adalah orang yang sangat dikenal dan sementara Alina hanya gadis biasa," ucap Alina.
"Jadi hanya karena itu kamu mengakhiri hubungan kita berdua?" tanya Fathan yang membuat Alina menganggukkan kepala.
"Tidak Alina. Aku sama sekali tidak pernah memikirkan semua itu. Aku tidak peduli kamu berasal dari mana dan seperti apa keluarga kamu. Aku merasa sangat nyaman dan merasa hidupku bahagia saat bersama kamu,"
"Aku tidak jenuh dan merasa tidak tertekan dan memiliki banyak sekali semangat jika sudah berurusan dengan kamu. Jadi jangan mengatakan hal seperti ini Alina. Aku sama sekali tidak menginginkan semua itu. Aku sangat mencintai kamu dan hanya menginginkan kamu berada dalam hidupku," ucap Fathan yang benar-benar tulus pada perasaannya.
"Tapi Alina tidak yakin dengan hubungan kita," ucap Alina ragu.
"Apa kamu jangan ragu kepadaku. Alina aku sudah mengatakan jika sekarang aku benar-benar sangat bergantung kepada kamu. Sejak kamu menghindari ku, membuatku benar-benar tidak bisa melakukan apapun dan aku hanya bisa berdiam diri dan merasa tertekan dengan situasi yang ada di sekitarku. Tetapi jika aku bersama kamu dan kamu menjadi satu-satunya alasanku untuk bertahan dalam semua kondisi ini,"
"Alina bukankah kamu berjanji akan selalu mendampingiku dan akan membantuku, mendukungku dengan segala keputusan yang aku ambil. Jika kamu pergi lalu siapa yang akan mendukung ku Alina?" tanya Fathan dengan raut wajah yang begitu sangat sendu yang tidak ingin mengakhiri hubungan dia dengan gadis yang sangat dicintai.
"Aku mohon tetaplah berada di sisiku," ucap Fathan.
Alina terlihat begitu bimbang dengan mata mereka berdua yang saling menatap. Alina yang tidak mampu menjawab pertanyaan itu yang pasti sangat bingung karena di sisi lain dia mendapatkan tekanan untuk mengakhiri hubungannya dengan Fathan dan di sisi lain dia bisa melihat dari mata Fathan bahwa Fathan benar-benar sangat mengharapkan dirinya untuk menjadi penyemangat Fathan.
Tiba-tiba Alina merasa kenyal pada bibirnya yang ternyata Fathan sudah mencium bibirnya, hal itu mampu membuat Alina kaget dan memundurkan wajah sedikit yang membuat Fathan mengakhiri kecupan manis itu.
"Kita tidak akan putus bukan?" tanya Fathan yang benar-benar hanya ingin memastikan.
Alina menganggukkan kepala yang akhirnya lebih memilih untuk tetap bersama Fathan daripada harus mendengarkan perkataan Margin.
Fathan yang tersenyum mendengarnya dan kembali mencium bibir Alina. Tubuh Alina tidak mampu menolak sama sekali. Suhu tubuhnya yang seketika menjadi panas dan bahkan bahunya refleks terangkat yang seolah menerima ciuman itu dengan mata yang perlahan terpejam.
Remasan lembut pada belakang lehernya yang semakin memajukan wajahnya untuk lebih dekat lagi pada Fathan agar lidah Fathan semakin bisa bermain di dalam mulut Alina.
Ini ciuman pertama Alina dan Alina tidak mampu menggambarkan perasaannya. Dia hanya berasa tubuhnya seketika bergairah dengan lidah mereka yang saling bergelut yang seolah tidak ingin terlepas satu sama lain.
Ciuman itu yang ternyata terus berlangsung dan tanpa di sadari Alina yang sudah berbaring di atas sofa dengan Fathan yang berada di atas tubuhnya dengan ciuman yang tidak berhenti sama sekali. Alina lagi-lagi tidak mampu menolak.
Hujan deras di luar sana yang tidak tahu kapan turun. Ternyata Margin yang berada di luar rumah Alina yang sedang memakai payung. Margin mengangkat kepala melihat rumah Alina yang berada di antara rumah susun tersebut. Tiba-tiba saja lampu rumah itu mati.
"Kita kembali!" ucap Margin pada anak buahnya yang menunggu di belakangnya yang sejak tadi memegang payung itu.
Anak buah itu menganggukkan kepala dan mereka langsung meninggalkan kediaman Alina.
Alina dan Fathan yang ternyata sudah berada di kamar Alina. Mereka berdua sama-sama larut dalam gairah yang berada di dalam kamar dengan Fathan berada di atas tubuh Alina dan entah kapan Alina sudah tidak memakai pakaian lagi yang sekarang berada di balik selimut bersama dengan Fathan yang juga sudah membuka kaosnya.
Mereka ciuman begitu panas dan bahkan ciuman Fathan sudah pindah ke leher jenjang Alina dan sejak tadi Alina tidak menolak sama sekali yang meremas sprei yang tidak tahu bagaimana menggambarkan rasa kenikmatan dalam sentuhan yang diberikan Fathan.
Fathan juga tidak mampu mengendalikan diri yang dipenuhi dengan gairah yang akhirnya Fathan menyentuh sempurna wanita yang telah dia sukai. Tubuh polos Alina tidak satupun dilewatkan yang disentuh secara ugal-ugalan dan sampai akhirnya melakukan penyatuan kepada Alina yang membuat Alina meremas sprei dengan sangat kuat dan merasakan sakit di bawah area sensitifnya.
Fathan yang tidak egois memberikan ketenangan untuk Alina dan kembali memberikan ciuman dan setelah Alina sudah merasa nyaman dengan miliknya barulah dia melanjutkan penyatuan itu.
Anak remaja yang dimabuk cinta yang benar-benar melakukan hubungan terlarang itu yang mana mereka berdua masih berstatus sebagai pelajar. Tetapi mamanya juga sudah ngebet. Jadi mau bagaimana lagi.
***
Malam dengan penuh gairah yang selesai juga dan sekarang mentari pagi sudah kembali tiba. Alina yang duduk di meja belajarnya dengan rambut yang basah. Dia terlihat melamun dan melihat ke atas ranjang bagaimana dia dan Fathan tadi malam telah menghabiskan waktu bersama.
Alina tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan kenapa bisa larut dalam hubungan itu yang tidak mencoba untuk menyadarkan diri dan sama juga dengan Fathan yang sudah terlanjur dipenuhi dengan gairah yang akhirnya membuat mereka berdua melakukan hubungan yang semakin jauh.
"Alina!" Alina yang tersentak pajak mendengar suara Ratih.
Alina menelan salivanya seketika menjadi panik dan langsung memakai kacamatanya. Alina juga mengikat acak-acakan rambutnya yang masih basah dan keluar dari kamar dengan buru-buru.
"Mama sudah pulang?" tanyanya dengan terbata.
"Kamu tidak menutup pintu tadi malam?" tanya Ratih yang memang bisa masuk begitu saja karena pintu tidak dikunci.
"Di kunci kok. Mungkin karena Kak Fathan yang tadi pulang," jawab Alina membuat Ratih mengerutkan dahi yang menatap serius Alina.
"Fathan baru pulang?" tanya Ratih yang memastikan membuat Alina kaget.
"Maksud Alina bukan seperti itu. Kak Fathan pulang tadi malam tidak lama setelah Mama pergi dan Alina tadi pagi keluar untuk membeli sarapan. Jadi tidak mengunci lagi," jawabnya dengan sangat gugup yang sudah hampir saja keceplosan.
"Begitu!" sahut Ratih dengan menghela nafas dan Ratih yang langsung memasuki area dapur dengan meletakkan beberapa belanjaan yang dia bawa yang memang setelah pulang dari menjenguk adiknya dia tidak lupa singgah sebentar ke pasar.
Alina menghela nafas yang merasa lega yang hampir saja ketahuan jika Fathan memang sampai pagi berada di rumahnya dan baru saja pulang.
"Jadi kamu sudah sarapan?" tanya Ratih yang membuat Alina menganggukkan kepala.
"Mama pikir kamu belum sarapan. Mama membawakan nasi gurih," ucap Ratih.
"Iya. Mah tadi Alina sudah sarapan," jawab Alina.
"Ya. Sudahlah kalau begitu nanti Mama saja yang makan," ucap Ratih. Alina hanya menganggukkan kepala.
"Kalau begitu Alina mau masuk ke kamar dulu," ucap Alina. Ratih mengangguk.
Alina yang kembali terlihat begitu gugup dan pasti sangat takut ketahuan.
Bersambung.....