NovelToon NovelToon
KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

KAISAR IBLIS TAK TERKALAHKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Akademi Sihir / Light Novel
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: NAJIL

Menceritakan perjalanan raja iblis tak terkalahkan yang dulu pernah mengguncang kestabilan tiga alam serta membuat porak-poranda Kekaisaran Surgawi, namun setelah di segel oleh semesta dan mengetahui siapa dia sebenarnya perlahan sosoknya nya menjadi lebih baik. Setelah itu dia membuat Negara di mana semua ras dapat hidup berdampingan dan di cintai rakyat nya.

Selain raja iblis, cerita juga menceritakan perjuangan sosok Ethan Valkrey, pemuda 19 tahun sekaligus pangeran kerajaan Havana yang terlahir tanpa skill namun sangat bijaksana serta jenius, hidup dengan perlakukan berbeda dari ayahnya dan di anggap anak gagal. Meskipun begitu tekadnya untuk menjadi pahlawan terhebat sepanjang masa tak pernah hilang, hingga pada akhirnya dia berhasil membangkitkan skill nya, skill paling mengerikan yang pernah di miliki entitas langit dengan kultivasi tingkat tertinggi.

Keduanya lalu di pertemukan dan sejak saat itu hubungan antara bangsa iblis dan ras dunia semakin damai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAJIL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERANG BESAR

Berpindah ke wilayah pertempuran bagian selatan, masih di benua tujuh alam langit. Di sini, pasukan langit terpojok, perlahan tetapi pasti dipukul mundur hingga akhirnya tak berdaya. Bagaimana tidak? Tiga eksekutif jenderal iblis berada di tempat itu, menebar teror yang begitu mencekam.

Suasana di medan pertempuran berubah menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan oleh siapa pun.

“Ini di luar kemampuan kita! Bagaimana ini?” seru seorang prajurit dengan suara gemetar, matanya menyapu medan pertempuran yang penuh kekacauan.

“Tiga eksekutif jenderal iblis ada di sini... Kita semua pasti akan mati! Cepat panggil bala bantuan secepatnya!” tegas komandan dengan suara yang berusaha terdengar tenang, meski kegelisahan tampak jelas di wajahnya. Perintah itu segera dijalankan oleh prajurit bagian informasi yang berlari dengan napas tersengal.

“Kami sudah mengirimkan permintaan bala bantuan! Kemungkinan sebentar lagi mereka akan datang! Kita hanya perlu bertahan sedikit lebih lama!” jawab prajurit informasi dengan penuh harapan, meskipun hatinya dipenuhi keraguan.

Namun, ketakutan itu tidak bisa disembunyikan. Trauma mendalam tercermin dari raut wajah pasukan langit. Tiga eksekutif jenderal iblis tidak memberikan ampun sedikit pun, menyerang tanpa henti dengan kekuatan yang tampaknya tak terbatas.

Guncangan demi guncangan terus menerpa wilayah selatan. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan langit menjadi gelap oleh asap pertempuran. Teriakan kesakitan menggema, melukiskan pemandangan neraka di dunia fana. Formasi pertempuran pasukan langit hancur berantakan.

Dalam satu serangan, mereka kehilangan dua puluh wakil jenderal langit agung, sebuah pukulan telak yang membuat semangat prajurit runtuh.

“Matilah kalian! Kha-ha-ha! Dasar tidak berguna!” tawa Belhegar bergema, penuh dengan kesenangan sadis. Sosoknya berdiri di tengah reruntuhan, menikmati penderitaan yang ia ciptakan.

“Kalian semua harus tunduk di hadapan yang mulia Zhask Agung!” lanjut Satan dengan nada lembut tetapi dingin. Ia duduk di atas ribuan mayat pasukan langit, matanya memancarkan kekejaman tanpa batas.

Tidak ada harapan yang tersisa di medan pertempuran selatan. Pasukan iblis telah mendominasi, menguasai setiap sudut wilayah. Keberadaan tiga eksekutif jenderal iblis benar-benar mengubah jalannya pertempuran menjadi mimpi buruk tanpa akhir.

“Kalian akan binasa! Keadilan tidak pernah kalah!” ucap seorang prajurit langit dengan suara tertatih, darah mengalir dari luka-lukanya. Ia berdiri dengan sisa-sisa keberanian, meski tahu ajal sudah di depan mata.

“Keadilan? Aku ingin tahu siapa yang kau maksud dengan keadilan itu. Ha-ha-ha! Matilah, bodoh!” Balasan penuh kesombongan itu diakhiri dengan tebasan brutal. Kepala prajurit langit jatuh ke tanah, membawa serta harapan yang semakin menipis.

Namun, di tengah keputusasaan itu, sesuatu terjadi. Sebuah tekanan energi luar biasa kuat tiba-tiba terasa, menggetarkan seluruh medan pertempuran. Bahkan para iblis merasakan bulu kuduk mereka merinding.

Aura itu semakin mendekat, membawa ancaman yang tidak bisa diabaikan.

“Ada yang datang! Tekanan besar ini... pasti dia!” seru Satan, memperingatkan dua rekannya yang masih asyik menyiksa para prajurit langit yang tersisa.

Seketika, cahaya terang menyilaukan memenuhi hamparan medan pertempuran di bagian selatan. Cahaya itu begitu suci, membawa harapan baru bagi pasukan langit. Tidak salah lagi, bala bantuan telah tiba. Kini, waktu bagi pasukan langit untuk membalikkan keadaan sudah datang.

“Kesenangan ini akan segera berakhir. Lihatlah siapa yang datang!” lanjut Satan, menatap sosok Mikael yang melesat terbang dengan kecepatan penuh menuju arah mereka bertiga.

“Sial... kenapa harus dia yang datang!” keluh Belhegar, raut wajahnya berubah tidak nyaman. Ia tahu, kehadiran Mikael akan sangat merepotkan.

Luapan energi tempur Mikael terasa begitu mengerikan, membuat mereka bertiga langsung memasang kewaspadaan penuh. Musuh yang datang kali ini jelas bukan lawan sembarangan. Jenderal Langit Agung Mikael, sang Keadilan Absolut, akhirnya memutuskan untuk bergerak.

“Aku merasakan energi iblis kutukan tingkat kuno di wilayah ini! Aku kira yang ada di tempat ini adalah Lucifer... ternyata dugaanku salah. Kalian bertiga tak lebih dari makhluk kotor!” Suara Mikael dingin, tatapannya penuh dengan kesombongan saat melirik mereka bertiga.

“Apa katamu? Kami bertiga adalah eksekutif jenderal iblis! Apa kau meremehkan kami, wahai Keadilan Absolut Mikael?” kesal Belhegar sambil menunjuk Mikael dengan marah.

Tanpa berkata banyak, Mikael mengeluarkan aura tekanan intimidasi yang begitu kuat ke arah Belhegar. Dalam sekejap, iblis itu terdiam, tubuhnya gemetar. Dalam hatinya, ia sadar bahwa Mikael bukanlah makhluk yang bisa diremehkan.

“Lama tak bertemu, Mikael! Senang berjumpa denganmu kembali,” sapa Satan dengan nada santai. Anehnya, ia tidak terpengaruh oleh efek skill intimidasi Mikael, yang saat itu sedang bekerja dengan sempurna pada Belhegar.

Skill unik Mikael memungkinkan dirinya untuk memanipulasi jiwa lawan yang memiliki rasa takut sekecil apa pun. Namun, skill ini tidak berfungsi jika lawan tidak memiliki rasa takut sama sekali terhadapnya.

“Sepertinya kau tidak terpengaruh oleh skill-ku? Menarik... Aku akui keberanianmu, iblis!” Mikael menatap Satan dengan sinis, penuh rasa meremehkan. Tidak butuh waktu lama, Mikael langsung masuk ke mode tempur.

Mikael adalah salah satu dari tujuh Jenderal Langit Agung serta penyandang gelar Keadilan Absolut. Gelar itu sendiri adalah julukan yang diberikan oleh Kaisar Langit kepada tiga Jenderal Langit Agung terkuat saat ini.

“Kalian sudah terlalu lama bersenang-senang di tempat ini! Tapi itu tidak akan lama lagi, karena aku sudah datang!” seru kembali Mikael dengan suara lantang.

Enam sayap keadilan muncul dengan gemilang di punggungnya, menandakan bahwa ia benar-benar serius akan menghabisi mereka bertiga.

Semua penduduk langit memiliki sayap putih di punggung mereka sebagai ciri khas bangsa langit. Semakin banyak sayap yang mereka miliki, semakin hebat pula kekuatan yang mereka punya. Jumlah maksimal sayap adalah enam, tanda kekuatan yang luar biasa.

Di tengah keterpurukan dan hampir putus asanya prajurit langit wilayah selatan, kedatangan Jenderal Langit Agung Mikael membakar kembali semangat mereka. Kobaran api kemenangan menyala terang, seperti arti sejati keadilan yang tidak pernah padam.

“Jenderal Langit Agung Mikael telah datang! Kemenangan akan datang bersama perdamaian sejati!” seru para wakil jenderal langit agung serempak, disambut pekik semangat prajurit yang tersisa.

“Yeaaaaah!”

“Yeaaaaah!”

“Yeaaaaah!”

“Yeaaaaah!”

Sorak-sorai penuh harapan menggema di tengah puing-puing kehancuran. Semua mata kini tertuju pada sosok Mikael, sang pemimpin yang dianggap simbol dari harapan tak tergoyahkan.

Pertempuran sesungguhnya di wilayah selatan baru saja dimulai. bantuan personel langit juga tak lama kemudian muncul tanpa henti, menyusul Mikael dari belakang.

Sekitar kurang lebih 20 juta pasukan terus berdatangan, memadati medan perang yang kini bergetar oleh langkah kaki mereka serta kepakan sayap tanpa henti.

Mikael berdiri gagah di garis depan, enam sayap keadilan yang terpampang di punggungnya memancarkan aura kemegahan luar biasa. Sosoknya bak mercusuar di tengah lautan kehancuran, memimpin jutaan personel langit menuju pertempuran yang menentukan.

“Keadilan Absolut tidak pernah berbelas kasih... Sebentar lagi kalian akan binasa, wahai makhluk-makhluk kotor!” suara Mikael bergema tegas, memenuhi udara dengan keteguhan yang tidak tergoyahkan.

Beberapa prajurit iblis yang masih berada di barisan depan tampak saling pandang, raut wajah mereka perlahan berubah, campuran antara kebingungan dan ketakutan. Aura Mikael begitu besar hingga udara di sekitar mereka terasa berat, seperti menekan seluruh keberanian yang tersisa.

“Siapkan formasi! Kita tidak akan membiarkan mereka melangkah lebih jauh!” teriak Satan, mencoba menguasai situasi. Namun dalam hati, ia tahu, pertempuran ini tidak akan berjalan seperti sebelumnya.

Di bawah langit yang kini dipenuhi gemuruh pasukan, pertempuran antara keadilan dan kegelapan benar-benar akan mencapai klimaksnya. Setiap detik yang berlalu membawa mereka semakin dekat pada akhir yang tak terhindarkan.

_________________

Nama : Belhegar.

Status : Bangsa iblis/salah satu dari 10 Eksekutif raja iblis.

Skill : - ( belum di sebutkan)

_________________

_________________

Nama : Satan.

Status : Bangsa iblis/salah satu dari 10 Eksekutif raja iblis.

Skill : - ( belum di sebutkan)

_________________

Nama : Belial

Status : Bangsa iblis/salah satu dari 10 Eksekutif raja iblis.

Skill : - ( belum di sebutkan)

_________________

_________________

Nama : Mikael.

Status : Bangsa dewa/salah satu dari 7 jendral langit agung penyandang gelar keadilan Absolut (3 yang terkuat dari 7 jendral langit agung)

Skill : - ( belum di sebutkan).

_________________

Berpindah menyorot bagian wilayah pertempuran sebelah barat, kedua pasukan di tempat ini sama-sama seimbang satu sama lain, berbeda halnya dengan wilayah selatan sebelumnya. Namun, keseimbangan ini tidak berarti ketegangan mereda—sebaliknya, penuh kegelisahan yang menyayat hati.

Jual beli serangan begitu sangat intens, ledakan dan bunyi benturan senjata terdengar di mana-mana. Asap dan debu memenuhi udara, menyelimuti medan perang yang dipenuhi jeritan kesakitan dan pekikan penuh amarah.

Setiap serangan yang diluncurkan membawa dampak besar, setiap benturan meninggalkan jejak kehancuran yang sulit dihapus. Ketegangan kedua pasukan tak dapat digambarkan dengan kata-kata.

Namun semuanya berubah drastis ketika salah satu eksekutif jendral iblis muncul. Dengan satu gerakan tangan, ia memanggil lima ribu monster Numbers besar yang langsung turun ke medan perang.

Bayangan mereka yang masif menutupi matahari, memberikan aura suram yang menekan seluruh pasukan langit.

Numbers adalah raksasa setinggi 500 meter dari alam Neraka yang sudah berumur puluhan ribu tahun.

Tubuh mereka dipenuhi simbol kutukan kuno yang memancarkan energi hitam pekat. Setiap langkah mereka mengguncang tanah, dan suara raungan mereka memekik bagai deru kematian.

Dalam hitungan detik, Numbers menyerbu tanpa kendali, menghancurkan formasi pasukan langit dengan brutal.

"Hancurkan mereka, wahai teman-temanku!" seru Kaiju, Jenderal Langit Agung, dengan suara penuh kesenangan. Matanya berbinar seperti seorang maestro yang menikmati simfoni kehancuran.

Numbers bertarung dengan insting liar, tanpa rasa belas kasihan. Keunggulan badan besar mereka membuat setiap perlawanan tampak sia-sia. Pedang-pedang pasukan langit yang menghujani tubuh Numbers hanya meninggalkan luka dangkal yang dengan cepat sembuh, seolah waktu tunduk pada kehendak monster-monster itu.

"Monster keparat! Apa yang akan kita lakukan, Komandan?" teriak seorang prajurit langit, suaranya serak oleh ketakutan.

"Monster besar bodoh itu terus bergerak maju! Jika dibiarkan, formasi pasukan kita akan hancur berantakan!" balas yang lain, matanya penuh kekhawatiran.

"Sialan! Apa tidak ada cara untuk menghentikan amukannya?" seorang wakil jenderal menggertakkan giginya. Keringat dingin membasahi wajahnya.

Pasukan langit mencoba berbagai cara untuk menahan amukan Numbers, tetapi semua usaha mereka terasa seperti debu di tengah badai. Setiap serangan yang diluncurkan, meskipun tampak dahsyat, hanya berhasil menumbangkan segelintir Numbers, sementara ribuan lainnya terus melaju, tak terhentikan.

"Mundur! Perintahkan pasukan memperkuat formasi garda belakang!" seru komandan dengan suara bergetar, lebih sebagai upaya menyelamatkan nyawa daripada strategi.

"Apa-apaan monster bodoh ini... tidak ada habisnya! Sialan!" salah satu prajurit menahan amarah sekaligus keputusasaan yang meluap di dadanya.

Seorang wakil jenderal langit agung melompat dengan keberanian luar biasa, memotong tubuh salah satu Numbers paling besar hingga terbelah dua. Namun, sebelum ia sempat kembali ke posisinya, tubuh Numbers yang terluka langsung menyatu kembali. Monster itu berdiri seakan-akan tidak pernah terluka.

"Keparat! Bahkan tebasan terkuatku tidak berguna! Apa kita harus terus menggunakan serangan gabungan seperti tadi?" pikir sang wakil jenderal dengan getir. Matanya berkaca-kaca, menahan rasa frustasi yang semakin menyesakkan dada.

Di tengah kebingungan pasukan langit, situasi semakin buruk. Numbers semakin brutal, menyapu medan perang tanpa terkendali. Pasukan langit terlempar ke sana kemari, seperti daun kering di tengah badai.

Namun, tiba-tiba, ledakan besar menghantam para Numbers satu per satu. Gelombang energi dahsyat menghancurkan mereka hingga tak mampu beregenerasi. Suara jeritan kesakitan Numbers menggema, merobek keheningan yang sempat menyelimuti.

Slash!

Slash!

Slash!

Rentetan ledakan terus menghujani Numbers. Tebasan cahaya kuning keemasan turun dari langit seperti hujan meteor, langsung menghancurkan ribuan Numbers tanpa ampun. Setiap tebasan memancarkan aura yang begitu murni, membawa harapan yang selama ini nyaris padam.

"Apa itu?" seorang prajurit langit berseru dengan mata terbelalak.

"Bantuan! Itu bala bantuan dari pihak kita!" seru prajurit lainnya, suaranya penuh harapan.

Rentetan ledakan dan tebasan itu menghentikan amukan Numbers. Perlahan, pasukan langit kembali menemukan harapan. Mata mereka yang tadinya redup kini menyala dengan semangat baru.

“Berani-beraninya kau menyakiti teman-temanku... Aku pastikan kau akan membayar semua ini!” teriak Kaiju dengan suara penuh amarah, menatap sosok yang telah menghancurkan Numbersnya.

Di tengah langit yang mendung, muncul Julius, seorang Jenderal Langit Agung dengan enam sayap keadilan yang bersinar terang. Cahaya dari sayapnya seolah memotong kegelapan, mengisi setiap sudut medan perang dengan aura kemenangan.

“Kalian bangsa rendahan sangat lancang telah melakukan pemberontakan ini. Aku, Julius, sang Keadilan Absolut, tidak akan membiarkan kalian berbuat seenaknya!” Suara Julius bergema lantang, membawa ketegasan yang membuat gemetar siapa saja yang mendengarnya.

Dengan satu gerakan, Julius memancarkan energi penghancur yang luar biasa, meluluhlantakkan sebagian besar wilayah barat. Tanah berguncang, udara bergetar. Bahkan pasukan iblis yang berada jauh di belakang merasa tekanan energi itu menusuk hingga ke jiwa mereka.

“Energi penghancur sebesar ini... Apa kau ingin pamer kekuatan, anak muda?” sebuah suara dingin terdengar dari balik dimensi. Perlahan, muncul Asmodeus, Eksekutif Jenderal Iblis yang bangkit dari tidurnya.

Dengan tunggangan kura-kura besar miliknya, ia melangkah ke medan perang dengan tenang, seolah keberadaan Julius tidak mengganggunya sedikit pun.

“Mundur, Kaiju. Kau bukan lawan yang sepadan untuknya. Biarkan aku yang akan menghadapi anak muda ini!” Asmodeus berkata santai namun penuh kewibawaan. Matanya yang tajam menatap Julius dengan senyum sinis.

Namun Julius hanya terkekeh. “Jangan sok kuat, kau iblis rendahan. Aku bahkan bisa mengalahkan kalian berdua dengan mudah!” balasnya, matanya memancarkan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan.

______________

Nama : Kaiju.

Status : Bangsa iblis/salah satu dari 10 Eksekutif raja iblis.

Skill : - ( belum di sebutkan)

______________

Nama : Asmodeus.

Status : Bangsa iblis/salah satu dari 10 eksekutif jendral iblis (Entitas)

Ultimate : - (belum di sebutkan).

______________

______________

Nama : Julius.

Status : Bangsa dewa (langit)/salah satu dari 7 jendral langit agung (Keadilan Absolut).

Ultimate : - (belum di sebutkan)

______________

Pertempuran di wilayah timur Benua 7 berlangsung sengit, tetapi hasilnya sudah hampir pasti. Pasukan Langit, yang dipimpin oleh dua Jenderal Langit Agung, berhasil memukul mundur pasukan iblis dengan telak. Tidak ada perlawanan berarti. Seolah-olah para iblis itu hanyalah domba-domba yang dilempar ke dalam kawanan singa lapar.

Langit di atas medan perang berwarna merah tua, seperti darah yang tumpah dari ribuan jiwa. Cambuk-cambuk cahaya melesat cepat, menyambar tubuh para iblis yang berusaha kabur, mematahkan semangat mereka untuk melawan.

Tebasan pedang raksasa membelah udara, menciptakan suara menderu yang membuat bulu kuduk meremang. Para iblis yang terpotong tebasan lenyap tanpa bekas, hanya meninggalkan jejak asap gelap.

Hera, Jenderal Langit Agung, berdiri di tengah-tengah ladang pembantaian. Armornya yang berkilauan memantulkan sinar keemasan, menambahkan aura ilahiah pada sosoknya.

Pedangnya berlumuran darah hitam iblis, tetapi wajahnya tetap tenang. Ia tidak menunjukkan emosi apa pun kecuali rasa dingin yang menusuk.

"Jangan lari, kalian makhluk rendahan!" suaranya menggema, keras dan tajam.

"Itulah harga yang harus kalian bayar jika berani melawan Pasukan Langit!" seru salah satu prajurit Pasukan Langit dari belakang, suaranya penuh kemenangan.

Di mana-mana, para iblis berjatuhan, terjerat oleh cahaya atau tertebas pedang tanpa ampun. Tidak ada belas kasih. Tidak ada kelonggaran. Pasukan Langit bertempur seperti mesin perang tanpa hati, dipandu oleh ketegasan Hera dan kebrutalan Salomon, rekan sesama Jenderal Langit Agung.

"Jangan biarkan satu pun dari mereka melarikan diri!" seru Hera dengan suara penuh wibawa, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. "Tangkap mereka semua. Habisi para pemberontak ini!"

Namun, suara lain terdengar di antara hiruk-pikuk pertempuran.

"Yho-ho-ho! Menarik sekali..." Salomon tertawa lepas, perutnya yang besar berguncang. Ia memakan cemilan dengan lahap, seolah tidak ada perang yang sedang terjadi di sekitarnya. "Apa hanya begini kekuatan eksekutif Jenderal Iblis? Memalukan!"

Tatapannya melewati dua sosok eksekutif jenderal iblis yang terkapar tak berdaya di tanah, darah mereka membasahi pasir hitam di bawah kaki. Wajah mereka dipenuhi luka, mata mereka memancarkan ketakutan bercampur kebencian.

"Butuh banyak pengalaman lagi bagi kalian untuk mengalahkanku," Hera berkata dingin, pandangannya menusuk seperti pedang. "Seharusnya kalian tahu itu."

Pertempuran yang awalnya berjalan seimbang berubah drastis saat Hera tiba di medan perang. Kehadirannya seperti badai yang menghancurkan semua halangan. Dengan keahliannya yang luar biasa, ia memimpin Pasukan Langit untuk mendominasi pertempuran ini sepenuhnya.

Tidak ada yang menyangka bahwa dua eksekutif jenderal iblis bisa ditumbangkan begitu cepat. Kekalahan mereka memperparah situasi bangsa iblis yang sudah berada di ambang kehancuran.

Di kejauhan, sisa pasukan iblis berlarian tak tentu arah, kehilangan komando dan harapan.

“Pada akhirnya, kami tetap akan menjadi pemenang,” gumam Hera sambil mengangkat pedangnya yang bersinar terang. Ia melangkah maju dengan tenang, langkahnya penuh keyakinan. Tatapannya tajam, memindai medan perang untuk memastikan tidak ada lagi musuh yang tersisa.

Aura Hera memancarkan rasa hormat dan ketakutan. Tidak peduli berapa banyak iblis yang sudah tumbang, ia tetap siaga. Ia tahu, kemenangan sejati hanya datang saat tidak ada ancaman yang tersisa.

"Kakak memang hebat! Andai Kakak tidak datang, mungkin kami akan kesulitan menghentikan mereka!” seru Amon, adik angkat Hera, dengan nada penuh kekaguman.

Namun Hera hanya meliriknya dingin. “Hentikan, Amon. Ini belum waktunya untuk merayakan kemenangan. Jangan lengah sedikit pun,” tegurnya tegas.

Suaranya seperti petir yang membangunkan adiknya dari angan-angan. Hera juga menambahkan, “Dan jangan pernah tiru tingkah Salomon.”

Belum sempat Amon menjawab, Salomon menyela dengan tawa khasnya. “Yho-ho-ho! Padahal aku masih punya skill ultimate yang kusimpan, tapi kau datang dan mengalahkan mereka semua! Akibatnya, aku jadi terlihat lemah!” katanya sambil menggigit cemilan di tangannya.

Hera menghela napas panjang. “Ini bukan waktunya bermain-main, Salomon. Kau seharusnya lebih fokus bertarung, bukan makan cemilan di medan tempur!” Teguran itu seperti menusuk, tetapi Salomon hanya meringis.

“Perempuan memang sulit diajak santai,” gumam Salomon dalam hati sambil mengunyah.

Hera memalingkan pandangannya, menatap ke sisih lain. “Pertempuran sengit masih terjadi di wilayah utara dan selatan. Kita harus segera ke sana setelah memastikan tempat ini benar-benar bersih.”

Alasan dua eksekutif jenderal iblis terkapar tak berdaya adalah karena skill ultimate Hera, sebuah kemampuan yang dapat melumpuhkan siapa pun, bahkan iblis tingkat mistis.

Kedua jenderal iblis itu sebelumnya tidak menyangka bahwa Hera, yang tampak anggun, memiliki kekuatan yang melampaui ekspektasi mereka.

“Keparat! Kita kalah hanya dengan satu serangan. Ini memalukan!” geram salah satu eksekutif iblis, berbaring tak berdaya di tanah.

“Kau benar!” rekannya menimpali dengan nada penuh getir. “Azazel sudah memperingatkan kita untuk menghindari Tiga Keadilan Absolut, tapi apa-apaan kekuatan wanita jalang ini? Dia sangat mengerikan!”

Hera, tanpa memedulikan rintihan musuh, memandang Amon dengan tatapan serius. “Pergilah ke wilayah utara. Aku bisa merasakan aura kutukan mengerikan yang memporak-porandakan pasukan Langit di sana.”

Amon yang sejak tadi memperhatikan ekspresi Hera bertanya, “Ada apa, Kak? Kau terlihat murung.”

“Kutukan ini...” Hera menggigit bibirnya. “Tidak salah lagi, pasti iblis itu...”Sebuah bayangan dari masa lalu melintas di benaknya. “Lucifer,” gumamnya pelan, hampir tak terdengar.

“Aku penasaran sekuat apa Lucifer. Apa dia benar-benar sehebat yang dirumorkan, atau itu hanya kebohongan belaka?” Amon bertanya dengan nada riang, tetapi Hera langsung menghantam kepalanya dengan tangan terbuka.

“Jangan meremehkan iblis kuno! Mereka adalah monster yang sesungguhnya,” kesal Hera. Namun, nada suaranya menyiratkan kekhawatiran yang dalam.

“Aku akan berhati-hati, Kak. Jangan khawatir,” Amon akhirnya menjawab dengan nada lebih serius. Ia tahu, di balik sifat dingin Hera, ada kasih sayang yang tulus sebagai seorang kakak.

Beberapa saat setelah Amon pergi, Salomon akhirnya mengeluarkan skill ultimate-nya. Cahaya putih menyilaukan turun dari langit, menyerap energi dari para iblis yang telah tumbang. Tubuh para iblis itu mengejang, menyusut, hingga akhirnya tinggal kulit dan tulang.

“Yho-ho-ho! Sangat berenergi!” Salomon tertawa puas. Tubuhnya yang semula tambun kini berubah kekar, penuh otot yang menggambarkan kekuatan luar biasa.

“Bagaimana? Apakah kau sudah menganggapku serius sekarang, Hera? Yho-ho-ho!” tanyanya, memperlihatkan otot-ototnya dengan bangga.

“Dasar aneh,” balas Hera singkat, tanpa ekspresi.

Namun, suasana tiba-tiba berubah. Sebuah tekanan mengerikan meliputi medan perang. Hera merasakan hawa kutukan yang begitu kuat, membuatnya siaga penuh.

“Apakah kau merasakannya, Salomon?” tanya Hera dengan nada waspada.

“Ya! Aku juga menyadarinya,” jawab Salomon, meski ia tetap santai.

Tanpa peringatan, bola-bola air berwarna hijau meluncur deras dari langit, menghujani mereka tanpa henti. Hera dan Salomon berhasil menghindar, tetapi mata mereka melebar saat melihat bayangan besar di atas kepala mereka.

Seekor kura-kura raksasa, dengan kulit berlumuran energi hitam, muncul dari balik awan.

“Sejak kapan makhluk itu di atas kita?” gumam Hera tak percaya.

Salomon, alih-alih khawatir, malah terkagum-kagum. “Itu besar sekali! Aku tidak sabar untuk menyerap energi itu sampai kurus kering. Yho-ho-ho!”

Hera memutar bola matanya. “Ini bukan waktu untuk kagum, Salomon! Makhluk ini memancarkan aura bahaya. Bersiaplah!”

Dari atas kura-kura raksasa itu, dua siluet iblis melompat turun.

Salah satunya adalah Asmodeus, sosok dengan tanduk kambing melingkar, memancarkan aura yang hampir menyamai Lucifer. Hera mengerutkan dahi, matanya penuh tanda tanya.

“Keparat! Aku tidak akan memaafkan perbuatan kalian! Bersiaplah untuk mati!” Kaiju, yang dikenal dengan temperamennya yang meledak-ledak, membuka serangan tanpa basa-basi.

Namun sebelum ia sempat mendekati Hera, Salomon menghantam wajahnya dengan palu emas, membuatnya terlempar ribuan meter.

“Yho-ho-ho! Itu pasti sakit sekali!” ejek Salomon, tertawa puas.

Mengetahui dua rekannya sesama eksekutif jenderal iblis telah tumbang, amarah Kaiju membara. Sorot matanya merah menyala penuh kebencian, cakar-cakarnya berkilauan, siap bangkit kembali menghantam lawan-lawannya tanpa ampun. Raungan Kaiju menggema di seluruh medan perang, memecah keheningan.

Kaiju lalu melesat dari puing-puing, mengusap darah hitam yang mengalir dari sudut mulutnya. "Kalian akan membayar semua ini," desisnya dengan suara rendah yang menggema penuh ancaman. Tatapan matanya, menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan.

Kaiju dikenal sebagai salah satu jenderal iblis yang paling setia dan penuh solidaritas.

Biasanya ia adalah sosok riang, selalu membawa kebahagiaan di tengah pasukannya.

Namun, ketika rekan-rekannya dalam bahaya atau membutuhkan bantuan, ia tak segan-segan maju ke depan, bahkan jika itu berarti menghadapi ancaman yang jauh lebih kuat darinya.

Dan hari ini, ia bertekad untuk membalas kekalahan rekan-rekannya, tidak peduli betapa besar harga yang harus ia bayar.

"Kau benar-benar keras kepala." ujar Hera dengan suara datar. Tatapannya tajam, penuh kehati-hatian, tetapi tidak ada sedikit pun rasa takut dalam dirinya. "Menghadapi kami tanpa perhitungan hanya akan mempercepat kehancuranmu."

Sementara itu, Salomon dengan santai mengeluarkan sekantong kecil cemilan dari balik jubah armor nya. Dia menggigit salah satu makanan ringan itu, lalu berkata dengan nada bercanda, "Yho-ho-ho, dia terlihat marah sekali. Kau pikir dia punya rencana? Atau hanya bertingkah gegabah?"

"Entahlah, tapi dia sepertinya tidak akan menyerah dengan mudah," jawab Hera.

Kaiju tidak memberikan mereka banyak waktu untuk berbicara. Tubuhnya kembali melesat dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang udara yang mengguncang tanah di sekitarnya. Kali ini, serangannya diarahkan langsung ke Hera.

Namun, dengan kelincahannya, Hera menghindari setiap cakar yang mengarah padanya. Serangan-serangan Kaiju menghantam tanah, menciptakan lubang-lubang besar di mana-mana.

"Aku tidak akan memaafkan kalian!" teriak Kaiju dengan suara yang penuh kemarahan dan kepedihan. Kepedihan itu bukan hanya karena kekalahan rekan-rekannya, tetapi juga karena dirinya merasa gagal melindungi mereka. Bagi Kaiju, kehormatan pasukan iblis adalah segalanya.

"Kau terlalu emosional," Hera berkata sambil melompat mundur untuk menciptakan jarak. "Kemampuanmu luar biasa, tapi amarahmu mengaburkan penilaianku."

Di kejauhan, Asmodeus berdiri diam, memperhatikan pertempuran dengan tatapan tajam. Sebelumnya, ia dan Kaiju tengah bertarung mati-matian melawan Julius, salah satu dari 3 Keadilan Absolut.

Namun, entah bagaimana, mereka berdua tiba-tiba ada di tempat ini. Sungguh membingungkan dan penuh tanda tanya, lantas bagaimana kondisi Julius sekarang.

Asmodeus tidak mengatakan apa-apa, tetapi dari cara ia memandang Hera dan Salomon, jelas bahwa ia sedang menilai situasi dengan sangat hati-hati dan terstruktur.

"Kita harus menyelesaikan ini dengan cepat," gumam Asmodeus pada dirinya sendiri. Ia tahu, jika terlalu lama bertarung melawan Hera dan Salomon, peluang menyusul raja iblis Zhask agung ke istana langit tersendat.

Kaiju, dengan penuh tekad, kembali bangkit. Kali ini, energi gelap mengelilingi tubuhnya, menciptakan aura yang menakutkan. "Aku akan menunjukkan kekuatan yang sesungguhnya," katanya dengan suara yang lebih rendah tetapi lebih mengancam.

Hera memperhatikan perubahan ini dengan serius. "Salomon, berhenti bermain-main. Dia mulai menunjukkan kekuatan aslinya. Kita tidak boleh lengah."

"Yho-ho-ho, baiklah, baiklah," Salomon menjawab sambil mengangkat palu emasnya. "Tapi aku masih merasa ini akan menyenangkan."

Pertarungan itu pun semakin memanas, dengan kedua belah pihak menunjukkan kemampuan luar biasa mereka. Kaiju terus menyerang tanpa henti, sementara Hera dan Salomon bekerja sama untuk menghadapinya.

Di tengah-tengah semua itu, Asmodeus mulai bergerak, bersiap untuk melancarkan serangan kejutan yang bisa mengubah jalannya pertempuran atau bahkan membunuh mereka berdua dengan satu serangan yang sudah Asmodeus analisis.

____________

Nama : Salomon.

Status : Bangsa dewa/salah satu dari 7 jendral langit agung.

Ultimate : Penyerapan Super The Great.

_____________

_____________

Nama : Hera.

Status : Bangsa dewa/salah satu dari 7 jendral langit agung.

Ultimate : - (belum di sebutkan)

______________

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!