Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"
Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.
Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WARISAN KEGELAPAN
Hari telah berganti, tetapi dunia Elena terasa berbeda. Seolah-olah warna-warna telah pudar, meninggalkan bayangan abu-abu yang menyelimuti setiap sudut kehidupannya. Langit pagi di kota kecil itu tampak muram, meskipun tidak ada awan gelap.
Dia duduk di ruang tamu rumah Edward, menatap kosong ke arah jendela. Pedang yang menjadi simbol pengorbanan Liam tergeletak di atas meja, terbungkus kain hitam. Setiap kali Elena melihatnya, rasa sakit di dadanya kembali menyeruak, mengingatkan pada keputusan yang tidak bisa diubah.
Edward masuk membawa secangkir teh hangat, meletakkannya di depan Elena. “Minumlah. Kamu butuh energi.”
Elena menggeleng pelan. “Aku tidak lapar.”
Edward menghela napas panjang dan duduk di kursi di seberangnya. “Aku tahu kehilangan itu berat, Elena. Tapi kamu masih punya tanggung jawab. Artefak itu sekarang milikmu, dan dengan itu datang kewajiban untuk menjaga keseimbangan.”
“Keseimbangan?” Elena mendongak, tatapannya penuh kebingungan dan amarah. “Aku kehilangan segalanya, Edward. Bagaimana aku bisa menjaga keseimbangan kalau hidupku sendiri hancur?”
Edward menatapnya dengan bijak. “Justru karena kamu kehilangan, kamu memahami betapa pentingnya menjaga agar orang lain tidak mengalami hal yang sama.”
---
Bayangan Masa Lalu
Malam itu, Elena bermimpi aneh. Dia berada di sebuah tempat yang asing—hutan yang sama dengan Black Hollow, tetapi kali ini dipenuhi cahaya lembut yang menenangkan. Di tengah hutan, Liam berdiri, menatapnya dengan senyum hangat.
“Liam…” Elena berlari ke arahnya, tetapi jarak di antara mereka tidak pernah berkurang. “Aku merindukanmu.”
“Aku tahu,” jawab Liam, suaranya lembut seperti angin. “Tapi kamu harus melanjutkan hidup, Elena. Jangan biarkan pengorbananku sia-sia.”
“Tapi aku tidak tahu harus bagaimana,” kata Elena, suaranya gemetar.
“Kamu tahu,” Liam membalas. “Kamu hanya perlu percaya pada dirimu sendiri.”
Sebelum Elena sempat menjawab, bayangan Liam memudar, meninggalkannya sendirian di tengah hutan.
---
Kebenaran yang Tersembunyi
Ketika Elena terbangun, sinar matahari pagi menyelinap melalui jendela. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya—semacam ketenangan yang belum pernah dia rasakan sejak kehilangan Liam.
Dia turun ke dapur dan menemukan Edward sudah menyiapkan sarapan.
“Ada sesuatu yang harus kamu ketahui,” kata Edward tanpa basa-basi. “Liam tidak benar-benar hilang.”
Elena berhenti di tempatnya, jantungnya berdebar kencang. “Apa maksudmu?”
Edward mengeluarkan sebuah buku tua dari rak, membukanya pada halaman yang penuh dengan simbol kuno. “Roh Liam sekarang terikat pada artefak itu. Selama pedang itu ada di dunia ini, sebagian dari dirinya masih bersama kita.”
“Jadi… aku bisa membawanya kembali?” Mata Elena bersinar dengan harapan.
Edward menggeleng pelan. “Tidak semudah itu. Kamu bisa berbicara dengannya melalui ritual tertentu, tapi membawanya kembali ke dunia nyata memerlukan pengorbanan yang jauh lebih besar.”
“Aku tidak peduli. Beritahu aku caranya.”
---
Ritual Pemanggilan
Malam itu, Elena dan Edward melakukan persiapan di ruang bawah tanah rumah Edward. Lilin-lilin hitam menyala di setiap sudut, dan lingkaran sihir digambar di lantai dengan darah ayam yang baru saja disembelih. Aroma kemenyan memenuhi udara, membuat suasana semakin mencekam.
Edward berdiri di luar lingkaran, sementara Elena duduk di tengahnya dengan pedang di pangkuannya.
“Kamu siap?” tanya Edward.
Elena mengangguk, meskipun rasa takut menjalari tubuhnya.
Edward mulai melantunkan mantra dalam bahasa kuno, suaranya dalam dan bergetar. Lingkaran di sekitar Elena mulai bersinar, dan angin dingin berputar di dalam ruangan.
“Elena…” suara Liam terdengar samar, tapi jelas.
Elena membuka matanya, dan di depannya, sosok Liam muncul, lebih nyata dari sebelumnya. Tapi ada sesuatu yang berbeda—matanya bersinar dengan cahaya biru, dan tubuhnya tampak seperti bayangan yang bergerak.
“Liam!” Elena ingin memeluknya, tapi tubuhnya tertahan oleh kekuatan yang tak terlihat.
“Jangan, Elena,” kata Liam dengan lembut. “Ini hanya sementara.”
“Aku akan membawamu kembali,” kata Elena penuh tekad. “Aku tidak peduli apa yang harus aku lakukan.”
“Tidak,” Liam menggeleng. “Jika kamu melakukannya, kamu akan menghancurkan keseimbangan dunia ini. Aku sudah cukup berkorban. Sekarang giliranmu untuk melanjutkan apa yang kita mulai.”
Elena terdiam, air mata mengalir di pipinya. “Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya tanpamu.”
“Kamu bisa,” jawab Liam. “Kamu lebih kuat dari yang kamu kira.”
Cahaya di sekeliling mereka mulai memudar, dan Liam perlahan menghilang. Sebelum dia benar-benar pergi, dia menyentuh hati Elena dengan tangan dinginnya.
“Aku selalu ada di sini.”
---
Awal yang Baru
Ketika ritual selesai, Elena duduk di lantai, merasa hampa tetapi juga damai. Edward mendekatinya, menepuk pundaknya dengan lembut.
“Kamu membuat keputusan yang benar,” katanya.
Elena mengangguk pelan. Dia tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan baru—perjalanan yang penuh dengan tanggung jawab dan bahaya. Tapi dia juga tahu bahwa dia tidak sendiri.
Dengan pedang di tangannya dan tekad di hatinya, Elena siap menghadapi apa pun yang akan datang.