Karin, Sabrina, dan Widuri. Tiga perempuan yang berusaha mencari kebahagiaan dalam kisah percintaannya.
Dan tak disangka kisah mereka saling berkaitan dan bersenggolan. Membuat hubungan yang baik menjadi buruk, dan yang buruk menjadi baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfira Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18.Hilang Akal
Di Klub Malam
Lampu disko berputar-putar, membuat bayangan menari di dinding. Musik yang menghentak menggetarkan dada, membuat Widuri tak bisa diam. Widuri menenggak minuman di tangannya, dan tubuhnya terus bergoyang mengikuti irama. Dia berusaha melupakan semua masalah yang menimpanya.
"Widuri!" Yuan memanggilnya, suara Yuan nyaris tenggelam dalam dentuman musik.
"Widuri, Mbak Karin telpon nih!"
"Bilang aja lagi sibuk!" teriak Widuri tanpa menoleh, matanya masih tertuju pada cahaya disko yang berputar-putar.
"Dia rupanya belum menyerah ngebujuk aku pulang. Tapi mau sekeras apapun usahanya, aku enggak akan pulang sebelum dia buat Mas Bagas balik ke sisiku." Widuri bergumam sendiri, lalu menegak kembali minuman di tangannya.
Yuan mendekati Widuri, memegang gelas berisi minuman sambil bergoyang. "Dia titip pesan sama aku barusan," ucap Yuan.
"Apa katanya?"
"Dia bilang ada lowongan di tempat kerja Mas Tara, dan kamu disuruh pulang."
Widuri tertawa mendengarnya. "Dia pikir aku ini anak kecil. Dia pikir dia bisa menipuku."
Widuri menggeleng tak ingin memikirkan hal itu. Dia dan Yuan terus bergerak ke kanan dan ke kiri di tengah banyak orang yang menari.
"Jadi kamu enggak akan pulang?" Yuan bertanya lagi dengan suara yang keras, berusaha bersaing dengan dentuman musik.
"Enggak, Yun! Aku akan membuat Mbak Karin merasa bersalah selamanya!"
"Gara-gara dia pernikahanku sama Mas Bagas gagal." Suara Widuri bergetar, dan matanya mulai berkaca-kaca.
Dia tampak belum bisa berdamai dengan sakit hati yang dirasakannya.
Melihat Widuri seperti itu, Yuan langsung mendekati Widuri, dan merangkul bahunya. "Udah, udah jangan ingat lagi Bagas. Tuh banyak laki-laki disini. Lebih ganteng daripada Bagas."
Yuan menunjuk ke sekeliling area klub malam. Widuri mengikuti arah telunjuk Yuan, hingga matanya tertuju pada satu sosok yang tak asing.
"Loh, itu kan Mas Cakra," ucap Widuri.
"Mas Cakra, mantan Mbak Karin?"
"Iya."
Widuri mengepalkan tangan, dan matanya terus mengamati kelakuan Cakra. Hingga tak lama Yuan pergi bersama seorang pria yang baru berkenalan dengannya.
Widuri menghampiri Cakra yang tengah duduk bersama dua perempuan bertubuh seksi di sisinya. Widuri menghampiri sambil merekam kelakuan Cakra menggunakan ponsel miliknya.
Cakra tampaknya menyadari apa yang Widuri lakukan. "Hei, apa-apaan kamu?" Dia berteriak sambil berdiri dari tempatnya.
"Surprise!" ucap Widuri sambil menurunkan ponsel yang menghalangi wajahnya.
"Widuri?"
"Ternyata kelakuan kamu memang bejat ya Mas Cak," ucap Widuri berhasil membuat wajah Cakra merah padam.
Cakra pun menyuruh para gadis di sampingnya untuk pergi. "Nanti kita lanjut ya cantik, aku ada urusan dulu."
"Kalau calon istri kamu tahu kelakuan kamu gimana ya? Apa dia masih mau nikah sama kamu?" ucap Widuri sambil tersenyum smirk.
Cakra tampaknya tak suka. Dia langsung menarik tangan Widuri, lalu menyeretnya ke sebuah sudut yang sepi.
"Berikan ponsel kamu!" pinta Cakra dengan tatapan tajam.
"Iya nanti aku berikan sama calon istri kamu," ucap Widuri, tubuhnya mulai terasa melayang. Karena pengaruh alkohol yang dia minum dalam jumlah banyak.
Cakra menggeram, dan berusaha merebut ponsel Widuri, tapi Widuri tak membiarkannya. Bahkan Widuri mencoba menyembunyikan benda pipih itu di dalam bajunya.
"Cobalah Mas, apa kamu berani mengambilnya," tantang Widuri sambil memajukan kedua gunung kembar miliknya.
"Huh, mau kamu apa sih Widuri, kenapa kamu cari gara-gara sama aku hah?"
Widuri mengangkat sebelah alisnya. "Rupanya Mas Cakra belum sadar akan kesalahannya," batinnya.
Widuri mencengkram kerah kemeja Cakra. "Mas Cak, ingin tahu alasanku?"
Widuri mendekatkan wajahnya ke arah wajah Cakra. Membuat Cakra mulai berkeringat dingin.
"Widuri kamu mau apa?"
"Jika aku tak menikah, kalian pun enggak boleh menikah!" tekan Widuri, lalu melumat bibir laki-laki itu dengan cepat. Dia sepertinya bertekad akan menghancurkan pernikahan Cakra.
Cakra seketika meronta, dan berusaha mendorong tubuh Widuri. "Widuri, kamu apa-apaan sih?"
Widuri dengan kegilaannya, tak membiarkan Cakra pergi. Dia mengurung tubuh lelaki itu, mengalungkan lengannya di leher Cakra.
"Wi, berhenti! Cukup!" Cakra mendorong Widuri dengan sekuat tenaganya, hingga tangan Widuri terlepas dari tubuh Cakra, dan tubuh Widuri mundur kebelakang.
Bugh!
Kepala Widuri pun membentur tembok dwngan keras. Membuatnya langsung tak sadarkan diri, dan Cakra panik.
"Widuri!" Cakra mengguncang tubuh Widuri. "Ah, kenapa dia pingsan segala, sih?"
Cakra merasa bingung sambil terus mengamati Widuri. Namun, melihat tubuh Widuri yang menggoda membuat sebuah ide melintas di benaknya, dan dia langsung tersenyum miring.
.....
Widuri mengerjapkan matanya perlahan. Dia memegangi kepalanya yang terasa sakit sambil mengamati langit-langit. Melihat lampu mewah yang menggantung, membuat Widuri sadar kalau dirinya bukan berada di rumah, atau kamar kost Yuan.
Widuri mencoba bangun, lalu mengamati seluruh ruangan. Matanya membulat saat melihat Cakra sedang berdiri di dekat jendela sambil memegang gelas berisi anggur merah.
Widuri pun teringat apa yang terjadi ... dan sepertinya Cakra telah membawanya ke sebuah apartemen. Widuri meraba diri, dan sepertinya Cakra tak bertindak macam-macam padanya.
Tapi bukan ini yang dia mau. Widuri punya rencana gila untuk menghancurkan hidup Cakra.
Widuri berdiri dari ranjang, lalu dengan sengaja menanggalkan baju luaran yang dia pakai, hingga hanya menyisakan kaos dalam berwarna hitam.
Widuri berjalan mendekati Cakra sambil berlenggak lenggok. Widuri juga terpesona, dan merasa bergelora saat melihat tubuh Cakra Dada Cakra yang bidang, dan perut berotot begitu jelas terlihat karena kancing kemejanya yang sengaja dibuka.
"Mas Cakra," panggil Widuri dengan suara yang sengaja dilembutkan.
Cakra menoleh, lalu menelan salivanya. Dia menegak kembali minuman ditangannya. Terlihat laki-laki itu juga sudah cukup mabuk.
"Kamu udah sadar?"
Widuri mengangguk, lalu berdiri di hadapan Cakra ... dan tak ada perlawanan yang Cakra lakukan lagi seperti sebelumnya. Bahkan Cakra malah menarik pinggang Widuri, dan membuat Widuri terkejut.
Cakra terkekeh. "Kenapa terkejut Wi, bukannya kamu suka seperti ini?"
"Apa kamu sekarang merasa takut?" tanyanya.
Widuri mulai bimbang. Disatu sisi nyalinya mulai menciut, tapi di satu sisi dia ingin merusak pernikahan Cakra ... dan di satu sisi yang lain Widuri mulai merasakan ada hasrat yang tak bisa ditahan.
Widuri menggeleng, lalu meletakkan tangannya di bahu Cakra. "A-aku enggak takut, Mas."
"Kalau begitu mau dilanjut lagi kah yang tadi? Kuakui ciumanmu rasanya fantastis Wi," ucap Cakra sambil menyematkan rambut Widuri ke belakang telinga.
Widuri menelan salivanya. Dia mengangguk lalu memejamkan mata, dan mulai merasakan benda kenyal menyentuh bibirnya. Serta tubuh Cakra yang hangat pun mulai memeluk tubuh Widuri dengan erat.
....
Keesokannya
"Aaaaaa ...." Widuri berteriak saat bangun dan menyadari apa yang telah terjadi.
Dia menutup tubuhnya yang polos dengan selimut di dekatnya. Lalu memukuli kepalanya sendiri. Semalam dia benar-benar bodoh, dan sudah melakukan kesalahan besar.
"Kenapa jadi begini? Apa yang udah terjadi?"
Widuri mencoba mengingat apa yang terjadi semalam saat dirinya mabuk. Lalu bayang Cakra pun terlintas.
"Mas Cakra!" Widuri menutup mulutnya. Dia ingat sudah melakukan hal gila bersama cakra.
Lalu disaat bersamaan Cakra keluar dari kamar mandi sambil mengenakan handuk kimono berwarna navy. Rambutnya masih tampak basah, dan dia tersenyum ke arah Widuri.
"Hai, sayang udah bangun," ucap Cakra.
Widuri melongo tak percaya mendengar panggilan Cakra pada dirinya.
Widuri tak menjawab, dan buru-buru memunguti pakaiannya yang berceceran lalu memakainya. Cakra juga melakukan hal yang sama. Dia memakai bajunya di hadapan Widuri, tapi Widuri langsung memalingkan wajah. Widuri tak sudi melihat Cakra.
"Kenapa Wi, bukannya semalam kamu sudah lihat semuanya?"
"Kenapa kamu bersikap begitu sekarang?" tanya Cakra.
Widuri tak menyahut, dan terus memakai seluruh bajunya. Hingga tiba-tiba Cakra menarik lengan Widuri, membuat tubuh Widuri berpaling ke arah Cakra, dan menubruk dadanya.
"Jangan bilang kamu menyesal dengan apa yang kamu lakukan semalam?" tanya Cakra begitu dingin sambil tersenyum menyeringai.
Melihat wajah Cakra benar-benar membuat Widuri jijik, dan ingin memukulnya.
"Bajingan!" Satu kata itu terlontar dari mulut Widuri.
Cakra terkekeh. "Jika aku bajingan, lalu kamu apa? Wanita penggoda, kah? Kamu harus ingat yang memulai semuanya itu kamu, sayang."
Cakra membelai wajah Widuri, lalu Widuri menampiknya. "Jangan sentuh aku!" teriak Widuri.
"Ayolah sayang jangan galak gitu. Bagaimana kalau kita melakukan satu ronde lagi," ucapan Cakra sungguh membuat Widuri jijik.
Cakra hendak kembali menyentuh Widuri, tapi Widuri langsung mengambil sebuah pajangan vas yang ada di dekat ranjang. "Mundur!" teriak Widuri.
"Mundur, Mas! Atau aku enggak akan segan lemparin vas bunga ini ke kepala kamu!" ancam Widuri sambil mengayunkan vas di tangannya.
Cakra mengangkat kedua tangannya lalu mundur secara perlahan. Widuri langsung menyambar tas kecilnya, lalu berlari pergi meninggalkan kamar apartemen yang entah milik Cakra, atau siapa.
"Bodoh! Bodoh!" Widuri terus memukuli kepalanya sendiri, merutuki kebodohannya.
Hingga tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat seseorang. Widuri mengusap matanya untuk melihat lebih jelas, dan wajah yang dilihatnya sekilas mirip seseorang. Dan yang menarik orang itu baru saja keluar dari salah satu kamar apartemen, dan di dalam apartemen tampak seorang perempuan.
Cepat-cepat Widuri berpaling tak ingin ketahuan oleh orang tersebut. Namun, hatinya mulai bertanya-tanya.
"Kenapa dia bisa ada disini? Dia baru keluar dari apartemen siapa?" batin Widuri
"Itu beneran dia, atau bukan ya?" batinnya.