“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 9
Alika masuk ke dalam kamarnya dengan rasa malu. Dia tidak tahu kenapa dia bisa se-sial itu.
Alika menendang-nendang kakinya ke udara kesal dengan kebodohannya yang tidak bisa menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Dan bagaimana bisa tangannya ini menarik kemeja Brian!
Alika memukul-mukul bibirnya dengan kesal. Bisa-bisanya bibirnya itu tanpa malu menyentuh bibir Brian.
Arrrggghhh!!!! Teriak Alika.
Suara keras Alika bahkan sampai ke telinga Brian. Brian menyunggingkan senyum, dia tahu jika Alika pasti sedang merasa sangat malu.
Alika duduk dengan wajah lesu, sudah lewat tengah malam, tapi matanya tak mau terpejam, bahkan rasa kantuknya malam ini tidak kunjung mendatanginya.
“Argh..., aku pasti sudah gila!” Ujarnya pada diri sendiri.
............
Suara ketukan di pintu membuat Alika membuka mata. Matanya masih sulit untuk terbuka, seperti ada lem yang menempel di matanya.
Mungkin karena dia baru terlelap saat jarum jam menunjuk angka tiga. Dia terlalu malas untuk bangun, matanya terlalu berat untuk di buka. Namun suara ketukan dari luar pintu kamarnya yang tanpa henti memaksa Alika untuk bangun dan membuka pintu.
“Akhirnya kamu bangun juga, ku pikir kamu sudah ke alam bawah karena tidak bangun-bangun.” Ternyata yang mengetuk pintu kamarnya tanpa henti itu adalah Brian.
“Ada apa?” Tanya Alika masih setengah sadar.
“Kamu baik-baik saja?” Brian melihat Alika seperti sedang tidak sehat.
“Aku baik-baik saja jika kamu membiarkan aku tidur satu jam lagi, mataku terlalu sulit untuk aku buka.” Kata Alika dengan mata terpejam.
“Kenapa? Kamu tidak bisa tidur semalam karena mencium ku? Apakah bibirku sedahsyat itu hingga membuatmu begadang?” Ledek Brian yang berhasil membuat mata Alika yang tadinya seperti ter-lem jadi segar, kantuknya langsung hilang pergi meninggalkan pipi yang merona.
Adik ipar sialan? Umpatnya.
Kenapa Brian harus mengingatkan dia hal yang memalukan itu sepagi ini? Jika dia bisa sihir, dia ingin menghilang saja, atau dia akan menghilangkan Brian dari hidupnya selama-lamanya!
“Brian bisa kamu berikan aku waktu satu jam, aku ingin mandi, dan aku akan menemui setelahnya.” Kata Alika menutup pintu kamarnya tanpa mendengar jawaban Brian.
Secepat mungkin Alika menyelesaikan mandinya. Dia ingin menjelaskan semuanya pada Brian agar pria itu tidak terus salah paham padanya.
“Brian, semalam, yang terjadi itu hanya salah paham.” Jelas Alika yang kini duduk di ruang tamu bersama Brian.
“Benarkah? Apa kakak ipar yakin jika itu hanya salah paham.” Tanya Brian yang sengaja ingin memancing di air yang keruh, dia ingin lihat apakah joran yang di berinya umpan cacing itu akan mendapatkan ikan besar.
“Yang terjadi semalam itu, adalah, aku jatuh karna terpeleset, lantai dapur sangat licin Brian. Dan aku menarik kemeja mu, lalu kamu ikut jatuh, lalu....” Alika tak melanjutkan kata-kata selanjutnya.
“Lalu...” Brian menunggu.
“Lalu aku jatuh menimpamu dan secara tidak sengaja bibir....” Lagi-lagi Alika diam, dia sedang berpikir apa kata yang lebih baik yang bisa dia pakai untuk melanjutkan ucapannya itu.
“Mmm...” Tatap Brian menunggu.
“Lalu... Bibir kita tidak sengaja bersentuhan. Ya, itulah yang terjadi. Jadi kamu jangan salah paham, semua itu adalah ketidaksengajaan.” Ujar Alika tanpa jeda kali ini. Bahkan dia mengatakannya hanya dengan sekali tarikan nafas.
Melihat Alika yang panik menjelaskan membuat Brian senang, setidaknya, ada yang menghiburnya pagi ini dengan lelucon menyenangkan.
“Kamu mengerti kan maksudmu?” Tanya Alika karena Brian hanya diam mengamati.
“Tapi...” Kini gantian Brian yang membuat Alika menunggu untuk mendengar kelanjutan yang akan Brian katakan.
“Tapi apa?” Tanya Alika tak sabar karena Brian menggantung ucapannya.
“Tapi, aku bolehkan memberitahu Daniel seperti yang kakak ipar jelaskan tadi?” Brian menatap menang ke arah Alika.
“Apa maksudmu?” Dahi Alika mengerut bingung.
“Jika kak Daniel pulang, aku bolehkan menceritakan padanya apa yang terjadi? Aku akan mengatakan seperti yang kakak ipar katakan, jika kamu terjatuh menimpaku lalu bibir kita tidak sengaja bersentuhan.”
“Apa? Apa kamu gila!” Mata Alika terbelalak mendengar ucapan Brian.
Apa Brian tidak kasihan padanya? Apa Brian sengaja ingin membuat rumah tangganya hancur?
“Kenapa kamu harus memberitahunya?” Sambung Alika.
Alika tak habis pikir, apa sebenarnya yang ada di otak Brian, atau jangan-jangan kepalanya Brian tidak ada isinya? Makanya dia selalu bicara omong kosong yang membuat tinggi darah. Benar, lama-lama dia akan di serang stroke akibat ulah Brian itu.
Alika melepas kacamata tebalnya laku memijit-mijit pangkal hidungnya karena frustrasi dengan tingkah Brian yang membuatnya sakit hati dan kepala. Alika lupa jika foundation gelap yang di pakainya tidak tahan gesekan.
Dan itu tidak luput dari pandangan Brian. Namun Brian tidak memperlihatkannya pada Alika. Dia berpura-pura biasa saja.
“Brian dengar, tolong jangan mengatakan tentang yang terjadi malam tadi pada Daniel. Aku tidak ingin dia salah paham padaku, aku tidak ingin dia mencap ku sebagai wanita yang sengaja menggoda adiknya. Aku tidak ingin dia salah menilai ku.” Pinta Alika penuh harap.
“Kenapa kamu begitu peduli pada pendapatnya tentangmu?” Tanya Brian.
“Karna dia suamimu Brian. Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur hanya karna suatu ketidaksengajaan yang terjadi.” Jawab Alika.
“Apa kamu ingin bertahan dengan pria cacat yang tidak kamu kenal? Dia tidak akan bisa membuatmu bahagia, untuk apa kamu pertahankan rumah tanggamu, Kakakku itu impoten Alika.” Kata Brian menatap mata Alika. Dia ingin tahu apalagi kata yang akan di ucapkan Alika.
“Aku kan menerimanya Brian, sebagai istri aku siap, dan aku kan menerima apa pun kekurangan yang di miliki oleh suamiku. Aku kan tetap menemani Daniel tidak peduli bagaimana keadaannya.” Jawab Alika tulus penuh kejujuran.
Daniel sudah menjadi suaminya, meskipun pernikahannya dengan Daniel adalah pernikahan yang tidak dia inginkan dan harapkan, dia tetap akan menjadi istri yang baik dan akan terus berada di sisi Daniel.
“Jadi, tolong jangan mengatakan apa pun pada Daniel. Ku mohon?”
“Akan aku pikirkan.” Kata Brian berdiri lalu pergi meninggalkan Alika di ruang tamu dengan harapan jika Brian bisa di percaya untuk diam menyimpan kecelakaan bibir yang dia dan Brian alami.
Kata-kata Alika saat di ruang tamu tadi terus terngiang-ngiang di telinga Brian. Dia tidak menyangka jika Alika adalah perempuan yang begitu baik dan tulus.
Ada sedikit rasa bersalah muncul di hati Brian karena telah membohongi Alika. Namun, dia juga tidak bisa begitu cepat membongkar identitasnya pada Alika .
Alika melewati cermin hias di kamarnya, lalu melihat jika foundation di bagian hidungnya sedikit hilang. Dia pun menjadi panik sambil berdoa dalam hati, Brian tidak menyadarinya. Karena jika sampai Brian sadar, dia tidak tahu apa yang akan terjadi.
trus tidak helen yg terkejut akan fakta ttg daniel