Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pintu Ke Dunia Lain
Bab 25: Pintu Ke Dunia Lain
Setelah berjam-jam menghabiskan waktu di dalam gua, Kael dan timnya mulai merasa bahwa mereka hampir kehilangan harapan. Semua petunjuk yang mereka temui sejauh ini terasa kabur dan sulit dipahami, seolah-olah dunia ini memang tidak ingin mereka menemui jawabannya. Namun, saat-saat terakhir mereka hampir menemukan sebuah pencerahan yang sangat penting.
"Kael, coba lihat ini," Aria berkata dengan suara yang hampir terdengar seperti bisikan, tetapi tetap cukup keras untuk menarik perhatian Kael.
Kael menoleh, mendekati Aria, dan menatap batu hitam besar yang dia tunjukkan. Batu itu tidak tampak berbeda dari yang lain, tetapi setelah diperhatikan lebih cermat, Kael melihat adanya pola yang lebih jelas. Garis-garis tipis menyusuri permukaan batu, membentuk bentuk-bentuk yang tak bisa langsung dikenali. Ini bukan sekadar ukiran atau gambar. Ini adalah sebuah kode—atau lebih tepatnya, peta.
"Apakah ini?" Kael bertanya, suaranya serak karena terkejut.
Aria mengangguk, matanya terfokus pada gambar itu. "Sepertinya sebuah peta, tapi... bukankah ini lebih menyerupai jalur energi? Lihat, ada garis-garis yang saling terhubung dan menuju ke satu titik. Mungkin itu adalah lokasi yang kita cari."
Kael menatap lebih dekat. Garis-garis itu membentuk pola yang tidak familiar, namun dengan sentuhan tangannya pada salah satu titik di batu, garis-garis itu mulai bercahaya. Kael merasa sebuah dorongan energi yang kuat merambat di sepanjang lengannya, dan tiba-tiba gambar-gambar di batu itu mulai bergerak, seolah hidup. Mereka bergerak dengan cara yang teratur, mengikuti pola yang terus berkembang di hadapan mereka.
"Ini... ini bukan peta fisik," bisik Kael, terpesona. "Ini adalah petunjuk menuju sesuatu yang lebih besar, ke dalam kekuatan yang lebih tua dari dunia kita. Kita telah menemukan petunjuk yang kita cari."
Semua anggota tim berkumpul di sekitar batu itu, terpesona oleh apa yang mereka lihat. Semakin lama mereka memandang, semakin jelas petunjuk itu—sebuah gerbang, sebuah pintu yang menuju ke tempat yang lebih gelap, lebih tua, dan lebih kuat dari dunia yang mereka kenal. Tanpa peringatan, mereka mendengar suara berdesir yang menandakan sesuatu mulai bergerak.
Dengan hati-hati, Kael menyentuh bagian tengah gambar, dan dalam sekejap, seluruh gua mulai bergoncang hebat. Batu-batu di sekeliling mereka mulai terangkat, dan dari kedalaman gua, sebuah gerbang muncul—sebuah portal bercahaya yang memancarkan energi gelap yang tidak mereka mengerti.
"Ini dia," Kael berkata dengan tegas. "Pintu ke dunia yang lebih gelap. Tempat kita akan menghadapi apa yang kita cari."
Semua orang menatap pintu itu dengan ragu. Mereka tahu bahwa setelah mereka melangkah masuk, tidak ada jalan mundur. Dunia ini penuh dengan bahaya yang belum bisa mereka pahami, dan mereka tidak tahu apa yang akan mereka temui di sisi lain. Tetapi mereka juga tahu bahwa tidak ada pilihan lain. Dunia mereka, dunia yang sudah mereka kenal, berada dalam bahaya, dan mereka harus menghadapi ancaman ini sampai akhir.
"Semua orang siap?" tanya Kael dengan suara tegas, meskipun hatinya berdebar-debar.
Aria, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, kini terlihat cemas. "Aku tidak tahu apa yang ada di dalam sana, Kael. Ini terasa... tidak biasa. Energi yang ada di sekitar kita sangat kuat."
Kael menatap Aria dengan penuh keyakinan. "Aku tahu, Aria. Tapi kita tidak punya pilihan. Dunia ini akan hancur jika kita tidak melanjutkan. Ini adalah satu-satunya jalan."
Dengan langkah hati-hati, mereka melangkah maju menuju portal itu, satu per satu. Kael adalah yang pertama melangkah masuk, diikuti oleh Aria, Rian, dan anggota tim lainnya. Begitu mereka melewati gerbang, mereka merasa seakan-akan dunia yang mereka tinggalkan tiba-tiba hilang, digantikan dengan sesuatu yang jauh lebih mengerikan dan asing. Dunia baru ini, dunia yang lebih gelap, memunculkan rasa takut yang tak terungkapkan. Mereka tidak tahu apa yang menunggu mereka di sini, tetapi mereka tahu satu hal—perjalanan ini adalah ujian terakhir mereka.