Aluna sejak lama memendam rasa pada kakak kelasnya hingga beberapa tahun setelah lulus sekolah, Aluna kembali di pertemukan dengan pria yang ia kagumi itu, pertemuan mereka begitu rumit dengan berbagai kesalahpahaman yang akhirnya memberikan jalan bagi mereka agar terus bertemu. Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Apakah mereka akan bersama atau akan ada penghalang bagi perasaan Aluna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aluna
"Via," panggil seorang perempuan yang berlari menuju perempuan lainnya.
"Kenapa Lun?" tanya Via.
"Ini punya kamu?" tanya Aluna dengan menunjukkan sebuah jaket.
"Oh iya ini punyaku, makasih ya Lun soalnya aku lupa tadi," ucap Via.
"Kapan sih kamu gak lupa Vi, udah kamu istirahat sana aku mau jaga malam dulu," ucap Aluna.
"Oke, hati-hati ya takutnya ada sesuatu," ucap Via.
"Gak usah nakut-nakutin deh," ucap Aluna dan meninggalkan Via.
Aluna adalah dokter umum di salah satu rumah sakit ternama di kota A, Aluna terkenal akan keramahan dan ketulusannya dalam berinteraksi dengan para pasiennya.
Meskipun dengan wajah pas-pasan banyak pria yang mengejar Aluna karena mereka terpesona akan kepribadian Aluna, namun sampai saat ini Aluna tetap setia menyendiri lantaran belum menemukan yang cocok dengannya.
"Kamu darimana?" tanya Joshua.
"Oh tadi habis ngasih jaketnya Via yang ketinggalan," ucap Aluna.
"Lun, soal kemarin gimana?" tanya Joshua.
"Ya gak gimana-gimana, udahlah lupain. Lagian aku juga gak mau ikut tim penelitian kamu," ucap Aluna.
"Apa karena Dokter Ria?" tanya Joshua.
"Aku emang lagi gak pengen aja, tapi mungkin salah satu alasannya juga karena ada Dokter Ria, aku gak mau hubungan kamu sama Dokter Ria jadi bermasalah karena kamu deket sama aku, aku juga takut kejadian masa lalu saat Dokter Ria salah paham sama pertemanan kita. Mau bagaimanapun kamu dan Dokter Ria mau menikah, jadi kamu harus lebih mengerti dan menghargai perasaan Dokter Ria," ucap Aluna.
"Maaf Lun dan terima kasih," ucap Joshua.
"Santai aja, aku juga udah bosen denger maaf sama terima kasih kamu. Aku pergi dulu ya," ucap Aluna dan pergi.
Aluna pun berjaga malam dengan beberapa Dokter lainnya, "Kalian tau gak kalau Dokter Joshua sama Dokter Ria bakal nikah bulan depan," ucap Yeni.
"Yeee, itu mah udah bukan rahasia lagi kali. Semua orang di rumah sakit juga tau, kan orangtuanya Dokter Ria petinggi rumah sakit jadi kabar kayak gini langsung menyebar," ucap Paul.
"Udah deh gak usah bahas kayak gitu, kita balik ke kerjaan masing-masing aja yuk," ucap Gea dan mereka pun pergi.
Keesokan harinya, barulah Aluna pulang setelah berjaga malam, sesampainya di rumah Aluna disambut dengan senyuman hangat sang Nenek yang sudah merawatnya sejak kecil.
"Kamu pasti capek banget ya, kamu istirahat sana Nenek udah siapin air hangat buat kamu," ucap Nenek Putri.
"Makasih ya Nek, Nenek gak perlu repot-repot. Aluna bisa mandi air dingin kok," ucap Aluna.
"Nenek gak repot sama sekali kok, justru Nenek seneng karena bisa siapin air hangat buat kamu yang udah kerja keras untuk keluarga ini," ucap Nenek Putri.
Aluna pun memeluk Nenek Putri, "Maafin Aluna ya Nek karena belum bisa kembalikan rumah kenangan Nenek sama Kakek yang udah dijual sama Ibu," ucap Aluna.
Ya, Aluna memang berasal dari keluarga sederhana, Aluna hanya tinggal bersama Kakek dan Ayahnya, Ibunya sudah lama pergi meninggalkan Aluna, tapi beberapa tahun lalu Ibu Aluna datang menemui Aluna dan Nenek Putri untuk menjual rumah yang ditinggalkan Kakek Bayu untuk Aluna dan Nenek Putri. Sedangkan, Ayah Aluna membuka warung yang letaknya tidak jauh dari rumahnya saat ini.
Untuk biaya pendidikan Aluna mendapat beasiswa dan sisanya ia meminjam pada pamannya yang begitu baik mau meminjamkan uangnya pada Aluna.
"Yaudah, Aluna mandi dulu ya Nek," ucap Aluna dan diangguki Nenek Putri.
"Maafin Nenek karena belum bisa membahagiakan kamu Aluna," gumam Nenek Aluna saat Aluna sudah masuk ke dalam kamarnya.
Beberapa saat kemudian, Aluna pun keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan menuju dapur untuk mengambil makan.
"Maaf ya karena Nenek cuma bisa masak ini," ucap Nenek Putri.
"Gapapa Nek, justru Aluna seneng karena ini kan makanan kesukaan Aluna," ucap Aluna dan diangguki Nenek Putri.
Bohong, sejujurnya Aluna sudah merasa bosan harus memakan olahan kedelai yang hampir setiap hari ia makan, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena sebagian penghasilannya ia gunakan untuk melunasi hutangnya pada pamannya belum lagi hutang Ayahnya pada beberapa rentenir yang jumlahnya pun terbilang besar.
Meskipun Aluna seorang Dokter, tapi hampir semua penghasilannya ia gunakan untuk melunasi hutang-hutang keluarganya serta kebutuhan keluarganya.
"Oh iya, mungkin besok Aluna gak pulang soalnya Aluna harus ke luar kota buat ikut seminar sama Prof Hani," ucap Aluna.
"Iya, nanti Nenek bilang ke Ayah kamu," ucap Nenek Putri.
"Ayah belum pulang dari kemarin Nek?" tanya Aluna.
"Kamu kayak gak tau Ayah kamu aja Lun, Ayah kamu itu gak bakal pulang kalau warungnya gak ramai. Kamu inget kan dulu Ayah kamu gak pulang lima hari soalnya warungnya sepi dan gak ada penghasilan buat bayar hutang, padahal Nenek udah bilang jangan terlalu kerja sampai lupain keluarga, tapi ya mau bagaimana lagi Ayah kamu itu keras kepala," ucap Nenek Putri.
"Aluna udah lama gak ketemu sama Ayah, nanti sebelum Aluna ke luar kota. Aluna ke warungnya Ayah dulu buat ketemu sama Ayah," ucap Aluna.
"Iya, kamu kesana siapa tau Ayah kamu inget kalau dia masih punya anak," ucap Nenek Putri.
"Nenek ini bisa-bisa aja," ucap Aluna.
"Nenek kalau lihat Ayah kamu, Nenek merasa bersalah banget karena kelakuan anak perempuan Nenek sampai-sampai kamu dan Ayah kamu yang menjadi korban," ucap Nenek Putri.
"Nek, semua udah terjadi. Lagian Aluna sama Ayah udah gak mempermasalahkan semua itu dan melupakan apa yang dilakukan Ibu, sekarang kita harus berjalan kurus ke depan dan gak boleh lihat ke belakang paham," ucap Aluna.
"Iya Nenek paham, kamu memang cucu kesayangan Nenek," ucap Nenek Putri.
"Iyalah, kan cuma Aluna cucu Nenek," ucap Aluna.
"Bisa aja kamu ini," ucap Nenek Putri dan mereka pun tertawa dengan obrolan mereka.
Setelah makan, Aluna pun masuk ke dalam kamarnya dan mulai mencatat pengeluaran pada bulan ini, "Wah, banyak banget ya. Mau gimana lagi rumah banyak yang rusak dan harus di benerin, uang tabunganku semakin menipis padahal aku udah hemat banget akhir-akhir ini," ucap Aluna lalu melihat sepatunya yang sudah terlihat buruk.
"Aku harus nahan buat beli sepatu, gapapa deh pakai sepatu kayak gitu. Lagian kan aku di rumah sakit biasanya pakai sandal kalau gak lagi tugas, sepatunya juga gak buruk-buruk amat kok masih bisa dijahit itu bagian sampingnya," ucap Aluna.
Setelah itu, Aluna pun mulai menjahit beberapa bagian sepatunya yang sudah terlepas, tanpa sadar air matanya menetes setelah sepatunya selesai dijahit.
"Kok nangis sih Aluna, cengeng banget emang," gumam Aluna lalu menghapus air matanya.
Aluna pun menyiapkan barang-barangnya untuk nanti sore berangkat kerja, sebelum itu Aluna pun mengistirahatkan tubuhnya dan akhirnya ia pun terlelap.
.
.
.
Bersambung...
semangat💪💪🔥🔥🤸🤸