Ana seorang pekerja keras yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adiknya setelah kepergian ayah nya.
Hingga suatu hari dia menderita penyakit leukimia stadium akhir membuatnya hanya dapat bertahan selama 3 bulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Joan langsung memasuki kamarnya dengan perasaan marah, ia sudah berusaha menahan amarahnya selama acara makan malam tadi di tambah dengan Tiara yang tidak berhenti mencoba mengajak nya bicara.
Ia berusaha menelepon Anna, entah apa tapi ia merasa harus memastikan keadaan Anna. Dia butuh tahu tentang Anna sekarang dia ingin melihatnya dan berbicara dengannya. Tapi sudah 11 kali panggilan Anna seakan-akan tak mengindahkan telepon nya.
" tolonglah angkat Anna aku ingin bicara." gumamnya.
Tetap tidak ada balasan dari Anna, membuat joan semakin frustasi, akhirnya joan memutuskan untuk pergi menemui Anna. Joan menuruni tangga dan berpapasan dengan ayahnya.
" ayah ingin bicara." ucap ayahnya berjalan ke arah ruang kerjanya di ikuti oleh joan.
" kamu mau kemana." tanya ayahnya.
" aku ingin keluar sebentar." jawab joan.
" ingin menemui gadis itu lagi." tanya ayahnya.
Joan hanya terdiam, tidak ingin menjawab pertanyaan ayahnya.
" Dengar joan, kau dan Tiara sudah dijodohkan jadi jangan mencoba untuk melakukan hal-hal bodoh yang akan membuat datangnya masalah." ucap ayahnya.
" aku tidak ingin perjodohan ini." ucap joan.
" apa." ulang ayahnya.
" aku tidak akan menerima perjodohan ini ayah." ucap joan lebih lantang.Hanya beberapa detik setelahnya joan merasakan sakit pada rahangnya yang di pukul dengan kuat oleh ayahnya hingga ia jatuh ke lantai karena tidak dapat menjaga keseimbangan nya.
" berani kamu....berani kamu bicara seperti itu di depan ku, HAH." marah ayahnya.
" ayah , kau bahkan tidak menanyakan pendapat ku lebih dulu, sekarang kau malah menyalahkan ku akan penolakan ku, aku tidak menyukai Tiara, dia hanya teman kecil ku saja tidak akan jadi lebih dari itu." ucap joan beranjak pergi sebelum suara ayahnya menghentikan langkahnya.
" kau akan menemui gadis miskin itu." ucap ayahnya. joan diam di ambang pintu memunggungi ayahnya.
" dengar joan jika kau memilih untuk bersama gadis itu maka jangan salah kan ayah jika ayah akan melakukan sesuatu yang membuat gadis itu menderita." ucap ayah nya.
" aku tidak akan membiarkan ayah." ucapnya dan pergi begitu saja meninggalkan ayahnya disana.
" kau menantang ayah sekarang, apa bagusnya gadis miskin itu."ucap ayahnya kesal.
Anna sedang memindahkan makanan yang baru saja ia masak kedalam wadah yang ia letakkan di atas meja.Suara ketukan pintu membuat aktifitas nya terhenti, Anna berjalan ke arah pintu dan membukanya saat itulah Anna melihat joan yang tengah berdiri dengan tatapan sayu dan juga sudut bibir yang berdarah.
" astaga, apa yang terjadi pada mu." tanya Anna.
" boleh aku masuk." ucap joan pelan.
" kenapa kau tiba- tiba seperti ini." ucap Anna.
" aku bisa jelaskan di dalam , boleh aku masuk sekarang." ucap joan.
Anna mengangguk dan menyingkir sedikit dari pintu agar joan dapat masuk kedalam rumahnya.
" kau habis memasak ya." ucap joan.
" iya , kau sudah makan." tanya Anna.
" sudah, tapi aku lapar lagi." ucap joan.
" baiklah ayo kita makan dulu setelah itu kamu jelaskan kenapa kamu sampai kesini dengan keadaan seperti ini." ucap Anna. Joan mengangguk dan mengikuti Anna ke ruang makan dan duduk di kursi depan Anna.
Mereka menghabiskan makan malam mereka dengan hening, Anna masih bingung bagaimana joan bisa sampai disini dengan keadaan yang bisa dikatakan tidak baik, sementara joan hanya fokus pada Makanan yang ada dihadapannya.
Anna mengangkat piring mereka ke tempat cucian kotor dan mulai mencucinya, sementara joan tetap diam di kursinya.Anna kembali duduk ditempatnya semula dan mulai bicara pada joan.
" sekarang katakan apa yang terjadi." ucap Anna.
" kenapa kau tidak mengangkat telepon ku paling tidak hubungi aku kembali setelah kau melihat jumlah panggilan ku kan." ucap joan.
" itu karena aku..."
" kau masih marah padaku." tanya joan.
" tidak.... Sedikit mungkin, aku hanya kesal karena kupikir kau dan aku sudah berteman cukup lama dan bisa dikatakan kita berdua dekat, ya begitulah tanggapan orang mengenai kita berdua. Tapi nyatanya kau menyembunyikan identitas mu dari ku." ucap Anna panjang lebar.
" jadi kau kesal karena itu dan tidak mau mengangkat telepon ku lagi, kau bahkan tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskan apapun." ucap joan dengan nada yang cukup tinggi.
" kau .. Membentakku." ucap Anna dengan nada membentak.
" aku hanya mencoba menjelaskan kejengkelan ku." bela joan.
" kalau kau jengkel kenapa kau datang kesini, pergilah ." ucap Anna.
" kau mengusir ku dari rumah mu apa itu sopan." ucap joan.
"Aku tidak peduli, lagian aku tidak menyuruh mu datang kerumahku bukan." ucap Anna.
" aduh sudah lah kenapa malah bertengkar begini padahal aku kesini kan ingin menjelaskan semua kesalah pahaman kita buka malah berdebat." ucap joan.
" kau yang memulai." kesal Anna.
" aduh Anna sudah lah." ucap joan.
Keduanya kini sama-sama diam, sudah sepuluh menit keduanya memilih untuk tidak mengeluarkan suara.
" maaf." ucap joan memulai pembicaraan.
" Seharusnya aku jujur lebih awal, tentang siapa diri ku sebenarnya, tapi aku malah membiarkan kau tahu semua sendiri." ucap joan.
" Apa kau tidak percaya padaku." tanya Anna.
" Aku percaya." jawab joan dengan cepat.
" aku selalu percaya padamu, kenapa kau berpikir seperti itu sih." ucap joan.
" kau tahu tentang keadaan ekonomi keluarga ku bisa saja kau merasa takut aku akan memanfaatkan mu." ucap Anna.
" aku tidak masalah bahkan jika kau akan memperlakukan." ucap joan melihat Anna dengan lekat membuat Anna merasa tidak nyaman, Anna berdiri dari kursinya membuat joan bingung. Anna kembali dengan kotak obat di tangannya, Anna duduk di kursi samping joan, Anna mulai mengobati luka joan.
" kenapa kamu bisa luka seperti ini, siapa yang melakukan ini." ucap Anna sambil mengobati luka joan.
" ayahku." ucap joan.
" apa , bagaimana pak direktur bisa Setega ini kau kan putra nya." ucap Anna. Joan tetap diam.
" apa masih sakit." ucap Anna.
Joan tetap memperhatikan Anna tanpa mengalihkan pandangannya membuat Anna salah tingkah di pandang si intes itu .
" Ayahku memukul ku karena aku menolak perjodohan dengan Tiara teman kecilku." ucap joan. Anna menghentikan tangannya yang ingin menyimpan obat dalam kotak selama sepersekian detik sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.
" kenapa kamu menolak, bukankah dia orang yang kamu kenal, harus nya itu mudah." ucap Anna.
" Tapi nyata nya itu sangat sulit." ucap joan.
" bagaimana bisa." ucap Anna.
" karena aku tidak mencintai nya." ucap joan.
" kau pasti akan mencintainya nanti bisa saja mungkin kau bahkan belum menyadari perasaan mu padanya." ucap Anna.
" Apa menurut mu seseorang bisa mencintai dua gadis yang berbeda dalam satu waktu Anna." ucap joan memandang lekat kearah Anna yang juga memandang joan dengan tatapan berbeda.
" apa maksud mu joan." tanya Anna.
" aku mencintai mu Anna, bagaimana bisa kau katakan aku mungkin mencintai Tiara juga." ucap joan yang langsung membuat Anna terkejut dengan pengakuannya.