Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijenguk Mantan
Benar saja apa yang tadi di katakan Roy. Setelah para sahabatnya pulang tak lama sosok yang sangat runa hindari datang menjenguknya tanpa ada yang minta. Dengan santai Abi masuk ke ruangan runa yang kebetulan hanya ada mereka berdua. Ia meletakkan parsel buah diatas meja dekat ranjang runa.
Runa memanyunkan bibirnya saat melihat buah yang di bawa mantannya. Bukannya tidak suka hanya saja runa berharap mendapatkan buah tangan bukan dari Abi. Bahkan ia tak berharap dengan kedatangannya.
Runa mengabaikan Abi yang duduk di kursi dekat ranjang. Ia pura-pura memainkan hpnya sok sibuk. Posisi runa tengah duduk meluruskan kakinya dengan bersandar di kepala ranjang. Meskipun risih dengan tatapan Abi yang tidak berhenti menatanya,tapi runa berusaha cuek.
Sedangkan Abi sana sekali tidak marah dengan tingkah runa yang menurutnya lucu. Bagaimana tidak meskipun runa sedang bermain hp tapi berulang kali matanya melirik ke arahnya.
" Masih pusing ngga kepalanya?" tanya abi lembut mengusap kepala runa.
Dengan cepat sang empu menyingkirkan tangan tak sopan itu dari atas rambutnya.
" Ngga!" sentak runa.
" Hadap sini dong, masa pacarnya datang malah di cuekin." pinta Abi menarik dagu runa lembut agar memandangnya.
" Kita udah putus ya kalo lo lupa." sewot runa menepis tangan Abi lagi.
" Ngga adil banget masa yang nembak kamu yang minta putus juga kamu. Jangan rakus sayang." balas Abi tak nyambung.
" Bodo amat, lagian siapa suruh mau." bantah runa menatap sinis Abi.
" Soalnya rugi kalo gadis secantik kamu ngga jadi milik aku." balas Abi terkekeh pelan tapi terdengar geli di telinga runa.
" Makanya karena gue cantik ngga pantes dapet cowok datar kaya lo!" sombong runa.
" Terus kaya mantan-mantan kamu itu yang bisanya cuma ngabisin duit orang tua, yang sukanya bolos sekolah, ngga punya masa depan iya?" tanya abi menuntut.
" Ngga usah sok tau lo." bantah runa tak terima. meksipun pada kenyataannya apa yang keluar dari mulut Abi benar adanya.
Runa pikir itu tidak masalah selagi orang tua mereka mampu membiayai. Masalah bolos bukannya sangat kaku jika masa-masa SMA hanya di gunakan untuk belajar, belajar dan belajar. Cupu sekali anak-anak seperti itu pikir runa.
" Emang aku tau kok kalo cuma aku yang pantes jadi pacar kamu dan calon suami kamu di masa depan." ucap Abi dengan senyum sok polos.
" Najis!"
" Mulutnya sayang, Ngga boleh ngumpet." tegur Abi.
" Diem mulut lo bau bangkai." sentak runa emosi.
Kepalanya jadi pusing lagi dengan keberadaan Abi yang hanya membuatnya darah tinggi. Ini juga kenapa ayah dan bundanya belum datang-datang juga padahal hari sudah malam. Apa tidak khawatir dengan putri semata wayangnya yang tengah di goda genderwo berwajah tampan.
" Wangi gini kok." dengan polosnya Abi mengecek napasnya. Ia merasakan napasnya ke telapak tangannya lalu menciumnya.
" Udah sana pulang ngapain sih lo di sini ?" usir runa ia capek ingin istirahat.
" Ngga mau, aku di amanahin calon mertua buat jaga pacar aku yang bandel ini." tolak Abi.
" Calon mertua lo, siapa? Pak Slamet?"
" Slamet siapa?" tanya abi bingung. Pasalnya yang ia tau calon mertuanya bernama Mahendra. Sama sekali tidak ada kata Slamet di urutan namanya.
" Pikir aja sendiri."
Pantas saja sampai jam delapan malam kedua orang tuanya belum terlihat batang hidungnya. Ternyata oh ternyata dengan teganya ia di titipkan oleh mantan sialannya ini.
Mana ia kebelet pipis lagi. Gengsi sekali dirinya jika harus meminta tolong pada Abi. Tapi runa juga akan kesusahan ke kamar mandi jika tidak ada yang membantunya memegang tiang infus.
" Mau kemana?" tanya abi langsung sigap menahan tubuh runa agar tidak jatuh.
" Minggir." seperti biasa dengan gengsinya yang tinggi, runa ogah meminta bantuan abi. Ia akan berusaha sendiri meskipun ia ragu bisa.
" Iya, tapi mau kemana dulu?" tangan Abi tak lepas menopang tubuh kecil runa.
" Mau ke kamar mandi, ihh awas lepas."
" Emang bisa sendiri, sini aku bantuin."
" Gue bisa sendiri."
" Yakin?" tanya abi meremehkan.
" Yakin lah lo kira gue lemah apa, timbang gini aja ngga bisa."
Abi membiarkan runa melangkah ke kamar mandi. Ia duduk bersandar di ranjang . Tangannya ia lipat di depan dada menatap kekasihnya santai.
Semua berjalan lancar sebelum roda tiang infus tersangkut di batas depan pintu kamar mandi. Runa berusaha mengangkat tiang itu agar bisa masuk. Tapi tenaganya yang masih belum pulih sempurna membuatnya kesulitan. Karena ia hanya mengunakan satu tangannya saja. Sedangkan tangan satunya lagi tertusuk jarum.
Runa rasanya mau menangis saja. Air kencingnya sudah di ujung tapi ia belum juga masuk. Segala sumpah serapah ia layangkan pada petugas perawat yang tidak ada satupun mengecek kamarnya.
Padahal ia menggunakan ruang VVIP. Harusnya pelayanannya lebih ekstra dan bagus. Percuma ayahnya bayar mahal jika pelayanan yang ia dapatkan tidak memuaskan.
" Keras kepala!" Abi memegang tiang infus itu.
" Cepet masuk." perintah Abi galak. Ia sudah berusaha sabar dengan tingkah kekasihnya yang rewel sejak tadi.
Abi berusaha memaklumi karena runa sedang sakit. Tapi pacarnya itu semakin di biarkan malah ngelunjak. Runa yang takut suara Abi yang mulai tinggi. Akhirnya ia pasrah saat mantannya itu ikut masuk ke dalam kamar mandi.
" Tunggu apa lagi, mau pipis apa pup?" tanya abi datar yang malah melihat runa hanya berdiri memandanginya saja.
" Pipis." cicit runa pelan. Percayalah ia tidak suka jika Abi sudah mode galak seperti sekarang ini.
" Ya udah pipis." ucap Abi menujuk closet duduk dengan dagunya.
" Lo keluar dulu."
" Kenapa? pipis tinggal pipis ribet banget." tolak Abi yang tak mau keluar. Ia takut runa kepleset di lantai yang cukup licin.
" Malu." sewot runa memalingkan wajahnya yang memerah. ia kesal kenapa mantanya tidak paham juga sih. Mana ada orang pipis di liatin.
Abi mengangguk-angguk kepalanya mengerti.
"Kamu tenang aja aku ngga bakal liat kok." ucap Abi membalikkan badannya.
Runa menatap Abi pasrah. Mau tak mau runa dengan cepat menyelesaikan hajatnya dengan di temani Abi. Matanya tak lepas mengintai Abi takut mengintipnya.
" Sudah?" tanya abi.
" Hmm." runa mencuci tangannya dengan sabun agar bersih.
" Ayok." Abi menuntun runa agar tidak terpeleset.
Runa kembali duduk di ranjangnya. Ia membenarkan letak duduknya agar nyaman. Tak lama suster datang membawa obat yang harus dela minum di malam hari. Runa menatap tajam suster itu.
"Dari tadi ngga keliatan, gue udah selesai baru nongol." batin runa jengkel.
" Ini langsung di minum ya dek, jangan lupa madunya juga biar cepat sembuh." ucap suster itu ramah. Ia meletakkan berbagai obat-obatan di atas meja, juga sebotol madu dan air putih satu gelas.
Runa pura-pura tuli. Ia fokus memainkan hpnya membalas pesan-pesan dari Cika dan amel sahabatnya. Dirinya masih kesal dengan pelayanan di rumah sakit ini. Untung besok ia sudah boleh pulang.
" Baik sus." Akhirnya Abi yang mewakili.
Suster itupun pergi setelah menyelesaikan tugasnya.
" Kalo lagi ada yang ngomong jangan di cuekin, ngga sopan." Abi mengambil hp di tangan runa.
" Ihhihh....apaan sih lo ngatur-ngatur gue." Runa berusaha merebut hpnya namun dengan sengaja Abi meninggikan tangannya.
Runa yang sudah lelah ingin tidur di tambah ulah abi membuatnya jadi cengeng berakhir menangis. Runa menutup matanya dengan telapak tangannya mulai terisak.
Abi jadi kelabakan saat mendapati kekasihnya menangis. Ia segera membawa runa ke dalam pelukannya. Bukannya berhenti tangis runa semakin terdengar kencang.
" Ssttts...kenapa hmm?" tanya abi lembut sembari mengusap-usap kepala runa yang ia senderan di dadanya.
" Kamu jahat hiks..." tanpa sadar runa mengubah panggilannya.
" Jahat kenapa hmm?" runa tak menjawab namun tak menolak pelukan Abi.
Abi tak berhenti menenangkan sang kekasih. ia membiarkan runa menangis. Lama-lama suara tangis itu mulai mereda. Ia mengintip wajah runa ternyata sudah tertidur. Dengan perlahan Abi merebahkan tubuh runa di ranjang. Ia menyelimutinya sebatas leher agar tidak kedinginan.
" Sweet dreams sweetheart." Abi mencium kening runa lama.