Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Penting
Waktu berlalu, kini sudah tengah malam.
Aku dan Laura sebelumnya sempat melakukan itu di halaman kastil, membuatku kehilangan akal sehat dan tidak peduli dengan status Laura sebagai ibu tiri Brian. Lagi pula, salahnya sendiri memancing sesuatu yang selalu aku tahan selama ini, makanya aku tidak perlu sungkan lagi saat ia berani menyerangku lagi.
Namun, aku menegaskan satu hal kepada Laura sebelum melakukan lagi di dalam kamar ini.
Aku bilang pada Laura bahwa aku tidak akan pernah menganggapnya lagi sebagai seorang ibu mulai sekarang. Dan hanya akan menganggapnya sebagai wanita biasa seperti Catrine.
Laura awalnya tidak setuju dengan permintaanku, dan bersikeras ingin menjadi ibu tiriku. Namun, aku memberikan penjelasan selembut mungkin agar ia mengerti, karena bagaimanapun hubungan ini sangat tabu dan tidak boleh dilakukan.
Untung saja Laura mau mengerti perasaanku, kami pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan ibu dan anak setelahnya, sehingga kami pun bisa melakukannya tanpa ada perasaan bersalah.
“Akhirnya aku dapat benihmu lagi, sayang. Aku yakin bisa hamil kalau kamu memberiku sebanyak ini ….”
Laura bersuara keras dengan tubuh bergerak hebat, sesuatu yang hangat juga keluar membasahi seluruh benda pusaka.
Aku benar-benar tak peduli lagi dengan perbuatanku dan Laura saat ini, hanya ingin menikmatinya hingga selesai agar tidak ada penyesalan di dalam hatiku.
Setelah semuanya tuntas, aku ingin memejamkan mata sejenak agar bisa mengistirahatkan tubuhku sehabis melakukan hal yang gila ini.
Namun, Laura tidak memberiku kesempatan beristirahat sama sekali, segera saja membalikan badannya dan langsung menghajarku lagi dengan mulutnya. Dia menyerang dari atas hingga bawah.
“Tunggu sebentar, Laura. Biarkan aku istirahat … Kamu sungguh tak ada habisnya ….” Aku protes kepada Laura.
“Kamu tak boleh istirahat, karena besok kamu akan pergi ke kota River bersama Catrine. Jadi, aku ingin menghabiskan malam ini sama kamu sepenuhnya,” alasan Laura.
Memang benar aku dan Catrine akan pergi ke kota River besok, kami berniat mencari buku tentang jenis-jenis sihir di kota tetangga itu.
Pasalnya, kota tempatku tinggal sudah seperti kuburan karena penduduknya sangat sedikit, terus tak ada banyak perdagangan yang terjadi di sini.
Aku sendiri masih belum tahu alasan orang-orang menolak tinggal di kota ini, katanya mereka takut bila harus tinggal di tempat yang berbatasan langsung dengan kerajaan manusia hewan, belum lagi sering terjadi ancaman dari manusia serigala yang bisa datang kapan saja.
“Aku mulai lagi ya, sayang? Aku sudah basah banget nih,” ucap Laura membuyarkan lamunanku.
“Tunggu! Aku ingin kamu menjawab satu hal sebelum kita melakukannya lagi, tapi aku ingin kamu menjawabnya dengan jujur tanpa ada yang ditutup-tutupi,” pintaku.
“Bilang saja, aku pasti akan menjawab semuanya dengan jujur,” sahut Laura, membungkukan badanya agar wajah kami bisa saling berhadapan secara langsung.
Pepaya yang besar itu otomatis bergelantung dengan begitu indahnya di depanku, terlebih dua coklat kecilnya terus bergesekan dengan dada bidangku.
“Apa kamu juga akan bersikap seliar ini saat melakukannya dengan ayahku?” Tanyaku langsung ke intinya, sejujurnya aku sangat penasaran dan ingin menanyakannya sejak lama.
“Tidak, aku bisa bersikap liar seperti ini hanya sama kamu saja.” Jawab Laura sembari tersenyum manis.
“Serius dong, Laura. Aku tak akan marah kok, yang penting kamu mau jujur sama aku.”
“Aku serius banget sayang, soalnya kami tak pernah melakukan hubungan badan, dan pernikahan kami hanya sebatas formalitas saja.”
“Formalitas? Kenapa bisa begitu, Laura? Apa kamu tidak menyukai ayahku?”
“Hmm, gimana ya jelasinnya. Pokoknya, aku dan ayahmu tidak pernah saling suka, dan kami memutuskan untuk melakukan pernikahan palsu demi mendapatkan keuntungan masing-masing. Ayahmu akan terbebas dari usulan perjodohan dengan putri Baginda Ratu, sedangkan aku akan mendapatkan perlindungan mutlak di bawah nama keluarga Argus. Lagian, aku sebenarnya wanita yang paling dibutuhkan oleh pasukan manusia serigala, karena kemampuanku sebagai seorang penyihir bisa membangkitkan kekuatan manusia serigala hingga level maksimal,” jelas Laura panjang lebar.
“Ayahku pernah dijodohkan sama putri kerajaan? Terus kamu seorang penyihir yang sangat dibutuhkan?” Aku mengulang ucapan Laura.
“Benar, sayang. Itulah fakta yang selama ini kami sembunyikan darimu, tapi sekarang aku tak perlu menyembunyikannya lagi karena kita sudah memiliki ikatan kuat. Makanya, aku berani menyetubuhimu waktu itu karena ayahmu tak pernah mau menyentuh tubuhku, sedangkan aku harus melepas keperawanan sebelum usiaku menginjak 21 tahun.”
“Untung saja aku berhasil melakukannya tepat di malam sebelum usiaku bertambah. Kalau tidak, aku akan menggila dan kekuatan rubah di dalam tubuhku tak akan pernah bisa dikendalikan.”
“Uhh … Terima kasih ya, sayang. Karenamu aku tidak harus menjadi hewan liar yang haus akan darah. Aku bisa menjadi wanita dewasa seutuhnya setelah kamu mengambil keperawananku. Hanya saja, punyamu bikin aku kecanduan, makanya aku ingin menikmatinya lagi dan lagi.”
Aku langsung terdiam usai mendengarnya, pengakuan Laura sungguh di luar dugaanku.
Kalau begini sih aku sudah tak perlu merasa sungkan lagi, sebab pernikahan Laura dan ayah Brian hanyalah sebuah formalitas alias pernikahan palsu. Yang artinya aku bisa memiliki Laura sebagai wanitaku seutuhnya, dan bisa menikmati tubuhnya sesuka hatiku.
‘Kerja bagus, Brian. Kau setidaknya masih berguna sebelum kematianmu. Kini aku bisa memiliki Laura tanpa rasa bersalah, belum lagi usia Laura masih muda, selisihnya tidak cukup jauh dari usiaku di dunia sebelumnya. Hehehe, bagus sekali kalau sudah begini. Dunia lain memang mantap!’ Pikirku sangat bersemangat.
Aku langsung saja melakukan kembali dengan Laura setelahnya, berniat bermain hingga pagi tiba bersama wanita rubah itu.
“Apa kamu siap, Laura? Aku akan bermain sangat keras untuk ronde ini,” tanyaku memastikan.
“Siap! Aku sangat siap sekali, sayang. Tolong siksa aku dengan punyamu yang sangat besar itu!” Sahut Laura penuh semangat.
Kami pun lanjut lagi dengan begitu liarnya, Laura bahkan seperti orang kesurupan setiap kali aku perlakukan dengan kasar.
Gila memang wanita rubah yang satu ini, ia malah semakin keenakan begitu aku siksa pakai benda pusaka yang besar dan panjang ini. Dia sungguh berbeda sekali dengan Catrine, yang di mana aku tak bisa bermain kasar dan harus lebih hati-hati.
Singkatnya, kuhabiskan malam ini dengan persetubuhan panas bersama Laura. Kuberikan berulang kali cairan cintaku di dalam sana hingga punyaku tak sanggup berdiri lagi.
Kami pun tertidur bersama setelahnya, hingga sinar matahari memaksa masuk ke dalam kamarku.
“Oh, sepertinya sudah pagi sekarang,” gumamku usai membuka mata, lalu kulihat sekeliling untuk mecari tahu situasinya.
Laura sendiri masih tertidur lelap di sampingku dengan tubuh polosnya, ia mungkin tak akan bangun hingga siang nanti.
Aku segera beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, lalu kubersihkan badanku dan kukenakan pakaian sangat rapi layaknya anak bangsawan dan bersiap pergi menuju ke kota River.
Aku sengaja tidak membangunkan Laura dan membiarkannya tidur di dalam kamarku, bisa ribet jadinya kalau dia ingin ikut pergi bersamaku.
“Selamat pagi, Tuan Muda.” Sapa Catrine begitu aku keluar dari kamar.
“Pagi, Catrine.” Aku balas menyapa, tak lupa juga kukecup mesra kening wanita kucing ini.
“Aduh, saya jadi malu kalau Tuan Muda sudah bersikap mesra sepagi ini. Padahal Tuan Muda sudah lelah bertarung bersama Nyonya Laura sepanjang malam,” protes Catrine.
“Eh, ternyata kamu nakal juga, Catrine. Kamu pasti ngintip kami ya tadi malam?” tudingku.
“T-Tidak, Tuan Muda. Saya tidak berani melakukan hal semacam itu,” dalih Catrine.
“Yakin nih nggak ngintip? Aku akan ngasih hukuman loh kalau kamu berani bohong,” ancamku sembari mendekatkan wajah ke depan Catrine, yang sudah sangat memerah bagai tomat.
“S-Sedikit, saya hanya mengintip sedikit saja,” aku Catrine.
Cup!
Aku mana tahan saat melihat Catrine malu-malu seperti itu, kukecup saja bibir merahnya tanpa ragu sama sekali.
Catrine juga membalasnya, kami pun langsung melakukannya dengan begitu mesranya di depan pintu kamarku.
“Tuan Muda ternyata masih memiliki stamina sangat banyak, saya benar-benar kagum dengan kekuatan Tuan Muda,” suara seorang pria tua menghentikan perbuatanku dengan Catrine.
“Astaga, kau bikin kaget saja, Melvine.” Sahutku, spontan menjauh dari Catrine.
“Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu perbuatan baik Tuan Muda, hanya saja saya terpaksa melakukannya karena ada tamu penting yang sudah menunggu Tuan Muda di ruang tamu,” jelas Melvine sembari membungkuk padaku.
“Tamu penting? Siapa memangnya?” Tanyaku.
“Putri satu-satunya dari baginda Ratu, Maria Von Regnar, serta putrinya Aluna Von Regnar,” jawab Melvine.
“Putri kerajaan datang ke kastil kita?! Apa kau serius, Melvine?!” Tanyaku lagi, jelas-jelas tak percaya.
Pasalnya, wanita bernama Maria ini sudah pasti wanita yang pernah dijodohkan dengan ayah si Brian, dugaanku dia seorang janda dan ingin menikahi ayah si Brian untuk menjadikannya sebagai raja.
Sedangkan, wanita bernama Aluna pasti bunga sekolah yang pernah ditulis si Brian di buku hariannya, wanita pujaan hatinya selama ini.
‘Sial! Aku baru tahu kalau keluarga Argus memiliki keterikatan sangat kuat dengan keluarga kerajaan. Malah makin ribet saja kalau masalahnya seperti ini,’ pikirku.
“Benar, Tuan Muda. Putri Maria dan Nona Aluna ingin bertemu Tuan Muda, mereka bilang ada sesuatu yang harus dibicarakan secara pribadi,” lanjut Melvine.
“Baiklah, aku akan pergi menemui mereka, kau jangan lupa sajikan makanan yang sudah aku buat kemarin malam. Keluarkan saja semua makanan enak yang kita miliki agar situasinya tidak canggung,” titahku kepada Melvin.
“Siap, Tuan Muda.” Sahut Melvin seraya berlalu dari tempat ini.
“Ikutlah bersamaku, Catrine. Aku akan membutuhkan bantuanmu di sana,” ucapku sembari menarik tangan Catrine.
“A-Apa tidak akan menjadi masalah bila saya ikut menghadap ke sana? Saya khawatir ….”
“Kamu tak usah banyak berpikir, cukup duduk saja di sebelahku dan perhatikan setiap ucapanku nanti. Selain itu, jangan panggil aku Tuan Muda selama kamu duduk di sana, kamu harus memangilku dengan mesra layaknya seorang suami.”
Aku menjelaskan rencanaku secara paksa kepada Catrine, karena firasatku samar-samar merasakan hal buru dari wanita bernama Maria dan Aluna itu.
…