Asyifa rela jadi adik madu dari Naura, wanita cantik yang bersosialita tinggi demi pendidikan yang layak untuk kedua adiknya. Hanya saja, Adrian menolak ide gila dari Naura. Jangankan menyentuh Asyifa, Adrian malah tidak mau menemui Asyifa selama enam bulan setelah menikahinya secara siri menjadi istri kedua. Lantas, mampukah Asyifa menyadarkan Adrian bahwa keduanya adalah korban dari perjanjian egois Naura, sang istri pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Dua - Kamu Naura, Bukan Asyifa!
Adrian langsung pamit pada Naura untuk ke kamar. Manik matanya fokus melihat gawainya, dengan senyuman kecil yang terbit di bibirnya. Naura tahu Adrian sedang berkomunikasi dengan siapa. Tentu saja dengan Asyifa, siapa lagi kalau tidak dengan Asyifa? Hanya Asyifa yang membuat Adrian tersenyum dan berlama-lama dengan gawainya.
“Silakan kabari perempuan itu, Mas! Malam ini kau milikku, Mas!” batin Naura tersenyum puas.
Naura langsung membereskan meja makan, ia sudah tidak sabar ingin melihat keadaan Adrian sekarang. Setelah selesai membereskan meja makan, Naura langsung membersihkan diri, bersiap untuk menghabiskan malam panjang dengan Adrian. Inti tubuhnya sudah berkedut hebat karena sudah berbulan-bulan tidak mendapat sentuhan dari Adrian. Malam ini Naura yakin kalau Adrian akan menyentuh dirinya, mengajaknya terbang ke atas awan, menuju puncak kenikmatan yang sudah lama Naura rindukan.
“Maafkan aku, Mas. Aku sudah mencoba dengan cara lembut untuk merayumu, supaya kamu menyentuhku, tapi tetap saja di hati dan pikiranmu hanya ada Asyifa. Tetap saja kamu bilang tidak ada rasa padaku, sehingga kamu gak mau menyentuhku. Malam ini aku pastikan kau akan bertekuk lutut di depanku, Mas! Puaskan aku malam ini, aku sudah merindukan hujaman milikmu yang perkasa, Mas Adrian,” batin Naura dengan senyum kemenangan.
Adrian yang berada di kamar, ia mulai merasakan tubuhnya panas, kepalanya sedikit pusing, dan pandangan matanya sedikit kabur.
“Kenapa begini rasanya? Panas sekali tubuhku, pusing juga rasanya!” Adrian meletakkan ponselnya, lalu melepas bajunya, karena tubuhnya semakin terasa panas. “Apa Naura memasukkan sesuatu di minuman atau makananku?”
Tubuhnya semakin memanas, dan ingin mendapatkan sebuah sentuhan yang membangkitkan gelora hasratnya.
“Mas?” panggil Naura yang baru masuk ke dalam kamar. Naura memakai baju dinas kesukaan Adrian dulu, ia berjalan dengan melenggak-lenggokan tubuhnya untuk mendekati Adrian.
“Asyifa?” gumam Adrian lirih.
Namun, Adrian langsung menggelengkan kepalanya, ia sedikit sadar kalau itu Naura bukan Asyifa. “Kamu Naura, bukan Asyifa!”
Adrian segera bangkit dari atas tempat tidur. Karena ia yakin itu bukan Asyifa, melainkan Naura. Dengan sempoyongan ia mencoba untuk keluar dari kamar, apalagi hasratnya sudah di ujung tanduk, tubuhnya sudah memanas, dan inti tubuhnya sudah tegak sempurna. Ia tidak ingin melakukannya dengan Naura, sehingga ia berusaha keras untuk menghindari Naura dan berusaha keluar dari kamarnya.
“Mau ke mana Mas Adrian? Kamar ini sudah aku kunci, dan kau tidak bisa kabur dariku begitu saja. Kau milikku malam ini, Mas Adrian!” gumam Naura sambil mendekati Adrian yang sudah mendekati pintu.
“Pak Adrian ....” Naura sengaja memanggil Adrian dengan panggilan Pak, seperti panggilan Asyifa pada Adrian. Naura langsung memeluk Adrian dari belakang, menggesekkan kedua melon impornya yang masih sangat kencang di punggung Adrian.
“Pak, mau ke mana?” bisik Naura di telinga Adrian sambil menyesap lembut leher Adrian. Tangannya mulai meraba dada bidang Adrian, dan sedikit memberi sentuhan yang sensual di dada Adrian. Adrian membalikkan badannya, Adrian mengerjapkan kedua matanya, memastikan siapa yang sedang menyentuhnya malam ini, mencoba mengumpulkan akal sehatnya. Namun, halusinasinya sudah mengalahkan segalanya, ia lupa di mana raganya saat ini berpijak.
Adrian tersenyum dengan begitu manis. Senyuman yang tulus penuh cinta yang sudah lama Naura rindukan. Senyuman yang sekarang berubah menjadi sikap angkuh juga kasar Adrian, sekarang mulai terbit lagi.
“Asyifa ... I Love you,” bisik Adrian.
Hati yang tadinya merekah, bak bunga yang sedang bermekaran di taman, seketika layu seperti disiram oleh air keras. Namun, Naura mengabaikan rasa sakit di hatinya, karena Adrian menyebut Asyifa di depannya, dan menyatakan cinta pada Asyifa. Ia tidak memedulikan sakit hatinya, karena tujuannya malam ini adalah ia ingin menghabiskan malam panjang bersama Adrian dengan penuh gairah di atas ranjang.
“Iya, Pak,” ucap Naura.
“Sayang ... aku sangat mencintaimu. Kenapa kamu tidak pernah membalas ungkapan cintaku yang tulus ini, Asyifa. Aku sungguh sangat mencintaimu, aku yakin kamu juga mencintaiku, sangat yakin sekali, Asyifa,” racau Adrian.
Hati seorang istri mana yang tidak sakit, jika mendengarkan ungkapan cinta suaminya yang begitu dalam untuk perempuan lain? Yang sekarang menjadi madunya.
“Aku harus bisa menyingkirkan Asyifa dari Mas Adrian. Mas Adrian hanya milikku. Jangan harap kamu akan memiliki Mas Adrian, Asyifa!” umpat Naura dalam hati.
Adrian menatap lekat Naura, yang ia rasa itu adalah Asyifa. Adrian sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi, ia sudah tidak bisa membedakan itu Asyifa atau Naura. Yang ada di kepalanya hanya Asyifa saja. Tubuhnya semakin memanas, ia sudah ingin disentuh lebih dalam oleh perempuan di depannya yang ia anggap bahwa perempuan itu adalah Asyifa. Adrian langsung menyambar bibir manis Naura, menyesapnya dengan kuat dan penuh gairah.
Adrian langsung merobek gaun malam yang transparan yang sedang dipakai Naura. Dilemparnya gaun itu ke sembarang arah, Tangannya langsung merabai lembut tubuh Naura yang ternyata sudah tidak memakai apa pun di bagian dalamnya.
“Uhhmmppp ....” Lenguhan Naura lolos seketika, karena sudah tidak bisa menahan geloranya, saat Adrian meremas kedua melon impornya yang masih kencang, menyesap kuat areolanya.
Naura langsung meloloskan celana yang dikenakan Adrian. Tubuh mereka polos, tanpa sehelai benang pun menempel di tubuhnya. Adrian langsung mendorong tubuh Naura ke tempat tidur. Terdengar dering telepon di ponsel Adrian. Ternyata dari Asyifa, karena tadi saat Adrian meneleponnya, Asyifa tidak mengangkat, dan Adrian menyuruhnya telepon balik, karena ia ingin mengobrol seperti biasa sebelum tidur. Asyifa yang baru selesai salat isya, ia akhirnya menelepon Adrian.
Tidak mau terganggu, Naura meraih ponsel Adrian, ia melihat siapa yang menelepon Adrian. Dada Naura bergemuruh saat melihat nama dari seseorang yang menelepon suaminya. My Lovely Wife. Adrian menyimpan kontak Asyifa dengan nama itu. Ini kesempatan untuk Naura, ia menggeser tombol hijau di layar ponsel Adrian.
“Selamat merasakan apa yang aku rasakan, Asyifa!” batin Naura.
“Mas Adrian? Maaf aku baru selesai Salat, ada apa sih? Sudah habiskan malam ini dengan Mbak Naura, kamu jangan egois, Mas. Mbak Naura juga istri kamu! Kalau kamu gini terus aku malah yang merasa semakin berdosa dengan Mbak Naura!”
Naura mendengar ucapan Asyifa. Ia tidak peduli Asyifa berkata seperti itu. Ternyata selama ini Asyifa lah yang memaksa Adrian ke rumahnya. Namun, rasa cemburu, marah dan bercampur kecewa Naura pada Adrian yang tidak mau menyentuhnya berbulan-bulan karena hatinya berpaling pada Asyifa, akhirnya Naura melanjutkan aksinya.
“Ahhh ... Mas ... pelan-pelan, Sayang? Ini milikmu, kuasai aku, Mas. Aaaahhh .... Iya, hisap terus milikku, seperti itu, Mas. Aahhh ....”
“Sayang, ini sungguh nikmat, harum sekali milikmu, apa kamu pakai parfum baru, Sayang?” racau Adrian, dan jelas terdengar sesapan Adrian kuat pada milik Naura, hingga Naura semakin mendesah dan berteriak kencang.
Desahan Naura kuat, karena Adrian menyesap intinya dengan sangat brutal. Naura tidak peduli Asyifa mendengar lenguhannya yang kuat dan melengking itu.
Asyifa langsung membekap mulutnya. Ia langsung melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Dadanya sesak mendengar desahan Naura yang begitu seksi, ditambah racauan Adrian dan sesapan Adrian pada milik Naura. Seketika air mata Asyifa luruh, hatinya sakit, kala mendengar Adrian mengucapkan kata cinta pada Naura, padahal sebetulnya itu ungkapan untuk Asyifa, karena Adrian tahunya sedang bermain panas dengan Asyifa. Asyifa menangis, dan langsung mematikan ponselnya. Asyifa merasa kalau Adrian ingin memberitahu dirinya bahwa Adrian sedang bercinta dengan Naura.
kya g tau diri ja jatoh ny,dah d byar dah d cintai ma suami kontrak ny,tp msh ja nyangkal soal perasaan sbner ny,sbner ny mau mntaati prjanjian/kontrak pa emng trllu bodoh c yg jd asyifa🤬🤬
dr ibu pertma anaknya 4 perempuan smua
dr ibu kedua anaknya 2 laki2 smua.
SMP skrang smua anak2 sudah berkeluarga dan mereka tampak akuuur bgt.. sering liburan bareng.
salut si sma yg bisa kaya bgtu,
jdi laki ko serakah ga ada tuh perempuan yg bnr" ikhlas d madu toh rasa nya kaya racun pergi ja lh Asyifa dari pada makin sakit mana ga berdarah itu lebih berbahaya