Turun Ranjang

"Ekhem,aku disini Rena!"

Rani mendekat dengan wajah penuh tanya.Hatinya mulai merasa tidak nyaman dengan sikap Rena yang terlihat begitu jelas sedang mencari perhatian dari suaminya.

" Lagian kenapa kamu tiba-tiba sok perhatian sama mas Langit." Sungut Rani.

" Rani! Kamu ini ada apa sih,dia cuman mau bantu mas ambilkan nasi.Apa yang dia katakan benar,aku mau sarapan dan kamu sibuk didalam! Pikiranmu mulai aneh-aneh terus ya Ran!" Bentak Langit.

Hiks hiks

" Sudah,gara-gara aku kalian jadi ribut." Rena mulai bermain peran.

Hatinya bersorak melihat pertengkaran sang Kaka namun wajahnya menangis seolah dia tengah benar-benar sedih sudah membuat Langit dan Reni bertengkar.

Melihat Rena menangis,Rani merasa bersalah.Terdengar helaan nafas panjang dari Rani

" Maf Ren,bukan begitu.Sudah kita lanjutkan lagi saja sarapannya.Maafin aku ya mas,aku tidak pernah berfikiran aneh-aneh ko.Mungkin aku mau datang bulan jadi moodnya berantakan." pungkas Rani.

Rani mengalah dengan meminta maaf duluan meskipun ia tidak merasa bersalah.Namun bagi Rani dia tidak mau membuat adiknya stres dan itu akan mempengaruhi kesehatan bayinya.

Braaak

Langit menggebrak meja membuat Rena dan Rani terkejut karna suaranya.

" Selera makanku sudah hilang! Sudah siang aku mau berangkat dulu,kamu naik taxi saja!" berang Langit.

Setelah mengatakan itu Langit lantas pergi kekamar dan beberapa menit berikutnya keluar dengan membawa tas kerjanya.Langit pergi begitu saja melewati Rani tanpa berpamitan.

Tak selang beberapa lama deru mobil Langit terdengar dan perlahan menjauh yang menandakan Langit sudah pergi terlebih dahulu meninggalkan Rani.

Melihat sikap suaminya,hati Rani teriris.Selama ini tidak pernah ada pertengkaran didalam rumah tangga mereka.Kalaupun ada kesalahpahaman mereka selalu bisa menyelesaikannya dengan tenang tanpa ada keributan.

"Ada apa dengan mas Langit,selama ini dia tidak pernah bersikap seperti itu.Mas,kau atau aku yang sudah berubah?" Batin Rani.

" Ini baru permulaan ka,maaf tapi dunia terlalu baik kepadamu dan terlalu jahat kepadaku.

Sesekali boleh kan aku menikmati kebahagiaanmu?Coba kita berganti peran sekarang,biar semua terasa adil." Gumam Rena dalam hati.Sementara wajahnya tertunduk dengan seringai licik diwajahnya.

Hiks hiks

Terdengar isakan dari Rena membuat Rani yang hampir melangkah pergi urung dan kembali berbalik menghampiri adiknya.

" Kanpa menangis Ren? Apa ada yang sakit? Bagaimana hasil pemeriksaanmu tadi malam?"

Akhirnya Rani mengulangi lagi pertanyaan yang belum sempat Rena jawab dari semalam.

" Maaf kalau gara-gara aku kalian jadi bertengkar,aku tidak ada maksud apapun ka.Aku hanya mau membantu mas Langit sarapan itu saja.Kaka terlalu sensitif kalau memang Kaka tidak suka aku disini lebih baik aku cari kontrakan saja atau aku tidur dikolong jembatan.Mungkin Kaka tidak nyaman sama aku,aku jadi beban dan benalu dirumah Kaka.Huaaaaaa."

Tangis Rena pecah,entah apa yang membuatnya jadi banyak bicara.

Hati Rena tersayat mendengar apa yang adiknya ucapkan.

Greeep

" Jangan pernah berfikir sejauh itu Ran,Kaka tidak seperti itu.Maaf kalau kata-kata dan sikap Kaka melukai hati kamu.Kamu adalah keluarga Kaka satu-satunya,kamu adik Kaka satu-satunya,Kaka akan melakukan apapun demi kebahagiaan kamu." Rani memeluk Rena dengan erat dan air matanya tumpah dibalik punggung sang adik.

Hatinya begitu terluka mendengar apa yang adiknya ucapkan.Lain halnya dengan Rena,adik kandung Rani itu justru memasang muka sebal dipunggung Rani.

Bibirnya bergerak kesana kesini menirukan apa yang Rani ucapkan.Bola matanya menggerling seolah dia tak suka dengan apa yang kakanya katakan.

" Ya sudah Kaka berangkat kerja saja,nanti Kaka terlambat." Ucap Rena seakan dia sudah tidak menginginkan keberadaan kakanya.

" Kamu gapapa Kaka tinggal?"

Em!" Jawab Rena singkat.

" Ya sudah,Kaka kerja dulu.Kamu baik-baik dirumah,kalau ada apa-apa jangan sungkan kamu bilang sama Kaka atau sama mas Langit." Ucap Rani sebelum meninggalkan rumah dan pergi kekantornya.

Kantor Langit....

Braaak

" Wooy kenapa bro pagi-pagi udah keliatan bedmood aja lu! Gak dapat jatah dari bini Lo semalam?" Goda Aris teman satu kantor Langit sekaligus sahabat baiknya.

" Kacau Ris,gue bener-beber gak habis fikir sama bini gue! Semenjak adiknya tinggal bareng kita dia tuh jadi nyebelin banget tau gak sih!" Ucap Langit sembari menghempaskan bokongnya dikursi tempatnya bekerja.

" Tunggu-tunggu! Apa Lo bilang? Adik ipar Lo tinggal sama Lo? Apa gue gak salah denger nih! Lo masih waras kan Lang?" Tanya Aris dengan ekspresi terkejut.

Melihat ekspresi Aris,Langit lantas membenarkan letak duduknya.

" Ko, ekspresi Lo gitu Ris? Memangnya kenapa? Lo tau gak ekspresi Lo persis banget sama kaya ekspresi nyokap gue pas pertama kali gue bawa adik ipar gue." Jelas Langit.

Greeeet

Aris menarik kursinya dan duduk tepat didepan Langit .Menatap wajah sahabatnya,menelisiknya dan mencari keseriusan dari wajah sahabatnya.

" Lo,waras kan?" Tanya Aris sekali lagi.

Tak ada nada bercanda dalam ucapannya.

Cetak

" Woy sakit tau!" Keluh Aris kala langit memukul jidatnya dengan bolpoin yang ia pegang.

" Ya lagian Lo,ngapain Lo nanyain gue waras atau engga.Emangnya gue keliatan kaya orang gila atau depresi! Cibir Langit membuat Aris terkekeh.

" Gini gini sob,Lo pernah dengar gak kalau ipar adalah maut.Lagipula apa Lo gak mikir sebelum Lo ambil keputusan buat ngajakin adik ipar lo." Cecar Aris.

" Eh apa salahnya sih,heran gue gak lo gak nyokap sama aja pemikirannya.Emang salahnya dimana si? Gue sama bini gue kan cuman niat mau nolongin dia gak lebih.Gini ris dia kan,"

Langit mulai menceritakan semuanya kepada Aris terkait alasan dia menerima Rena tinggal dirumahnya.

Setelah mendengar cerita dari Langit,Aris lantas membenarkan letak duduknya.Menatap langit sejenak.

" Gini ya Lang ya,bukan gue sok tau atau gimana.Yang namanya ipar ya ipar,dia adik bini Lo tapi dia tetap orang lain buat Lo.Ipar itu sangat berbahaya loh lang,gini yang gue takutkan ya,amit-amitnya sih dia suka sama Lo,atau tiba-tiba Lo tertarik sama dia.ya secara dia kan istri ditinggal pergi sama lakinya statusnya udah janda.Tar tau-tau dia menggoda Lo atau apesnya dia cari perhatian sama Lo dan kebetulan setan lewat seeeeet Lo sama dia gini." Ucap Aris sembari memperagakan kedua telapak tangannya yang saling dirapatkan.

Slaasssh

Langit mendorong kening Aris secara spontan.

" Otak Lo kejauhan ris mikirnya!" Gerutu Langit.

" Tapi Lang,dengan adanya perempuan lain dirumah Lo udah jelas nanti Lo jadi membandingkan mereka."Ucapan Aris sedikit membuat Langit terdiam.

Dia teringat beberapa waktu lalu memang sempat membandingkan antara Rena dan Rani.

" Dia juga bisa jadi penyebab pertengkaran Lo sama bini Lo!" Imbuh Aris.

Lagi-lagi apa yang Aris ucapkan memang benar adanya.

" Dia bakal cari perhatian sama Lo,karena dia merasa dia tidak ada tempat untuk berkeluh kesah.Dia butuh sosok seorang suami dan dia akan mencari itu dari Lo!" ucap Aris,setiap katanya penuh penekanan.

Deg

Jantung Langit seakan berhenti berdetak mendengar apa yang Aris ucapkan.Ia teringat akan kejadian saat dirumah sakit.

Namun apa yang Aris ucapkan tak serta merta membuat Langit faham jika dia memang mulai berada diantara Rena dan Rani.

Puk puk

" Lo inget kata-kata gue Lang,mending Lo bawa pergi adik ipar Lo dan Carikan dia tempat tinggal.lo tetap bisa ko kasih dia bantuan,sperti uang misalnya,kalau Lo mampu Lo bisa sewain dia art yang bisa bantu-bantu dia gak harus dengan bawa dia tinggal dirumah Lo.Kalau Lo mau menyelamatkan rumah Lo dari bibit bibit orang ketiga.Ingat Lang, ingat ipar adalah maut!"

Bersambung....