"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps18. Alex melewati masa kritis.
Pengambil darah telah selesai, sekitaran 470 ml darah Viona telah diambil. Gadis itu terlihat sedikit lemas.
"Istirahatlah, sebentar lagi suster akan mengantarkan makanan penamba darah untukmu. Ingat sebelum satu jam, Anda dilarang keluar dari ruangan ini" pesan Dokter Irwan, pria itu pun bergegas pergi untuk melakukan tugas selanjutnya yaitu operasi transfusi darah pada Alex.
Viona mengangguk pelan, kepalanya terasa sedikit pusing. Seiring keluarnya Dokter Irwan, suster yang memeriksa Viona tadi masuk, dengan membawa sebuah nampan di tangannya.
"Apa yang Kakak rasakan?" tanya suster ramah.
"Tidak ada, hanya sedikit pusing" sahut Viona tak kalah ramah.
"Itu normal, Kak. Mungkin Kakak belum sarapan pagi atau sempat kelelahan sebelum kesini tadi" jelas suter.
"Iyah, emang aku belum makan apa-apa dari pagi"
"Ya udah sekarang Kakak makan ya, ini semua makanan penambah darah. Harus dihabiskan ya, biar Kakak cepat pulih." suster meletak nampan tadi diatas pangkuan Viona.
Viona mengangguk. "Terima kasih" Tanpa malu-malu, gadis itu langsung menyantap makanannya. Perutnya telah berteriak meminta makan sejak tadi.
"Oh ya, sambil makan kita isi formulir ya, Kak. Seharusnya diisi sebelum mengambil darah tadi, tapi tidak masalah, kita akan mengisinya sekarang"
Lagi-lagi Viona hanya mengangguk dengan mulut penuh makanan.
"Siapa nama lengkap, Kakak?" pertanyaan suster menghentikan tangan Viona yang hendak menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"Harus bangat ya pake nama?" tanya Viona.
"Harus, Kak. Karena ini akan tersimpan sebagai arsip kami"
"Kalau saya tidak mau?"
"Tapi ini harus disini, Kak. Tidak bisa dibiarkan kosong begitu saja." sahut suster sedikit memelas.
"Baiklah, tulisan saja Sri" Viona tidak ingin menyatakan identitas aslinya, pikir Viona jangan sampai keluarga kaya itu mencari dirinya untuk meminta kembali uang mereka. Tidak masalah memakai nama Sri, toh didunia ini banyak yang bernama Sri.
Viona lupa nomor rekening yang ia berikan tadi bisa untuk melacak tempat tinggalnya.
"Sri aja? tidak ada nama belangkangnya?"
"Iyah, emang itu nama saya" sahut Viona, gadis itu tidak berani menatap wajah suster.
"Baiklah, terima kasih atas kerja samanya, Kak" ucap suster dengan wajah percaya tidak percaya. "Kakak diijikan untuk beristirahat disini selama satu jam, setelah itu Kakak boleh pergi"
"Makasi, Sus"
Suster pun berpamitan keluar meninggalkan Viona seorang diri.
****************
Di ruangan operasi, dua orang dokter sedang berusaha melakukan operasi transfusi darah. Dengan kondisi Alex yang sudah koma karena kehilangan banyak darah, dokter hanya berharap pada sebuah keajaiban.
Jika dalam waktu lima belas menit pertama, tubuh Alex tidak merespon darah yang baru masuk, maka tamatlah riwayat mereka.
Kedua dokter itu menunggu dengan penuh kecemasan. Terlihat jelas dari dahi keduanya, keringat yang muncul hampi menyamai biji jagung.
Keduanya bernapas legah, setelah memastikan tubuh Aelx merespon baik darah yang baru ia terima.
.
.
"Bagaimana operasinya, Dok?" tanya Nyonya Veronika tak sabar, ketika melihat Dokter Irwan keluar dari ruangan operasi.
"Operasinya berjalan lancar, Tante. Tubuh Alex merespon baik darah yang baru masuk. Alex sudah melewati masa kritis." jelas Dokter Irwan.
"Terima kasih, Nak Irwan. Berapa lama lagi Alex akan sadara?"
"Semua tergantung fisik Alex, Tante. Jika tubuhnya kuat dan kemauan sadarnya besar, maka dalam waktu 4 sampai 5 jam kedepan Alex bisa sadar." Dokter Irwan menjelaskan secara rinci, mengingat transfusi darah memakan waktu satu sampai empat jam untuk satu kantong darah.
"Sebaiknya Tante dan yang lainnya pulang saja, transfusi darah membutuhkan waktu yang cukup lama, suster kami akan berjaga di sini. Jika ada sesuatu yang terjadi, kami akan segera menghubungi keluarga, Tante."
"Baiklah, kami akan pulang. Tapi sebelumnya saya ingin tahu, orang baik siapa yang telah mendonorkan darahnya untuk Alex" ucap Nyonya Veronika.
"Tentu saja boleh, Tan. Kebetulan orangnya masih berada di ruangan istirahat." Dokter Irwan mengajak Nyonya Veronika beserta anak dan suaminya ke ruangan dimana Viona berada.
.
.
.
Satu lagi nyusul ya guys, sabar Author ketik dulu😅.
jangan lupa dukungannya, Like dan Komentar biar otak Author lebih encer lagi buat mikir🤣🤣
berjuanglah sendiri jangan mengharapkan keluarga yg tak menganggapmu