Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Rafael.... Kamu baru pulang?" tanya sang oma melihat Rafael yang baru datang, sudah beberapa hari ini Rafael memang tidak pulang ke rumah, dia sedang keluar kota untuk bisnisnya.
"Iya, Oma." ucap Rafael mendekati sang oma, dan mengecup pipi omanya.
"El.... Temui opamu di kamar kami, orang tua Alisa menitipkan sesuatu untuk mu." ucap sang oma sendu.
"Haaa.... Apa itu oma?" kaget Rafael, biasanya klau ada apa apa, mertuanya selalu menelpon dirinya, tidak pernah lansung kepada orang lain, perasaan Rafael mulai tidak enak.
"Temuilah opa, nanti kau akan tau." ujar sang oma.
"Baik oma, aku menemui opa dulu." gegas Rafael menemui sang opanya ke dalam kamar opa omanya itu.
Tok....
Tok....
"Opa... Ini Rafael, apakah aku boleh masuk?" panggil Rafael dari luar.
"Masuk lah." teriak sang opa yang duduk di kursi menghadap jendela kamarnya, dari kamar tersebut memang lansung tertuju ke arah kebun bunga milik istrinya.
Ceklek....
Rafael membuka pintu kamar opanya dengan hati hati.
"Opa" panggil Rafael.
"Hmm... Kau sudah pulang?" tanya sang opa terkesan dingin, tidak seperti biasanya.
"Sudah opa." sahut Rafael mulai gelisah, hatinya tidak tenang apa yang terjadi sebenarnya, kenapa mertuanya tidak mengabari dirinya saja seperti biasa.
"Opa Sean berjala ke sebuah meja yang terdapat di kamar itu, dan membuka laci meja itu, dan mengeluarkan map dan kunci yang di titipkan oleh orang tua Alisa.
"Ini titipan dari orang tua Alisa." ujar sang opa lemah.
Deg.....
Hati Rafael makin tak karuan melihat map itu.
"Kau bisa membacanya sendiri." seru sang opa.
Tanpa banyak kata lagi, Rafael mengambil map tersebut dan membukanya, mata Rafael lansung membola.
"Apa apaan ini opa, kenapa surat ini di kasih ke opa?" pekik Rafael gusar.
"Menurutmu, apa yang terjadi, klau anak satu satunya di sakiti, apakah mereka masih mau menempati rumah itu, kamu pikir Alisa dan orang tuanya matre? tidak nak, mereka orang bermartabat, mereka bukan orang yang haus harta, mereka menjunjung tinggi harga diri, buktinya saat Alisa di usir oleh mamamu, apa dia nangis nangis memohon agar tetap tinggal di rumah ini, memohon agar kamu tetap berada di sampingmu, tidak bukan, bahkan tanpa kata, tanpa drama Alisa dengan hati mantab keluar dari rumah ini, dan meninggalkan semua yang pernah kamu berikan, bahkan pakaian yang dia pakai itu adalah pakaian yang beberapa tahun lalu dia beli dengan gaji pertamanya, tanpa mengambil barang barang yang kamu berikan, sama seperti Alisa, orang tuanya datang mengembalikan apa yang pernah kamu berikan, bahkan kami dengan keras menolaknya, namun mereka lebih keras pulang memaksa memulangkan semua ini, karena mereka merasa semua bukan milik mereka." ucap sang opa panjang lebar.
Deg...
Deg....
Jantung Rafel berdetak lebih kencang, dia tidak menyangka istrinya melakukan semua ini, karena dia masih gamang waktu itu, dan sedikit pun tidak membela sang istri, karena kedatangan masa lalunya, semua berjalan terlalu cepat, otaknya masih ngebleng, dan di sibukan dengan pekerjaan dia lupa menemui istrinya, dan akibat kesalahannya sang istri dan orang tuanya, bergerak lebih cepat dari pikirannya, tanpa menunggu penjelasan dari dirinya.
Tangannya bergetar memegang surat surat di tangannya dan di sana juga sudah ada surat surat pengajuan perceraian, sungguh dada Rafael sesak melihat itu semua, demi apapun dia tidak ada niat untuk menceraikan sang istri, wanita yang sudah 5th menemaninya susah dan senang, berbagi peluh kapan pun dia mau, istri yang patuh tidak pernah neko neko, bahkan untuk menghambur hamburkan uangnya saja tidak pernah, Rafael dan Amora lah setiap bulan mengisi lemari Alisa, karena sang istri tidak pernah mau di ajak shoping, katanya lemariku masih penuh, bajunya masih banyak yang belum di pakai, kenapa harus di beli lagi, buang buang uang saja, lebih baik uangnya di sumbangkan saja, kepada orang yang kurang mampu sahut sang istri, mengingat itu semua dada Rafael makin sesak, dia mengutuk dirinya yang terlalu lemot menanggapi semua masalah ini, dia pikir sang istri tidak akan bertindak sejauh dan secepat ini, dan dia memilih mengerjakan pekerjaannya dulu, namun dia salah langkah, sang istri malah lebih dulu meninggalkan dirinya.
"Semoga kamu tidak menyesal setelah di tinggal istri mu, nak." ujar sang opa menepuk pundak Rafael.
"Oh... Iya, kata orang tua Alisa, setelah ada keputusan sidang perceraian kalian, tolong kirim suratnya ke rumah sakit tempat dia bekerja, karena dia tidak akan menghadiri persidangan itu, agar sidang perceraian kalian cepat selesai." ucap sang opa lagi.
"Siapa yang mau bercerai, tidak ada perceraian opa, aku tidak akan pernah menceraikan istriku sampai kapan pun, dia hanya milikku seorang!" raung Rafael menyobek berkas perceraian yang di kirimkan oleh sang istri.
"Jangan egois nak, lepaskan lah Alisa, biarkan dia hidup bahagia, sekarang masalalu mu sudah kembali, wanita kesayangan ibu mu sudah datang, jangan persulit Alisa, dia juga ingin bahagia." ujar sang opa memberi wejangan.
"Aku tidak akan melepaskan istriku, siapa yang mau balikan dengan wanita itu, tidak ada opa, aku hanya ingin istriku, bukan orang lain!" pekik Rafael menahan sesak di dadanya.
"Semua sudah terlambat, kemana kau saat istrimu di hina di caci maki oleh mamamu dan bahkan Alisa di usir di depan matamu, kamu hanya diam, sekarang dia sudah pergi entah kemana." ujar sang opa.
"Aku memang salah waktu itu opa, aku salah tidak membela istriku saat itu, otakku ngebleng saat itu opa, aku ngak ngerti kenapa aku saat itu, aku mohon bantu aku opa, tolong temukan istriku, aku tidak ingin berpisah darinya opa." raung Rafael menyayat hati.
Opa Sean hanya diam, menatap pilu sang cucu, karena keegoisan menantunya, kini cucunya yang menderita.
Rafael masuk kedalam kamarnya, dan membuka lemari lemari pakaian sang istri, ternyata memang benar tidak ada satupun pakaian yang dia belikan untuk istrinya yang dia bawa satu pun, dan membuka brangkas sang istri, semua masih penuh tidak ada yang berkurang, semua tersusun rapi di sana, bahkan ada satu kalung yang sering di pakai oleh sang istri, juga terletak di dalamnya. Rafael mengambil kalung itu dan memasukan cincin nikah yang di tinggalkan oleh istrinya kemaren ke dalam kalung itu dan setelahnya Rafel memakai kalung istrinya dengan berbandul cincin nikah istrinya.
"Maafkan aku, sayang, aku salah, aku akan mencarimu, kita tidak akan pernah bercerai sayang, sampai mati pun kamu tetap akan menjadi miliki satu satunya." ucap Rafael mengecupi cincin nikah sang istri.
Bersambung.....
loe aja yg bodoh Rafael nikmati aja kebodohan dan penyesalan loe