DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM33
"Huwaaaaaaaakh ...!
BRUGH!
Hana terkulai lemas tak sadarkan diri di atas lantai.
Ia tak sanggup menatap mahluk menyeramkan yang menampakkan diri. Mahluk berwajah putih dengan goresan hitam di kelopak mata, mulutnya tengah menganga lebar menunjukkan puluhan gigi yang panjang dan runcing.
Mahluk tersebut terkikik-kikik seorang diri, menatap Hana dari balik kaca, mengamati pergerakan wanita cantik itu.
BRAKKK!
BRAKKK!
Terdengar gagang pintu dihantam kuat hingga rusak.
KRIEEET!
Perlahan, pintu mulai terbuka. Mahluk seram nan mengerikan tersebut mematung dengan bola mata menatap liar.
"Baru kali ini aku mendapatkan mangsa secantik ini. Waaah, aku benar-benar beruntung!" Ucap mahluk seram tersebut sembari membuka topeng yang membungkus wajahnya.
Di buangnya topeng seram itu ke lantai, kemudian langkah kaki nya mendekati Hana. Pria itu menyeringai, tak henti ia mengusap-usap perkutut di dalam celana nya.
Puas menikmati kecantikan Hana, pria itu lekas menurunkan celana. Nafasnya kini naik turun, entah sudah berapa kali ia menelan ludah.
Pria itu bercangkung di samping tubuh wanita cantik itu, jemarinya menggerayangi tubuh Hana dan seketika berhenti tepat di buah dada.
"Mari kita bersenang-senang, Sayang!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam kian larut, suasana semakin dingin dan sunyi. Hampir semua penghuni di rumah Fatur sudah terlelap, kecuali Kemala.
Malam ini, wanita baya itu sangat kesulitan untuk memejamkan mata. Ia tengah kepikiran tentang perceraian Hana dan Damar.
"Duh, gimana ya? Apa iya aku harus membiarkan begitu saja perceraian anak tak berguna itu?" Kemala gelisah.
Panjang wanita baya itu menghela napasnya.
"Jika mereka cerai ... apa mungkin Damar akan berhenti memberi uang bulanan untuk ku? -- Ah, itu sudah pasti kan? Untuk apa juga Damar masih memberikan uang saku untuk mantan mertua? Wah, bahaya ini, aku bisa kehilangan sumber uang ku!"
Wanita baya itu menggigit ujung kukunya hingga terluka dan berdarah.
"Auuch!" Wajahnya meringis kesakitan. Lekas ia menghisap jemarinya yang terluka.
Lama ia memutar otak hingga keningnya berkerut dalam.
"Aku harus mencari cara untuk menggagalkan perceraian mereka, tapi, bagaimana caranya?!" gumam Kemala seorang diri.
Di pandanginya wajah sang suami yang sudah terlelap di atas ranjang. Senyuman di bibir Kemala tiba-tiba mengembang, sebuah ide kini terlintas di dalam otaknya.
Lekas Kemala menyambar ponsel di atas meja guna mencari kontak Damar. Jemarinya sibuk mengetik dan secepatnya mengirim sebuah pesan.
Kemala : Nak Damar, sudah tidur? Maaf jika menganggu kamu malam-malam begini. Ibu gelisah memikirkan perceraian kamu sama Hana. Ibu tau kamu sangat mencintai Hana, ibu tau kamu juga pasti berat untuk menyetujui perceraian itu. Nak ... jika memang kamu sesulit itu menyetujui gugatan cerai dari Hana, Ibu akan menolong kamu. Ibu punya cara yang ampuh, Damar. Lekas hubungi ibu jika kamu membutuhkan pertolongan ibu.
Di lain tempat, Damar yang juga kesulitan tidur lekas menyambar ponselnya yang bergetar.
Pria itu memutar malas bola matanya saat melihat nama Kemala yang muncul di notifikasi benda pipih itu. Namun, manik nya seketika membeliak setelah membaca isi pesan tersebut.
Langsung saja Damar menekan ikon hijau demi menghubungi sang ibu mertua. Bola mata lelaki itu otomatis berbinar saat panggilan teleponnya terhubung.
"Bu, apa benar Ibu bisa membuat Hana kembali pada ku?" tanya Damar tanpa ba bi bu.
Di ujung telepon, kemala mengulum senyuman. "Tentu saja bisa, Damar. Tapi ...."
Sengaja Kemala menggantung kalimatnya, memainkan perasaan Damar.
"Tapi apa, Bu? Katakan saja," desak Damar tak sabar.
"Biayanya cukup besar, dan juga ... ritual nya cukup rumit," jelas Kemala.
Damar mengernyitkan keningnya. "Biaya? Ritual? Maksud Ibu ... pakai dukun?!"
Kemala menganggukkan kepala meski ia tau sang menantu tak dapat melihatnya.
"Benar, Ibu ada kenalan dukun yang mum-"
"Ah, Damar gak percaya yang begituan, Bu. Zaman udah canggih begini masih aja ibu percaya dukun," tolak Damar tanpa segan.
Kemala menghela napas panjang, ia lekas beranjak dari duduknya dan segera keluar dari kamar.
"Awalnya Ibu juga gak percaya, Damar. Namun, Ibu sudah membuktikan nya sendiri. Bener-bener manjur!"
"Ah, enggak lah, Bu. Damar mau yang pasti-pasti aja."
"Jangan buru-buru menolak. Kamu pikirkan saja terlebih dahulu, Damar. Ingat, kamu tidak punya banyak waktu, beberapa hari lagi sudah sidang kedua."
Ucapan Kemala membuat Damar tertegun, cukup lama pria itu terdiam.
"Damar?" panggil Kemala.
Damar menghela napas panjang sembari memejamkan mata.
"Berapa biayanya, Bu?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Mari kita bersenang-senang, Sayang!" Pria berpakaian serba hitam itu meremas kuat buah dada Hana.
Setelah meremas, ia mengendus dan menjilati jemarinya sendiri. Bola mata cekung itu menatap langit-langit, fantasinya melayang tinggi.
Liurnya menetes, tak sabar ia ingin mencicipi tubuh Hana. Jemari yang dipenuhi luka bakar itu menyingkap dress piyama Hana hingga ke atas perut.
Jantungnya berdegup kencang melihat segitiga yang membungkus liang keramat milik Hana. Bagai seekor anjing kelaparan, pria itu tergesa-gesa menarik celana dalam wanita yang tengah tak sadarkan diri itu. Namun, belum sampai celana itu lepas dari sarangnya, seseorang sudah terlebih dahulu menerjang pria tersebut hingga terjengkang.
Pria itu menoleh dan menatap nyalang. "SIAPA KAU, BEDEBAH?!"
Sang pria membuka jaketnya dan menutup area bawah Hana yang nyaris terekspos.
"Bukankah pertanyaan itu lebih pantas untuk mu? -- Dasar penjahat kelamin, kau benar-benar cari mati ya?!" Gavriil mengetatkan rahangnya.
BUGH!
BUGH!
Tanpa ba bi bu, Gavriil memukul, menendang, membanting dan menghajar tubuh pria gempal itu tanpa ampun.
Sang penjahat kelamin mengerang kesakitan tanpa memiliki kesempatan untuk melawan. Tubuhnya mati rasa, penuh luka lebam dan darah. Pria itu merasakan tulangnya ada yang retak, bahkan dua giginya tanggal akibat terkena amukan Gavriil.
Pria tak bermoral itu merangkak ke arah pintu, berusaha melarikan diri. Namun, lagi dan lagi tubuhnya harus remuk akibat dihantam Gavriil.
'Ah sial, bisa mati aku!' jerit pria itu di dalam hati.
Bola mata pria itu membeliak saat telapak kaki Gavriil sudah berada di tepat di depan matanya.
Gavriil sudah dikuasai amarah, ia tak segan-segan untuk menginjak kepala pria tersebut sampai pecah. Begitu tinggi Gavriil mengangkat telapak kakinya, siap-siap untuk menghantam.
"Gavriil! Jangan ...!" teriak Hana tiba-tiba.
Gavriil menoleh, ia bernafas lega saat melihat Hana sudah sadarkan diri. Pria itu lekas menurunkan kakinya dan berbalik badan.
Sembari mengulas senyum, Gavriil melangkah mendekati Hana.
Wanita cantik itupun menghembuskan nafas lega saat Gavriil menghentikan aksinya. Namun, beberapa detik kemudian, bola mata hazel itu membeliak ketika melihat pria yang diserang Gavriil tadi kini sudah berdiri tegak.
"G-Gavriil, awas di belakang mu ...!"
JLEB!
*
*
*