My Cold Boyfriend-
Alletha Gracelyn, harus kehilangan kekasih yang sudah bersamanya 2 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal di saat akan merayakan Anniversary mereka, di saat kesedihan nya dia malah bertemu dengan laki-laki dingin namun selalu bersikap hangat di saat bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Puncak
...Sebegitu sakitnya sampai Lo belum bisa buka hati Lo, gue berharap Lo bisa segera membuka hati Lo untuk cewek lain Lang. ...
...(Argantara) ...
-----------------------------------------------+
Sesuai dengan perintah langit untuk semua mahasiswi naik Bus 1 dan mahasiswa yang memakai kendaraan sendiri di ijinkan mengendarai nya namun hanya beberapa saja dan tetap harus dalam pengawasan anggota BEM selaku penanggung jawab acara hari ini.
Langit sendiri sudah lebih dulu jalan bersama Arga, sementara Gala juga Boni yang akan mengawal Bus juga beberapa mahasiswa yang pakai mobil.
"Menurut gue aneh kenapa Bus bisa mogok, padahal kemarin kita baru pakai dan aman-aman saja." Ucap Arga yang bersama Langit satu mobil.
"Udah di Cek orang gue."
"Terus?"
Langit mengangkat bahunya dan fokus mengendarai mobilnya.
Beberapa jam perjalanan Bus sampai di Puncak, terlihat mobil Langit yang sudah terparkir di sana namun entahlah dimana si pemilik mobil yang jelas hanya ada Arga.
Semua peserta tampak keluar dan berbaris menatap Arga yang sudah menunggu mereka.
"Waw indah banget, asri banget pemandangan nya" Ucap Alis.
Leta menatap sekeliling, suasana yang begitu sejuk dan damai. Jauh dari hiruk pikuk bisik kendaraan juga udara yang masih asri.
"Oke semua selamat datang.! Gue bakal bacain untuk kamar kalian, masing-masing kamar ada 5 orang." Ucap Arga mulai membaca list nya.
"Silahkan kalian bisa istirahat dan kita kembali kumpul jam makan siang."
Semua tampak menuju kamar masing-masing dan untungnya Leta satu kamar bersama Alis. Mereka berjalan bersama.
"Lo dari mana?" Ucap Langit menatap Luna yang baru aja sampai bersama Siska.
Luna menelan saliva nya, kenapa bisa langit berada di sana.
"La-Langit, Lo ngapain di sini."
Langit menatapnya tajam dan menatap jam di tangannya, harusnya sudah satu jam sebelumnya mereka sampai kenapa bisa mereka baru sampai sekarang.
"Tadi- mobil gue mogok."
Langit terdiam namun tatapan matanya terus mengarah ke mereka. Sejak di Kampus pun Langit tidak melihat Luna juga Siska bahkan sampai bus jalan mereka juga belum terlihat.
"Ikut gue." Ucap Langit menatap Luna.
Siska menyenggol lengan Luna "Gimana Lun."
Luna menghela napasnya "Lo tenang aja, Langit gak bakal marah sama gue."
Siska mengangguk dan menatap Luna yang berjalan mengikuti Langit, sementara dirinya menuju tempat dimana para anggota BEM berkumpul.
Dan disinilah Langit sekarang, di belakang Vila bersama Luna yang berdiri menatapnya.
"Dari mana kalian."
Deg.! Luna bingung harus menjawab apa bahkan tatapan langit benar-benar seperti akan melahap nya.
"Gue udah bilang tadi, mobil gue mogok jadi telat."
"Gak usah bohong.!"
Luna memejamkan matanya, namun dia berusaha bersikap biasa.
"Lo kenapa sih, gue udah jujur Langit."
"Lo tau soal Bus yang tiba-tiba mogok?"
Luna kaget, kenapa Langit malah menanyakan tentang Bus kampus kepadanya.
"A- Apa mogok gimana gue gak paham."
Langit berjalan mendekat, membuat Jarak mereka begitu dekat namun malah membuat Luna takut.
"Gue tau apa yang kalian lakuin."
Luna membulatkan matanya, bagaimana bisa Langit tau.
"Ma- maksud Lo apa sih Lang."
"Gak usah pura-pura gak tau Aluna, gue tau Lo sengaja bikin Bus mogok, Apa alasan Lo."
"Jawab Aluna.!" Bentak Langit membuat Luna memejamkan matanya.
"Iya gue memang sengaja lakuin itu, gue sengaja buat Bus mogok karena Aleta."
Langit menautkan kedua alisnya, "Aleta?"
"Kenapa? Gue gak suka sama tuh cewek, semenjak adanya dia Lo lupa sama gue, Lo terus hindari gue Lang."
"Gak ada hubungan dengan Aleta."
"Terus kenapa sikap Lo berubah, mana langit yang dulu, langit yang selalu ada selalu temani gue. Mana?"
Langit menggeleng.
"Gue masih sayang sama Lo, gue gak mau kita jauh seperti ini, gue mau kita balik seperti dulu."
Langit menatap Luna, bayangan kejadian dulu kembali terulang, rasa sakit hatinya tidak bisa begitu saja dia lupakan mengingat bagaimana tingkah Luna.
"Gue minta Maaf sama Lo, gue ngaku salah, gue gak mau Lo jauhi gue. Gue gak bisa Langit."
Luna terisak menatap Langit, air matanya mengalir di wajahnya. Namun langit hanya diam.
"Pliss, Maafin gue"
Langit langsung mundur saat Luna akan memeluknya.
"Apa gue udah benar-benar hilang dari hati Lo?"
"Gue bukan langit yang dulu Aluna, dan gue minta Lo harus terima." Ucap Langit meninggalkan Luna yang masih terisak di sana.
Langit berjalan namun langkahnya terhenti saat melihat Aleta yang berdiri di sana menatapnya. Ya Aleta tidak sengaja mendengar nya, Aleta sedang jalan-jalan di taman Vila dan tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
Langit memejamkan matanya dan kembali berjalan bahkan melewati Aleta begitu saja.
Leta menoleh dan menatap punggung lebar Langit, langkahnya semakin menjauh dan tidak lama Luna terlihat berjalan.
Luna langsung mengusap wajahnya saat melihat Aleta di sana, Leta tau jika Luna baru saja menangis.
Sama halnya, Luna pun melewati Aleta begitu saja.
Jadi mereka memang benar pacaran, tapi kenapa Kak Langit seperti membenci Kak Luna. Dan percakapan tadi sepertinya Kak Luna sudah melakukan hal fatal.
Luna menghela napasnya "Bukan urusan gue." Lirihnya dan kembali berjalan melihat taman Vila dengan bunga yang begitu indah.
*******
Jam sudah menunjukkan 12 siang, semua mahasiswa/wi telah berkumpul di aula untuk makan siang bersama. Leta baru saja akan masuk namun berpapasan dengan Langit yang juga baru saja datang.
Leta tersenyum dan berjalan masuk, Langit terus menatapnya dan melangkah masuk.
"Aleta sini.." Panggil alis
Leta mengangguk dan duduk di samping alis, "Nih gue udah ambil makan buat Lo sekalian."
"Thanks."
Alis mengangguk dan mulai menikmati makan siang mereka, sementara Leta mencari keberadaan Luna yang tidak tampak di sana padahal Siska berada di sana.
"Lo cari siapa sih? Bram ?"
Leta mengernyit "Ngaco"
Alis terkekeh dan kembali menikmati nya.
"Gue gabung di sini ya" Ucap Bram yang langsung duduk di depan Leta.
"Suasana di sini enak banget, gimana kalau setelah makan siang kita keliling Vila." Ajak Bram menatap Leta.
"Gue udah keliling tadi, atau Lo bareng Alis aja gimana?" Ucap Leta menatap Alis.
"Yah gak seru, biar rame Lo ikut deh Ta."
"Liat nanti deh."
Bram mengangguk dan terus menatap Aleta, semenjak pertama Ospek dan saat pengenalan Bram sudah terpesona dengan kecantikan Aleta. Bahkan menurutnya Aleta Maba paling cantik di lihat dari segi manapun.
Langit yang duduk tidak jauh dari meja mereka tampak diam menatap mereka.
"Kayaknya cowok itu naksir Leta, Lo liat aja gimana menatap Leta."
Langit mengangkat bahunya.
"Nyesel Lo nanti Aleta di ambil dia."
Langit hanya menatap mereka, bahkan makanan di depannya belum sedikitpun dia sentuh.
"Kejar kalau memang Lo suka Aleta ." bisik Arga
"Gue belum bisa lupa soal kejadian itu."
Arga terdiam.
Sebegitu sakitnya sampai Lo belum bisa buka hati Lo, gue berharap Lo bisa segera membuka hati Lo untuk cewek lain Lang.