NovelToon NovelToon
Sugar Daddy Dokter Impoten

Sugar Daddy Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:3.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.

Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.

Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

"Maaf, Serra harus pulang sekarang." Serra beranjak dari duduknya meski keluarga itu belum selesai membahas perjodohan dia dengan Aron. Serra merasa tidak perlu membicarakannya sampai sejauh itu karna sejak awal dia sudah menolak secara halus di depan semua orang sebelum Xander datang.

"Kamu nggak mau makan malam dulu disini.?" Tawar Alice penuh kelembutan. Alice langsung menyukai Serra dan ingin memasukkan Serra sedalam daftar calon menantunya karna sikap baik dan sopan yang dimiliki oleh gadis itu. Di mata Alice, Serra berbeda dari kebanyakan remaja di luar sana. Itu sebabnya Alice memaksa mengajak Serra ke rumahnya setelah menolongnya di toko roti. Dia mengenalkan Serra pada Aron karna usia mereka tidak terpaut terlalu jauh. Di mata Alice, mereka berdua sangat cocok jika menjadi sepasang kekasih.

"Terimakasih tawarannya Tante, Serra sudah janji makan malam di rumah sama adik sepupu Serra." Serra menolak secara halus. Alice tidak memaksa karna memahami Serra yang juga memiliki keluarga.

"Kalau begitu biar Aron antar kamu pulang." Ujar Alice.

Laki-laki yang disebut namanya itu langsung berdiri dari duduknya, dia sangat semangat ketika diminta untuk mengantar Serra pulang.

"Mama tenang saja, Aku pastikan akan mengantar Serra dengan selamat sampai rumahnya." Ujar Aron seraya tersenyum ke arah Serra.

Serra memutar malas bola matanya. Dia bingung sendiri, entah dosa apa yang sudah dia perbuat di masa lalu sampai-sampai harus dipertemukan dengan laki-laki ini lagi. Malah ada rencana ingin dijodohkan. Parahnya lagi, Aron dan Xander kakak beradik. Serra merasa dunia ini sangat sempit.

Albert melirik cucu satunya yang sibuk memainkan ponsel di sampingnya. Kakek berusia 76 tahun itu merasa sikap kali ini cucunya sedikit aneh. Biasanya Xander paling semangat memprovokasi Aron sampai terjadi keributan, tapi kali ini malah menunjukkan sikap acuh seolah tidak peduli dengan keadaan disekitarnya.

"Terimakasih, Serra akan pulang pakai taksi saja." Tolaknya tegas.

Aron menggeleng. "Aku nggak menerima penolakan, kamu akan aku antar sampai didepan rumahmu dengan selamat." Ujar Aron memaksa.

"Dasar pemaksa.! Biarkan saja gadis itu pulang sendiri. Kamu masih punya hutang memijat kaki ku.!" Omel Albert.

Aron berdecak malas. "Apa gunanya punya uang banyak kalau masih perhitungan dengan cucu sendiri. Kakek kan bisa panggil tukang pijat profesional," Gerutu Aron.

"Perhitungan kamu bilang.?! Kamu pikir mobil sport mu itu hasil aku mencuri di showroom.?! Dasar cucu nggak tau terimakasih.!" Albert mengangkat tongkatnya untuk memukul Aron, tapi Aron langsung menahannya. Laki-laki itu terkekeh dan meminta maaf.

"Baik-baik, aku akan memijat Kakek tapi setelah mengantar Serra." Ujarnya.

"Kamu tuli.?! Gadis itu ingin pulang sendiri pakai taksi, jangan dipaksa.!" Albert kembali mengomel. Alice dan Abraham menghela nafas melihat perdebatan cucu dan kakeknya itu.

Sementara itu, Serra segan berada di tengah-tengah mereka karna merasa Kakek Albert tidak menyukainya.

"Tante, Om, Kakek dan semuanya, Serra pamit. Terimakasih hadiahnya." Serra membungkuk sopan.

Alice berdiri untuk mengantar Serra sampai ke depan. "Ayo, tante antar sampai ke depan." Alice merangkul Serra yang sempat melirik ke arah Xander, namun Xander tetap fokus pada ponselnya.

"Aku akan mengajakmu jalan-jalan lain kali." Seru Aron sebelum Alice membawa Serra pergi dari ruang keluarga.

"Kamu pulang ke rumah cuma ingin duduk santai sambil main ponsel.?!" Tegur Albert tegas.

Aron tertawa melihat Kakaknya terkena amukan juga dari kakek mereka.

Xander menyimpan ponselnya ke dalam saku celana dan pura-pura memijat pundak Albert. "Orang semakin tua memang semakin mudah tantrum. Kakek harus banyak-banyak sabar biar berumur panjang." Seloroh Xander sambil terkekeh. Apalagi melihat wajah masam Albert.

"Daripada kamu hanya membuat ku emosi, lebih baik kamu belikan iga bakar di restoran xx, aku ingin makan malam dengan iga bakar.!" Titah Albert.

Xander menegakkan badannya, dia menatap Albert dengan serius. "Jangan bilang ini permintaan terakhir Kakek sebelum,,"

Pletak.!!

Albert memukul kepala Xander dengan tongkatnya. Tawa Aron pecah, dia sangat puas melihat Kakaknya di siksa oleh Kakek mereka. Lagipula Xander pun sering menertawakannya juga.

"Sehari saja jangan membuat keributan, apa sulit.? Kalian membuatku pusing saja.!" Gerutu Abraham sembari beranjak dari duduknya dan meninggal mereka bertiga di ruangan itu.

Mereka bertiga selalu bertingkah seperti anak kecil setiap kali disatukan. Abraham sampai bosan melihat keributan mereka.

"Bagaimana rasanya Kak.?" Ledek Aron.

"Diam kamu.!" Ketus Xander sambil mengusap kepalanya.

"Pergi sana, belikan aku iga bakar sekarang.!" Usir Albert sembari mendorong bahu Xander.

Sambil berdecak kesal, Xander pergi dari sana.

Di depan rumah, Xander di hadang oleh Alice yang ternyata masih bersama Serra. Gadis itu seperti sedang menunggu taksi.

"Kamu mau kemana sayang.?" Tanya Alice melalui kaca jendela mobil yang dibuka oleh Xander.

"Kakek tua menyuruh ku membeli iga bakar." Jawab Xander.

Alice menggeleng mendengar Xander menyebut Albert kakek tua.

"Kalau begitu tolong sekalian kamu antar Serra pulang, dia belum dapat taksinya." Titah Alice seraya menarik tangan Serra agar mendekat ke mobil Xander. Tanpa menunggu persetujuan dari putranya, Alice membuka pintu depan dan menyuruh Serra masuk.

"Ayo masuk, Xander akan mengantar kamu sampai rumah." Ujar Alice ramah.

Serra menatap Xander yang tidak memberikan respon apapun, dia ragu-ragu masuk ke dalam. mobil Xander.

"Terimakasih Tante. Serra pulang dulu."

"Ya.Hati-hati di jalan, Xander." Seru Alice.

Xander hanya mengangguk dan melajukan mobilnya meninggalkan bangunan besar nan mewah itu.

"Dokter marah ya sama Serra.?" Cicit Serra pelan. Sudah 10 hari Xander tidak menyuruhnya datang ke apartemen, mengangkat dan membalas pesannya pun tidak.

Xander melirik sekilas. "Saya nggak punya alasan untuk marah sama kamu." Jawabnya datar.

"Bohong.! Kalau Dokter nggak marah, terus kenapa nggak pernah panggil Serra lagi ke apartemen.? Telfon dan pesan dari Serra juga di abaikan." Gerutu Serra sambil mencebikkan bibir.

"Saya nyerah, kamu nggak perlu lagi repot-repot berusaha sembuhin saya. Itu sebabnya saya nggak minta kamu datang lagi." Jelasnya.

Serra mencondongkan tubuhnya ke arah Xander, dia memegangi lengan Xander dengan kedua tangannya.

"Jangan paksa saya.!" Tegas Xander ketika Serra hampir membuka mulut untuk membujuknya.

Serra langsung menyingkirkan tangannya dari lengan Xander. "Serra nggak bisa balikin semua uang yang Dokter kasih ke Serra. Uang 50 juta waktu itu, sebenarnya untuk mengganti rugi kerusakan mobil Aron. Mobil yang Serra tabrak itu punya adiknya Dokter." Tuturnya menjelaskan.

Xander menoleh dan sedikit terkejut. "Aron memaksa kamu membayarnya.?"

Serra mengangguk. "Sebenarnya ada pilihan lain. Serra diminta jadi pacarnya, tapi Serra tolak."

"Kenapa kamu menolaknya.? Dia tampan dan sempurna, miliknya berfungsi dengan baik." Ujar Xander.

"Dok.!" Tegur Serra kesal. "Apa Dokter pikir Serra cuma menginginkan hal itu.? Kenapa Dokter nggak peka.!" Gerutu Serra. Wajahnya jadi cemberut dan langsung membuang pandangan ke luar jendela.

"Kenyataannya kamu bersikeras memaksa saya sembuh. Kamu ingin melakukannya kan.?" Desak Xander.

Serra kembali menatap Xander, kali ini memberikan tatapan geram. Xander benar-benar tidak peka dengan sinyal yang dia berikan.

"Memang. Tapi aku cuma mau melakukannya sama Dokter, nggak mau sama pria lain.!" Serunya dengan wajah merona menahan malu. Xander tampak bengong beberapa saat.

"Maksud kamu.?"

"Dokter pikir saja sendiri.!"

1
Firda Odhe Ysd
berharap Anna sma Aaron aj sih
Wild Rose 🌹🌹
bagus banget cerita ini, alurnya juga bagus gk bertele tele, bahasanya juga mudah di mengerti
Yunita aristya
luar biasa
erissa
sukses terus kak.ceritanya baguuuus
anita
smngat thor..lnjut kryamu bkin pnasaran
Ridho Saputra
Luar biasa
enur .⚘🍀
aq syuka cerita ny,, keren abis 🤗🥰
enur .⚘🍀
Zayn benar2 pohlos ,, apa dia tidak melihat kecemburuan Anna ?? 🤭
Novita Lilis
keren.. suka sama ceritanya 👍🏻
Rochma Wati
Luar biasa
Hasni Cimungut
mau bintang 5 tpi cerita cepat banget habisnya 😌
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
menarik sih walaupun cara awal yg dilakukan slah tapi berakhir bahagia
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Dien Elvina
Anna mungkin Zayn blm terbiasa dgn sttus kalian ..yng tadinya hanya di anggap adek, skrng sdh jadi tunangan ..ini semua karena keluarga Martha yng ingin Zayn membalas Budi mereka ..
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuuuutttt
Soraya
lanjut thor
pak darno
Ceritanya bagus, enak untuk dibaca....lanjut
🍾⃝ͩѵᷞɪͧɴᷠᴀͣ ɴᴀѵɪɴᴀ
mungkin Zayn masih berusaha menata hatinya
yumna
serra dewasa oleh keadaan tapi dy bijak ya
ReynaL Rohiman
Luar biasa
Clarissa icha: makasih🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!