Di tengah kota yang selalu bising, ada sebuah arena rahasia tempat para petarung dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menguji kemampuan mereka dalam pertarungan tanpa aturan. Riko, seorang pemuda biasa dengan masa lalu yang penuh dengan kesulitan, tiba-tiba terjun ke dunia yang keras ini setelah menerima tantangan yang tak bisa ditolak. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Riko siap menghadapi musuh-musuh terberatnya, termasuk Kuro, legenda petarung yang namanya sudah terkenal di seluruh arena.
Namun, hidupnya tak semudah itu. Selain fisik yang harus terus dilatih, Riko harus belajar bagaimana mengendalikan emosinya, memahami strategi pertarungan, dan yang terpenting—mengenal dirinya sendiri. Dalam dunia yang keras ini, setiap kekalahan bisa menjadi pukulan besar, tapi setiap kemenangan juga membawa tantangan yang lebih berat.
Dengan dukungan sahabat sejati, Tatsu, dan berbagai teman baru yang ditemuinya di sepanjang jalan, Riko berusaha untuk bertahan hidup, mengatasi rasa t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MISTERI GULUNGAN DAN PETUALANGAN DI PEMANDIAN AIR PANAS
Pagi berikutnya, Riko dan Tatsu berkumpul di ruang latihan bersama Ryo. Kotak kecil berisi gulungan kertas dari pasar malam sudah tergeletak di meja. Ryo memandang mereka dengan tatapan serius, tetapi Tatsu malah sibuk mengunyah roti isi sambil bersandar di kursi.
"Bro, lo nggak ada waktu santai, ya? Tiap misi langsung briefing," gumam Tatsu, masih dengan mulut penuh.
Ryo menepuk meja. "Tatsu, fokus. Gulungan ini penting. Bisa jadi petunjuk ke lokasi artefak yang akan menentukan kemenangan kita di turnamen nanti."
“Artefak?” tanya Tatsu sambil mengernyit. “Kita jadi kayak Indiana Jones, nih?”
Riko mencoba menahan tawa. "Intinya, ini penting, Tas. Kita harus serius."
Ryo membuka gulungan dan menunjukkan peta kasar dengan simbol-simbol aneh. "Peta ini mengarah ke sebuah lokasi tersembunyi di pegunungan dekat desa pemandian air panas. Kalian harus pergi ke sana dan menemukan benda yang ditunjukkan oleh simbol ini."
Tatsu langsung semangat mendengar kata “pemandian air panas.” “Wait, pemandian air panas? Bro, kenapa lo nggak bilang dari awal? Gue udah siap.”
Ryo menghela napas panjang. “Fokus, Tas. Ini misi, bukan liburan.”
Perjalanan ke Pegunungan
Beberapa jam kemudian, mereka berdua sudah dalam perjalanan menuju pegunungan. Sepanjang perjalanan, Tatsu tak henti-hentinya mengoceh tentang betapa nikmatnya berendam di air panas setelah semua latihan gila yang mereka jalani.
“Gue udah bisa bayangin, bro. Air panas, pemandangan gunung, dan—kalau beruntung—ada makan malam enak,” kata Tatsu dengan mata berbinar.
“Jangan kebanyakan ngimpi, Tas. Kita di sini buat misi,” balas Riko sambil memeriksa peta.
Perjalanan mendaki cukup menantang, dengan jalan setapak yang sempit dan batuan licin. Tatsu, seperti biasa, mengeluh setiap beberapa meter.
“Bro, gue butuh snack. Lo bawa nggak?”
Riko menggeleng. “Kita butuh stamina, bukan ngemil.”
“Apa bedanya? Snack itu sumber energi, bro!”
Setelah beberapa jam mendaki dan banyak keluhan dari Tatsu, mereka akhirnya tiba di desa kecil di kaki gunung. Desa itu tampak tenang, dengan asap tipis mengepul dari berbagai pemandian air panas alami yang tersebar di sekitar.
“Gue udah cinta tempat ini,” kata Tatsu sambil menghirup udara segar.
Seorang pria tua, berpakaian tradisional, menyambut mereka. “Kalian datang untuk mencari yang tersembunyi, bukan?”
Riko dan Tatsu saling pandang. “Benar, Pak. Kami mencari sesuatu yang ada di peta ini,” jawab Riko sambil menunjukkan gulungan.
Pria tua itu mengangguk. “Kalian harus melewati ujian di pemandian. Hanya yang murni hati dan pikirannya yang bisa menemukan benda tersebut.”
Tatsu mengerutkan dahi. “Murni hati dan pikiran? Kayaknya gue udah gagal dari awal.”
Ujian di Pemandian
Mereka diarahkan ke sebuah pemandian besar dengan batu-batu hitam mengelilinginya. Airnya berwarna kehijauan dan memancarkan aroma herbal yang menenangkan.
“Gue nggak percaya ini ujian,” bisik Tatsu sambil melepas sepatu dan mencelupkan kaki ke air. “Ini lebih kayak hadiah.”
Begitu mereka masuk ke air, sesuatu yang aneh terjadi. Air mulai beriak, dan kabut tebal menyelimuti pemandian. Tiba-tiba, sosok-sosok bayangan muncul dari kabut, menyerupai mereka sendiri.
“Riko, lo liat itu?” Tatsu menunjuk bayangan dirinya yang tersenyum aneh.
“Kayaknya ini ujian kita,” jawab Riko, mulai waspada.
Bayangan-bayangan itu menyerang tanpa peringatan. Riko langsung bertarung dengan versi dirinya yang lebih cepat dan licin, sementara Tatsu menghadapi bayangan yang terus-menerus mengejeknya dengan goyangan aneh yang mirip dengan gayanya sendiri.
“Bro, gue nggak percaya gue harus ngelawan gue sendiri yang lebih konyol,” keluh Tatsu sambil mencoba menghindari serangan.
“Fokus, Tas! Ini soal strategi,” teriak Riko sambil melancarkan kombo tipuan yang berhasil menjatuhkan bayangannya.
Tatsu mencoba mengingat strategi latihan mereka. Dia berpura-pura terpeleset, membuat bayangannya lengah, lalu melancarkan serangan mendadak. Bayangan itu menghilang, dan kabut mulai menipis.
Pria tua itu muncul kembali. “Kalian lulus. Benda yang kalian cari ada di balik batu besar di sana.”
Mereka berjalan menuju batu besar dan menemukan sebuah kotak kayu dengan ukiran kuno. Di dalamnya, ada sebuah liontin dengan batu biru bercahaya.
“Ini artefaknya?” tanya Tatsu sambil memegang liontin itu.
“Ya, dan itu akan membantu kalian di turnamen nanti,” jawab pria tua itu.
Tatsu tersenyum lebar. “Oke, misi selesai. Sekarang kita bisa berendam santai, kan?”
Riko hanya tertawa. “Kali ini, gue setuju.”
Mereka menghabiskan sisa malam dengan berendam di pemandian, menikmati ketenangan sebelum kembali menghadapi tantangan besar berikutnya. Meski ujian di pemandian cukup aneh, mereka tahu bahwa petualangan ini masih jauh dari selesai. Turnamen besar menanti, dan dengan artefak di tangan, mereka semakin yakin bisa menghadapi apa pun yang datang.