Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Lumpuh
Maxime menghela nafas beratnya, penjelasan Dokter beberapa menit yang lalu membuat dadanya terasa sesak. Begitu kejam perlakuan Armand selama ini pada padanya Grandpanya.
"Kondisi pasien cukup parah, ada cederanya di kepala yang cukup serius dan juga pada kaki yang mengalami patah tulang. Untuk sembuh dan bisa berjalan seperti sedia kala akan sangat sulit. Pasien kemungkinan akan mengalami kelumpuhan".
Kata kata Dokter terus terngiang di telinganya, apa saja yang telah dilakukan Armand pada Grandpanya selama ini?. Maxime mengepalkan kedua tangannya, ingin rasanya saat ini juga ia menemui Armand tapi ia harus menunggu Grandpanya untuk sadar dari operasi kakinya dan juga kepalanya. Kondisinya sudah stabil setelah melewati masa kritisnya, itu yang dikatakan Dokter.
"Apa yang dilakukan Kakek Armand benar benar sudah keterlaluan. Pria itu tidak bisa dimaafkan, Max," ucap Damian yang duduk disebelah Maxime di depan ruang ICU. Pria itu sudah berada disini dua jam yang lalu menemani Maxime. Dan Maxime sudah menceritakan semuanya pada Damian apa yang terjadi.
Sementara Maxime diam saja dan tidak menjawab ucapan Damian. Damian memang benar jika Armand benar benar sudah keterlaluan. Dan ia sendiri nantinya akan membalaskan pada pria tua itu. Ia akan melakukan hal yang setimpal atau bisa saja lebih parah dari apa yang sudah pria tua itu lakukan pada Grandpanya.
Maxime menegakkan tubuhnya saat tim Dokter berjalan tergesa-gesa menuju ruang ICU. Apa yang terjadi?, kenapa Dokter tampak begitu serius. Apa terjadi sesuatu yang buruk pada Grandpanya?. Jika iya, ia tidak akan bisa memaafkan orang yang sudah membuat Grandpanya seperti sekarang ini.
"Max, apa yang terjadi?," tanya Damian ikut terlihat cemas. Ia begitu mengenal cukuplah dekat Grandpanya Maxime. Bahkan sudah menganggap Lemos layaknya Kakeknya sendiri.
"Aku tidak tahu Dam, semoga saja bukan sesuatu yang buruk," jawab Maxime terdengar lirih.
Damian tidak lagi bertanya, pria itu menatap pintu ruang ICU yang tertutup dimakan tim Dokter saat ini berada didalam sana. Ia berharap semuanya baik baik saja. Ia tahu betapa pentingnya bagi sahabat seorang Lemos.
Tidak lama pintu ruangan ICU terbuka, tampak Dokter keluar dari ruangan itu. Maxime segera menghampiri Dokter tersebut.
"Dokter apa yang terjadi?," tanya Maxime yang raut wajah penuh kekuatiran.
Dokter itu tersenyum tipis pada Maxime."Kondisi pasien beberapa saat yang lalu sedikit menurun tapi sekarang ini sudah kembali stabil dan sudah sadar. Anda bisa menemuinya tapi sebelum itu pasien harus dipindah ke ruangan perawatan terlebih dahulu," jawab Dokter.
Maxime dan Damian tampak sama sama bernafas lega. Kedua pria itu meminta pads Dokter untuk memberikan ruang perawatan terbaik di rumah sakit ini untuk sang Kakek.
***
Amelia keluar dari kamarnya setelah selesai membersihkan tubuhnya dan berniat untuk sarapan. Namun sebelum ini ia mengetuk pintu kamar Maxime dan berencana untuk sarapan beranda. Namun setelah beberapa kali mengetuk tidak ada tanda-tanda jika pintu kamar itu terbuka.
"Apakah dia belum bangun?," gumam Amelia karena pintu kamar Maxime tidak kunjung terbuka. Ia memutuskan untuk turun sendiri dan berpikir Maxime sedang berada di kamar mandi.
Amelia berjalan menuju dapur dan membuka lemari pendingin untuk mencari bahan untuk ia racik membantu sarapan. Di tempat ini tidak ada maid, hanya ada beberapa penjaga saja dan mereka memasak sendiri.
"Nona, di sana sudah ada sarapan. Semoga Nona suka, tadi saya memasak dan melebihkan ini Nona," ujar seorang penjaga yang memasuki area dapur berniat untuk membuat kopi.
"Oh ya?," tanya Amelia menutup kembali pintu lemari pendingin.
"Iya. Saya harapan Nona menyukainya," jawab penjaga itu dengan ramah.
"Saya akan menunggu Max terlebih dahulu," ucap Amelia.
"Tuan semalam pergi Nona, dan sampai sekarang belum kembali," jawab penjaga membuat Amelia terlihat terkejut karena Maxime tidak mengatakan apapun padanya kemana ia pergi.
"Pergi kemana?," tanya Amelia.
Penjaga itu mengggeleng."Saya tidak tahu Nona," bohong penjaga itu karena sebelumnya Maxime sudah berpesan untuk tidak mengatakan apapun pada Amelia kemana ia pergi.
"Benar benar kebiasaan, pergi tanpa mengatakan apapun," gumam Amelia yang terlihat kesal. Ini kedua kalinya Maxime pergi tanpa memberitahunya. Tapi ia juga sadar siapalah dirinya sehingga Maxime harus mengatakan kemana ia pergi.
Amelia akhirnya sarapan sendirian pagi itu meski selera makannya tiba-tiba hilang saat mengetahui Maxime meninggalkannya disini sendiri. Padahal saat terbangun tadi ia sudah sangat berharap bisa sarapan bersama dengan Maxime. Tapi semuanya hanya tinggal harapan saja, pria itu pergi entah kemana dan tidak mengatakan apapun padanya.
Sementara itu Maxime masih berada di rumah sakit dan baru saja menghubungi Grandmanya dan memintanya untuk segara kembali ke negara ini. Ia memang belum mengatakan apapun tentang Grandpanya pada sang Nenek karena dia berencana untuk memberikan kejutan. Ia yakin sekali Grandmanya pasti sangat terkejut dengan kembalinya sang suami.
"Dimana ini?," gumam Lemos. Meski semalam sudah sadar tapi Lemos terpaksa kembali diberikan suntikan penenang oleh Dokter karena semalam ia tampak histeris saat mengetahui keadaannya dan Maxime belum sempat berbicara dengannya.
Maxime segara berdiri dari duduknya menghampiri tempat tidur anak Kakek."Grandpa...," seru Maxime dengan kedua mata berbinar. Ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya karena Grandpanya tidak lagi histeris.
"Kamu siapa?," tanya Lemos yang memang tidak mengenali Maxime. Ini sudah dua puluh lima tahun berlalu jelas ia tidak lagi bisa mengenali wajah sang cucu.
"Grandpa tidak mengenaliku?. Aku Maxime, cucu Grandpa," jawab Maxime dengan kedua mata berkaca-kaca.
"M-maxime...,"gumam Lemos hampir tidak terdengar. Ia menatap wajah Maxime dengan seksama, wajah cucunya ini sudah banyak berubah sehingga ia tidak bisa lagi mengenalinya. Dulu Maxime masih berusia dua belas tahun saat ia mulai disekap oleh Armand. Dan kini cucunya sudah sebesar ini dan juga terlihat matang.
Maxime mengangguk pelan, ia tidak marah sedikitpun meski Grandpanya tidak mengenalinya dan itu wajar karena daya ingat sang Kakek mengalami penurunan karena cedera kepala yang dialaminya.
"Iya Grandpa. Ini aku Maxime, cucu Grandpa," jawab Maxime.
Lemos mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Maxime yang sempat tidak ia kenali." Kau Maxime, cucuku?," tanya Lemos dengan suara serak menahan tangisannya. Ia tidak menyangka akan bisa melihat wajah sang cucu kembali setelah dua dekade lebih ia disekap.
"Iya...," angguk Maxime.
"Ya Tuhan, engkau mengabulkan doa-doa ku," ucap Lemos dengan perasaan penuh haru.
Maxime bernafas lega karena akhirnya ia bisa kembali berkumpul dengan Grandpanya dan kini tinggal memberikan hukuman yang setimpal pada Armand atas apa yang sudah ia lakukan pada sang Kakek. Tapi sebelum itu ia akan bertanya pada Grandpanya apa saja yang sudah dilakukan Armand padanya. Pria itu menatap wajah tenang Lemos yang kembali tertidur setelah meminum obatnya.
Maxime membuka ponselnya saat tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Ternyata ada pesan masuk dari penjaga tempat dimana Amelia ia tinggalkan. Penjaga mengatakan jika Amelia terus menanyakan kemana ia pergi.
Maxime tersenyum tipis, kenapa melupakan sang kekasih yang pasti mencari keberadaanya karena ia tidak mengatakan apapun tentang rencananya menyerang Markas Kakek Armand. Ia yakin kekasihnya itu saat ini pasti sangat kesal padanya.
...****************...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..