NovelToon NovelToon
Terikat Janji Dalam Kegelapan

Terikat Janji Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Menyembunyikan Identitas / Penyelamat / Kekasih misterius
Popularitas:25.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Kaivan, anak konglomerat, pria dingin yang tak pernah mengenal cinta, mengalami kecelakaan yang membuatnya hanyut ke sungai dan kehilangan penglihatannya. Ia diselamatkan oleh Airin, bunga desa yang mandiri dan pemberani. Namun, kehidupan Airin tak lepas dari ancaman Wongso, juragan kaya yang terobsesi pada kecantikannya meski telah memiliki tiga istri. Demi melindungi dirinya dari kejaran Wongso, Airin nekat menikahi Kaivan tanpa tahu identitas aslinya.

Kehidupan pasangan itu tak berjalan mulus. Wongso, yang tak terima, berusaha mencelakai Kaivan dan membuangnya ke sungai, memisahkan mereka.

Waktu berlalu, Airin dan Kaivan bertemu kembali. Namun, penampilan Kaivan telah berubah drastis, hingga Airin tak yakin bahwa pria di hadapannya adalah suaminya. Kaivan ingin tahu kesetiaan Airin, memutuskan mengujinya berpura-pura belum mengenal Airin.

Akankah Airin tetap setia pada Kaivan meski banyak pria mendekatinya? Apakah Kaivan akan mengakui Airin sebagai istrinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Wongso Tidak Sabar

Mendengar keputusan Airin, kerumunan warga yang sejak tadi hanya menjadi penonton mulai bergemuruh dengan bisikan-bisikan kecil. Sebagian berdiri dengan tangan terlipat, wajah mereka memperlihatkan campuran rasa terkejut dan kagum.

Seorang ibu-ibu berbicara pelan kepada temannya, "Airin itu berani sekali. Nekat menikah dengan pria yang baru dikenalnya. Tapi... siapa lagi yang mau melindunginya dari Wongso?"

Seorang pria tua mengangguk setuju. "Anak itu memang sudah lama menderita. Wongso selalu mengincarnya. Mungkin ini satu-satunya cara agar dia bisa bebas."

Di sudut lain, seorang pemuda yang sedang bersandar pada tiang rumah berbisik kepada temannya, "Menikah dengan orang buta? Apa dia pikir dia akan bahagia?"

"Setidaknya pria buta itu terlihat lebih manusiawi daripada Wongso. Yang benar saja, Wongso mau menikahi Airin? Airin lebih cocok jadi menantu Wongso dari pada jadi istrinya," balas temannya dengan nada rendah.

Tak jauh dari sana, seorang wanita paruh baya dengan anak kecil di gendongannya bergumam, "Kasihan Airin, memilih menikah dengan Wongso atau dengan pria buta, sama-sama bukan pilihan yang bagus."

Namun, ada juga yang mencibir. "Apa dia tahu apa yang dia lakukan? Menikah seperti ini, mendadak, tanpa persiapan. Dia pikir itu solusi?" kata seorang pria setengah baya dengan nada skeptis.

"Airin tak akan mengambil keputusan seperti ini jika bukan karena Juragan Wongso yang tak tahu diri itu," ujar seorang wanita paruh baya dengan nada penuh amarah. "Dia menyingkirkan semua pria yang mendekati Airin, memaksa gadis itu tak punya pilihan selain menikah dengannya. Tindakan seperti ini jelas diskriminatif dan melanggar hukum!"

Seorang wanita yang memakai daster ikut berkomentar. "Gadis cantik dan baik seperti Airin seharusnya mendapatkan pria yang baik. Bukan juragan tua bangka atau pria buta."

Suara-suara itu berbaur, menciptakan suasana campur aduk di malam yang gelap dengan suasana tegang. Di antara bisikan dan gumaman itu, terlihat beberapa warga mulai menatap Wongso dengan tatapan tidak suka. Simpati yang mulai tumbuh untuk Airin perlahan-lahan mengubah pandangan mereka terhadap pria yang selama ini mereka takuti.

Namun, Airin tidak peduli dengan bisikan orang-orang itu, karena ia tahu apa yang ia lakukan adalah demi kebebasannya sendiri.

Wongso tertawa keras, suaranya menggema di keheningan malam. "Jadi kau ingin menikah? Dengan pria buta itu? Apa kau sudah kehilangan akal, Airin? Kalau kau menikah denganku, hidupmu akan bergelimang harta. Tapi menikah dengan pria buta itu? Kau akan hidup susah, mengurus orang cacat seumur hidupmu. Apa kau pikir itu bisa membuatmu bahagia?"

Airin membalas dengan senyum sinis. "Apa kau pikir aku akan bahagia hidup bersamamu, Wongso? Menjadi istri keempat pria yang bahkan tak tahu batasan? Hidup bergelimang harta tak ada artinya jika harus menghabiskan waktu dengan orang sepertimu."

Nenek Asih semakin diliputi kecemasan saat melihat perdebatan memanas di depan matanya. Hatinya diliputi rasa takut dan gelisah. Ia tahu betul, Airin tidak akan pernah mau menikah dengan Wongso, tetapi ia juga tidak ingin pria itu bertindak nekat. Tatapannya berpindah ke arah Kaivan yang duduk tenang, seolah tak terpengaruh oleh situasi tegang ini.

"Aku tidak ingin Airin menikah dengan Wongso," gumamnya dalam hati, menggenggam ujung selendangnya dengan erat. "Tapi aku juga khawatir, kalau Wongso kehilangan akal sehatnya, dia bisa saja mencelakai Airin... atau bahkan Ivan."

Nenek Asih akhirnya menghampiri Airin, lalu berbisik, "Airin, hati-hati bicara. Jangan sampai kau memprovokasi Wongso lebih jauh." Namun dalam hatinya, ia berharap ada keajaiban yang bisa menyelesaikan masalah ini tanpa membahayakan siapa pun. Sedangkan Wongso memicingkan matanya melihat nenek Asih menghampiri dan berbisik pada Airin.

Airin menatap neneknya dengan tegas, suaranya lirih namun penuh keteguhan. "Nek, Wongso tidak akan pernah berhenti. Dia tidak akan melepaskanku kalau aku tidak berusaha melawan dan melepaskan diri," ujarnya sambil menggenggam tangan Nenek Asih dengan erat.

Nenek Asih menghela napas panjang, tatapannya penuh dengan kebimbangan. Ia merasa bangga melihat keberanian cucunya, tetapi ketakutan masih membayangi pikirannya. "Tapi, Rin... dia orang yang berkuasa. Bagaimana kalau dia menyakitimu? Bagaimana kalau dia tidak terima dan melampiaskan amarahnya?" suaranya terdengar goyah, hampir seperti bisikan.

Airin menggeleng pelan, mencoba menenangkan neneknya. "Aku tahu, Nek. Tapi aku tidak bisa terus membiarkan dia menguasai hidupku. Aku harus mencoba, aku harus melawan."

Nenek Asih hanya bisa mengangguk kecil, air mata mulai menggenang di sudut matanya. Ia tak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan takut dan bangga bercampur menjadi satu dalam dirinya saat melihat keberanian Airin untuk berdiri tegak melawan Wongso.

Wongso yang tak sabar menunggu Airin yang berbisik-bisik dengan nenek Asih pun angkat bicara. "Sudah cukup diskusinya! Pokoknya mulai malam ini, kamu harus jadi milikku Airin."

Airin hendak bicara, tapi Bidan Warti yang sejak tadi menahan kesal, tak lagi bisa menahan diri. Ia menyela dengan nada sarkastik yang tajam. "Wongso! Apa kau tak punya cermin di rumah? Lihat dirimu! Kulitmu sudah keriput, putrimu lebih tua dari Airin, dan cucumu sebentar lagi lima. Tapi kau masih berani bermimpi menikahi gadis muda seperti Airin? Kau benar-benar tak tahu malu! Apa otakmu sudah rusak atau urat malumu memang sudah putus?"

Mendengar perkataan bidan Warti, wajah Wongso memerah, rahangnya mengeras menahan amarah. Ia mencoba menahan diri, tetapi jelas ucapannya telah terhenti oleh kemarahan yang menggelegak di dadanya.

Melihat perubahan ekspresi Wongso, anak buahnya yang berdiri di sekitarnya mulai bersiap. Mereka saling bertukar pandang, seolah memahami tanpa perlu kata-kata apa yang mungkin akan diperintahkan majikannya. Gerakan tangan mereka mengepal, dan beberapa bahkan terlihat maju setengah langkah, menunggu aba-aba.

Ketegangan di udara begitu tebal hingga terasa menyesakkan. Kerumunan warga yang menyaksikan drama itu mulai berbisik-bisik, sebagian besar khawatir Wongso akan kehilangan kendali. Di sisi lain, Airin tetap berdiri tegak, meskipun hatinya berdegup kencang, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Sebelum Wongso sempat bicara, Airin kembali angkat suara, kali ini dengan tegas. "Meskipun Kak Ivan tak bisa melihat, aku lebih menghormatinya karena dia pria single yang punya harga diri. Kalaupun Kak Ivan menolak menikah denganku, aku tetap tidak akan pernah, sekali lagi tidak akan pernah, menikah denganmu."

"Kau pikir itu akan menyelesaikan masalah?" Wongso mengepalkan tinjunya, wajahnya merah padam karena marah. "Airin! Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja?" teriaknya. "Baiklah, Airin. Kalau kau mau bermain-main denganku, kita lihat siapa yang menang." Nada suaranya mengancam, dan ia memberi isyarat pada anak buahnya untuk maju.

Namun sebelum anak buah Wongso bertindak, Supar memberanikan diri maju ke depan dan menghalangi mereka. "Juragan, jangan lakukan ini. Kalau Juragan menyeret Airin dan pria itu keluar dengan cara kekerasan, Juragan akan kehilangan dukungan warga. Ini bukan caranya."

Warti yang berdiri di tengah kerumunan kembali angkat bicara, suaranya tegas dan penuh keberanian. "Wongso, berhentilah bertingkah seperti tiran! Kalau kau menyentuh Airin atau tamunya, aku sendiri yang akan melaporkanmu pada kepala desa, atau bahkan polisi! Aku tidak main-main Wongso! Airin sudah cukup menderita karena kelakuanmu selama ini!" Kata-kata Warti yang tegas dan penuh keyakinan membuat semua orang terdiam. Sebagai bidan desa yang suaminya seorang tentara, Warti bukanlah sosok yang bisa dianggap remeh.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
abimasta
kaivan akan jatuh cinta pada airin
kaylla salsabella
wah senam jantung ya bang KAI
Heri Wibowo
Wah begitu penglihatan sembuh langsung mendapatkan pemandangan yang sangat indah ya van.
Asih Prawawati
Tambah penasaran aku Thour ...



Semangat Thour.
sum mia
aaaahhhhh..... meleleh hati abang dek ....
awas lho Airin.... diam-diam tingkahmu bikin Ivan lama-lama tegang berdiri loh . Kaivan tentu laki-laki normal lama-lama pasti akan merasakan yang anu-anu 🤭🤭😂😂😂
mungkinkah Ivan akan segera mengungkapkan perasaannya , dan mungkinkah Airin akan segera di unboxing oleh Ivan .
ditunggu selalu up selanjutnya kak Nana ...

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Mrs.Riozelino Fernandez
perlahan rasa sayang dan cinta mulai hadir untuk istri dadakan mu ya Kaivan...💓
Mrs.Riozelino Fernandez
kebohongan berbalas dengan kebahagiaan ya Ivan 😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
aduuh sakit perut ku ngebayangin harus tetap tenang disaat hati sedang kacau balau 😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
pagi pagi di suguhkan pemandangan yang indah ya Kaivan...
hati hati ada yang bangun 😆😆😆😆
Mamah Memey
♥️
abimasta
syukurlah kaivan sudah sembuh bisa melihat lagi
sum mia
peluk lagi aja Van.... pura-pura memeluk guling seperti biasanya . seneng banget ya Van , mata udah sembuh dan bisa melihat dengan jelas , apalagi bisa melihat wajah istrinya yang cuantik , baik , perhatian , tulus dan selalu membanggakan suaminya meski buta .
maaf ya Airin.... Ivan masih ingin di manja kamu makanya dia masih berpura-pura buta .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Dwi Winarni Wina
Syukurlah kaivan bisa melihat lagi dan utk sementara dirahasiakan dulu dr airin dan nenek asih...
Sebaiknya kaivan lg lama2 memberitahukan kabar baik istrimu dan nenekmu krn airin dan nenek asih sangat tulus dan ikhlas jgn ragukan lg mereka...

Kaivan sangat terpesona kecantikan airin yg alami,,,baik hati sangat tulus dan ikhlas dan dgn telaten merawat kaivan...

Bagus airin minta pendapat suamimu dulu pasti suami akan memberikan solusinya dan keluarnya dan kaivan merasa dihargai sm istrinya....

Lanjut thor........
Dini Lestari
alhamdulillah kaivan udah sembuh..semangat
Dewi S Ayunda
slmt y van.. sudah sembuh

jgn lm lm..ksh kjutannya .takutny airin jd slh phm pas tau yg sbnrny.
Mamah Memey
🥰🥰 lanjut
Syavira Vira
💪💪👍🏻❤️❤️❤️
kaylla salsabella
Alhamdulillah akhirnya kaivan bisa melihat lagi dengan jelas ....

semoga kejutan nya gak keduluan juragan Wongso
phity
waaa akhirnya mata ivan sembuh....kmu dpt gadis cantik van...jgn disia siakan ya ttp.jaga dgn baik
kaylla salsabella
apakah itu ulah Wongso
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!