NovelToon NovelToon
Bayang Dibalik Jejak

Bayang Dibalik Jejak

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"

Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.

Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERBURUAN TERAKHIR

Langit di atas mereka berwarna merah darah. Udara terasa berat, dipenuhi aroma tanah basah dan sesuatu yang lebih tajam—seperti besi. Elena dan Liam berdiri di tengah hutan yang kini tampak berbeda. Pohon-pohon yang sebelumnya menjulang kini tampak membungkuk, ranting-rantingnya melilit satu sama lain, menciptakan labirin alami yang menyesatkan.

“Elena, ini belum selesai,” kata Liam, suaranya pelan namun penuh peringatan. “Apa yang baru saja kita lakukan hanya membangunkan sesuatu yang lebih buruk.”

“Apa maksudmu?” Elena bertanya, jantungnya masih berdegup kencang setelah pertemuan dengan The Circle.

Liam menatap ke arah horizon yang gelap. “Mereka tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja. Dan sekarang, mereka tahu siapa kita.”

---

Jejak Bayangan

Tanpa banyak bicara lagi, mereka mulai bergerak. Liam memimpin, berjalan cepat melewati jalur-jalur sempit di antara pohon-pohon. Elena mengikuti di belakangnya, mencoba mengabaikan suara-suara aneh yang terdengar dari kegelapan: bisikan-bisikan halus, gemerisik daun yang tak terlihat sumbernya, dan sekali-sekali, suara tertawa kecil yang mengerikan.

Setiap langkah terasa seperti pertempuran melawan rasa takut yang semakin dalam. Elena menggenggam pisau kecil yang masih dia bawa, merasa sedikit lebih aman meskipun tahu bahwa senjata itu mungkin tidak cukup.

“Apa yang sebenarnya kita hadapi?” tanya Elena akhirnya. “The Circle sudah pergi, bukan?”

“Mereka mungkin pergi dari tempat ini,” jawab Liam tanpa menoleh. “Tapi kekuatan mereka tetap ada. Dan sekarang, kita harus menemukan inti dari semua ini—pusat kekuatan mereka.”

Mereka berhenti di depan sebuah pohon besar dengan akar yang mencuat ke permukaan seperti ular raksasa. Liam berlutut, menyentuh salah satu akar dengan hati-hati. “Ini dia,” gumamnya. “Pintu masuknya.”

Elena memandang Liam dengan bingung. “Pintu masuk?”

Liam menatapnya dengan serius. “Ke inti. Ke sumber kegelapan mereka. Kita harus masuk.”

---

Ke Dalam Perut Bumi

Akar pohon itu mulai bergerak perlahan, membuka jalan menuju sebuah lorong gelap yang menurun ke bawah tanah. Udara dari dalam lorong terasa lebih dingin dan lembap. Elena ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya mengikuti Liam yang sudah lebih dulu masuk.

Lorong itu sempit dan berliku, dinding-dindingnya ditutupi lumut yang bersinar samar. Langkah mereka bergema, menciptakan irama yang aneh dan menakutkan. Elena merasa setiap langkah membawa mereka semakin jauh dari dunia yang dia kenal.

Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang tampak seperti gua. Di tengah ruangan, ada sebuah altar batu besar, mirip dengan yang ada di kapel sebelumnya, tetapi lebih besar dan lebih mengancam. Di sekeliling altar, ada ukiran-ukiran kuno yang memancarkan cahaya merah.

“Elena, ini adalah pusat kekuatan mereka,” kata Liam, suaranya berbisik. “Jika kita bisa menghancurkannya, kita bisa memutus semua koneksi mereka ke dunia ini.”

“Tapi bagaimana caranya?” Elena bertanya, matanya terpaku pada altar yang tampak seperti hidup, berdenyut dengan energi gelap.

Liam mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya, berisi cairan berwarna hitam pekat. “Dengan ini. Tapi kita harus berhati-hati.”

---

Serangan dari Bayangan

Sebelum mereka bisa bergerak lebih jauh, bayangan-bayangan mulai muncul di sudut-sudut ruangan. Sosok-sosok itu tampak seperti manusia, tetapi tubuh mereka terbuat dari kabut hitam yang terus bergerak. Mata mereka bersinar merah, penuh kebencian dan lapar.

“Liam, mereka datang!” teriak Elena.

Liam menarik Elena ke samping, melemparkan pisau kecil ke salah satu bayangan. Namun, pisau itu hanya menembus tanpa efek. “Senjata biasa tidak akan berguna!” katanya.

Elena melihat sekeliling, mencari sesuatu yang bisa digunakan. Matanya tertuju pada ukiran-ukiran di dinding. Sebuah ide muncul di kepalanya. “Liam! Ukiran itu! Mungkin bisa menghentikan mereka!”

Tanpa menunggu jawaban, Elena berlari menuju dinding, mencoba meraba ukiran tersebut. Tiba-tiba, sebuah simbol bersinar terang di bawah tangannya. Cahaya putih menyebar, membuat bayangan-bayangan itu berteriak dan mundur.

“Bagus, Elena!” seru Liam. “Tetap di sana! Aku akan menyelesaikan ini!”

---

Menghancurkan Kegelapan

Liam berlari ke altar, membuka botol cairan hitam, dan menuangkannya ke permukaan batu. Altar itu bergetar hebat, mengeluarkan suara retakan yang menggema di seluruh gua. Energi gelap mulai keluar dari celah-celah, melilit seperti ular-ular api.

“Elena, sekarang! Sentuh simbol itu lagi!” teriak Liam.

Elena menekan simbol dengan sekuat tenaga, dan cahaya putih semakin terang, menelan seluruh ruangan. Bayangan-bayangan menghilang satu per satu, dan altar meledak dalam ledakan cahaya yang memekakkan telinga.

---

Keheningan yang Menenangkan

Ketika cahaya mereda, Elena terjatuh ke tanah, napasnya tersengal-sengal. Gua itu kini kosong, dan keheningan menyelimuti mereka. Liam berjalan mendekatinya, membantu Elena bangun.

“Kita berhasil,” katanya dengan senyum lelah. “Kita menghancurkan pusat kekuatan mereka.”

Elena mengangguk, meskipun hatinya masih terasa berat. “Tapi apa artinya ini? Apakah mereka benar-benar hilang?”

Liam menatap langit-langit gua yang kini mulai runtuh. “Kita tidak tahu pasti. Tapi untuk sekarang… kita bebas.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!