"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ben Merajuk
"Haha.... Geli mas!"
"Hahaha.... Stop!! Haha... Jangan disitu!"
Keymira tak bisa berhenti tertawa ketika Ben Derrick mendusel-dusel perutnya dengan hidung mancung pria itu, terasa menggelitik dan membuat Keymira menggeliat sambil berusaha menjauhi wajah Ben dari area tersebut.
"Diam Key, saya lagi melakukan tugas yang kamu minta"
"Tapi jangan disitu.... Haha... Mas!"
Ben menulikan pendengarannya agar dia tak termakan permohonan Keymira yang memintanya untuk berhenti, padahal Ben sedang mencoba melakukan foreplay yang romantis tapi Key malah tertawa terbahak-bahak.
"Mas perut aku sakit.... Hahaha.... Stop gak!"
Ben pun beralih tempat, kali ini dia singgah di ceruk leher sang istri, memberikan kecupan-kecupan kecil supaya meningkatkan g@irah Keymira yang sepertinya belum terlihat terbawa suasana.
"Jangan di leher mas, geli!!"
Ben jadi berdecak kesal karena pemanasan tak kunjung selesai akibat kelakuan Keymira yang sedari tadi terus protes, Ben pun menjauhi tubuhnya dan duduk tanpa melakukan apapun, hanya memandang Keymira dengan sedikit kesal.
"Mas, kok diem?"
"Kamu kan yang suruh saya diem? Terus saya harus gimana?" balas Ben yang wajahnya tampak masam, jarang-jarang dia seperti ini, itu karena Ben merasa dipermainkan saat sedang dalam keadaan birah1 yang mana sulit untuk seorang lelaki mengendalikannya.
Keymira ikut duduk mendekati suaminya yang nampak tengah merajuk, mungkin sikap Key memang berlebihan tadi, ia harus segera membujuk Ben Derrick yang sepertinya sudah tak berniat melanjutkan permainan, padahal Keymira sudah dalam keadaan tak tertutup sehelai benang pun.
"Maaf, mas marah?"
"Menurut kamu? Coba kamu pikir saja gimana perasaan saya, kamu yang pancing-pancing tapi kamu sendiri malah enggak serius kayak gini. Pegang ini jangan pegang itu salah, biasanya juga kamu menikmati saja apapun yang saya lakukan"
"Iya maaf, habisnya kirain mas lagi bercanda soalnya gelitikin perut aku mulu"
"Saya gak gelitikin kamu, Key. Justru saya lagi mencoba ngelakuin pemanasan supaya nanti kamu gak kaget" sahut Ben tak terima dituduh begitu, padahal dia sudah serius sejak awal.
"Iya iya... I'm sorry, mas. Gak lagi deh aku kayak gitu, maaf ya mas ku" timpalnya memegang kedua tangan Ben Derrick sembari mengerjapkan mata berulang kali diiringi senyum yang dibuat semanis mungkin untuk meluluhkan seorang Ben Derrick.
"Aku cium ya?" seru Keymira.
Ben masih diam walau sesungguhnya dia sudah tak kesal lagi dengan Keymira, tapi Ben masih enggan untuk berbicara banyak dengan wanitanya.
"Kita lanjut ya?" Tanpa menunggu persetujuan Ben Derrick, Keymira sudah mengikis lagi jarak diantara mereka, menyatukan kedua bibir sebagai tanda dilanjutnya permainan.
Ben tak menolak, dia membalas pangutan itu tak kalah lembut, mengikuti arus permainan Key yang kini memimpin percintaan mereka berdua.
Lidah mereka saling membelit didalam sana, bertukar saliva seolah hanya dari sanalah mereka bisa menghilangkan dahaga.
Baru saja Ben Derrick memutuskan untuk tak turun tangan Keymira malah memancingnya lagi dengan meletakkan salah satu tangannya di k3jantanan Ben, membuat Ben tersentak dalam ciuman itu.
Pria berusia 30 tahun tersebut pun melepas peraduan bibir mereka sejenak, memandang Keymira yang kini juga menatapnya dengan tatapan penuh arti.
"Baiklah, kamu menang lagi Keymira"
Dan saat itu juga Ben Derrick tak bisa menahan diri, dia kembali berada di atas tubuh sang istri sampai surga dunia berhasil mereka dapatkan.
***
"Cieee.... Seger banget nih muka-mukanya, kayak habis dapet lotre 1M" ejek Jennie begitu melihat Ben Derrick yang baru saja tiba di perusahaan.
"Sedikit amat cuma 1M" timpal Ben.
Ekspresi Jennie langsung berubah muak, ada saja jawaban yang membuat Jennie kena ulti dari pria kulkas ini, untungnya Ben tidak bermulut pedas.
"Idihhh.... Sombongnya, iya deh si paling kaya. 1M udah kayak 100 ribu ya buat lo, terus kalau 100 ribu udah kayak berapa perak tuh?"
Ben geleng-geleng kepala mendengar ocehan rekannya ini, tidak di rumah tidak di kantor telinganya selalu saja mendapat celotehan yang membuat kesabarannya harus diuji setiap waktu.
"Gue bercanda kok, Jen. Lagian kenapa sama muka gue? Emang ada yang beda?"
"Bedalah, muka lo tuh kayak lebih bersinar aja hari ini"
"Kepo!" Ben mengatai.
"Gak kepo cuma penasaran aja, kali aja nih lo dapet bonus gitu dari proyek kita, bisa kali bagi gue dikit" ujar Jennie ada udang dibalik batu, urusan uang memang selalu nomor satu.
"Gak ada! Proyek kita aja baru dimulai"
"Yahhh.... Terus, kenapa?"
"Ck, kayak gak pernah menikah aja" Ben jadi gemas sendiri melihat temannya yang sangat lambat mencerna suatu perkataan, dia juga tak mungkin menjelaskan secara terbuka, sebab ini adalah hal yang bersifat pribadi.
"Apaan sih! Apa coba maksudnya? Emang apa hubungan-- Ohhh.... Haha gue baru ngerti sekarang"
Jennie bersorak ketika otaknya berhasil menangkap makna dibalik ucapan Ben barusan, tentu dia paham apa yang menjadi moodbooster lelaki di depan nya ini, ternyata oh ternyata kegiatan panas yang biasanya dilakukan oleh dua orang dewasa yang memadu kasih adalah alasan berserinya wajah Ben pagi ini.
"Jijik banget gue dengernya. Tapi gimana, udah ada hasil belom? Udah mau satu tahu lho"
"Kita masih nyaman buat pacaran dulu, lagian juga gak nunda emang belum dikasih aja sama yang di atas"
"Berapa tahun umurnya?"
"23"
"Wuidihhh.... Enak bener dapet daun muda, pantes nikahnya lama" cukup terkejut begitu mendengar usia dari istri boss sekaligus temannya ini, dia kira hanya berbeda 2 sampai 3 tahun saja tetapi rupanya sampai 8 tahun jarak usia mereka.
"Iya, dia emang masih muda, masih manja dan sedikit labil juga. Bahkan kemarin dia nangis gara-gara ngira gue selingkuh sama lo" jelas Ben menceritakan kejadian kemarin sore.
"Hah? Kok bisa?!!" jerit Jennie terkejut bukan main.
"Dia denger suara lo waktu gue lagi telponan sama dia pas sebelum rapat, sorenya waktu gue pulang dia nangis karena ngiranya gue diem-diem punya cewek lain"
"Seriusan lo? Kok.... Hahaha!!" tak habis pikir, Jennie seketika tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya yang terguncang, cerita Ben sungguh menghibur tapi juga sedikit membuat Jennie was-was.
"Takut banget loh gue, gimana kalau istri lo dateng dan labrak gue disini?"
"Istri gue bukan tipe seperti itu, tapi semua udah clear setelah gue jelasin kalau lo itu sekertaris dan kita udah temenan lama, pas dia denger lo udah punya anak dia langsung bungkam kayak ngerasa bersalah gitu"
Jennie menghela nafas membayangkan rumah tangga seperti apa yang dialami oleh Ben Derrick, Jennie bisa menebak Ben yang harus selalu mengalah dan menjelaskan setiap kejadian agar sang istri tak salah paham. Haha... Ingin sekali Jennie tertawa keras di depan pria itu.
"Bisa kali bawa istri lo kesini, tar gue komporin ah biar lo diceramahin semaleman di rumah"
"Awas aja kalau sampe berani" balas Ben Derrick.
Salahmu sendiri 'melepas' Ben saat itu. Jangan nyesal dong, too late
Ben sudah punya istri ingat itu