Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
“Apa salah tersenyum sendiri? Senyum sendiri dengan sadar itu bukan berarti gila! Yang penting gak gila kehormatan atau gila-gila yang lainnya!” jawab Shima tegas. Dia tahu dari seorang psikolog yang mengatakan bahwa, terkadang seseorang butuh memberi senyuman untuk dirinya sendiri sebagai motivasi.
“Eh, jangan sombong kamu jadi pegawai baru di sini! Asal jawab saja kamu ini!” kata wakil manajer.
Shima meletakkan mouse di tangan kanannya dan bersandar, lalu melipat tangan di depan dada.
“Memangnya, salahku di mana?” Shima berkata sambil tersenyum masam, dia tidak sudi ditindas sekarang.
Apa artinya pegawai baru atau lama, mereka punya kewajiban yang sama.
Melihat sikap Shima, semua orang terperangah. Tidak ada pegawai baru yang bersikap seperti itu di hadapan para senior dan manajer. Ya, meja manajer pemasaran terletak tidak jauh dari meja pegawai lainnya.
Antara divisi pemasaran A, B, C dan D, hanya dipisahkan oleh kubikel sebatas pinggang orang dewasa. Setiap kubikel satu divisi, masing-masing beranggotakan empat orang, mereka punya tugasnya masing-masing.
Shima menempati meja yang paling ujung, dan itu justru lebih dekat dengan meja manajer.
Biasanya, pegawai baru akan memperlihatkan kesopanan dan banyak yang menjadi penjilat agar bisa bertahan. Namun, Shima berbeda. Dia sama sekali tidak takut kalau berbuat kesalahan, menyinggung manajer atau sesama rekan.
Shima sudah bersikap sopan dan sewajarnya, tapi, kalau ada yang mencoba menindasnya, dia tidak akan diam begitu saja.
Hidupnya singkat dan kematiannya sangat dekat. Akan sia-sia kalau hidup hanya digunakan untuk memikirkan pendapat orang.
“Eh, Shima, kalau kamu masuk lewat orang dalam, bukan berarti kamu bisa seenaknya di sini?” kata wakil manajer.
“Siapa bilang aku masuk karena orang dalam? Aku masuk sesuai prosedur, sama seperti kalian! Perasaan aku juga gak kurang ajar sama kalian!”
“Tapi kamu cuma lulusan SMA, gak mungkin bisa masuk bagian pemasaran kalau bukan karena orang dalam!”
“Mana aku tahu soal itu, aku gak minta masuk ke bagian ini, kok! Jadi, jangan salahin aku!”
“Jadi, maksud kamu, semua karena salah HRD yang sudah bikin kamu ada di sini?”
“Ya! Siapa lagi memangnya? Salahkan Der—eh! Salahkan direktur kalau gitu!”
“Apa kamu bilang? Berani-beraninya kamu ya, nyalahin direktur kita?”
“Terserah!”
Shima mengabaikan mereka, ingin keluar untuk mencari udara segar. Dia hampir saja keceplosan menyebut nama Deril saat bicara. Namun, tidak dipungkiri kalau semua ada campur tangan Deril di sana. Dia tahu itu.
Namun, dia tidak tahu atas alasan apa, Deril menempatkannya di sana.
Shima hampir keluar pintu saat manajer memanggilnya.
Shima menoleh dan melihat manajer, pria berambut keriting itu, melangkah ke arahnya sambil membawa sebuah dokumen.
“Shima, kamu mau ke mana? Apa minuman kamu sudah habis?” katanya.
“Belum, Manajer! Aku hanya mau ke toilet sebentar saja! Ada apa?”
“Biasanya pegawai baru di sini, mentraktir kami semua segelas kopi!” kata manajer sambil tersenyum tipis. Dia sudah mendengar semua ucapan anak buahnya di ruangan tadi.
“Apa itu harus? Aku belum menerima gaji, jadi gak ada uang buat traktir kalian kopi!” Shima berkata sambil melirik semua rekan kerjanya.
“Eh, kerja juga butuh modal kali!”
“Manajer, maaf .... aku gak mau! Lagi pula, gak ada kewajiban bagi pegawai baru untuk membeli kopi!”
Manajer kesal, dia tahu sedikit soal Shima dari perbincangan para pegawainya, tapi dia tidak mengira kalau Shima benar-benar keras kepala dan tidak takut pada seniornya.
Manajer melirik pada semu anak buah yang lain, mereka semua curi-curi pandang. Seperti memberi isyarat untuk mengerjai Shima. Kalau tidak bisa mendapatkan segelas kopi gratis, tapi mereka masih bisa mendapatkan kesenangan lainnya.
“Kalau begitu, serahkan dokumen ini pada asisten Candra! Ini laporan yang dia minta kemarin!” kata manajer dan para pegawai lain tersenyum puas. Mereka setuju dengan apa yang dilakukan manajer.
Shima menerima dokumen itu dengan raut wajah tanpa ekspresi. Dia kenal baik dengan Candra yang sangat menghargainya sebagai Nyonya Deril, tapi dia tidak bisa seenaknya. Ini kantor!
“Baiklah!” katanya.
“Ayo! Biar aku antar ke kantornya, kamu belum tahu ruangannya, kan?” kata manajer sambil mengedipkan sebelah mata pada wakil manajer. Dia jelas-jelas hendak mengerjai Shima.
Siapa yang tidak tahu asisten Candra di Grup Pratama? Dia tangan kanan Dril dan pelaksana segala keputusan Bos perusahaan. Dia lebih galak dari pimpinan karena, tanggung jawab dan pekerjaannya jauh lebih berat dari Bos mereka.
Bayangkan saja kalau semua beban ditanggung Candra, sementara kesalahan yang terjadi, bakal jadi tanggung jawabnya juga. Wajar saja kalau galak, karena dia harus memastikan semuanya baik-baik saja dan sempurna seperti keinginan pimpinannya.
Shima hendak menolak karena bisa menelepon Candra agar menemuinya. Dia bisa. Namun, untuk mengurangi kecurigaan, dia memilih untuk menerima bantuan manajer.
Shima berjalan di belakang manajer dalam diam, naik lift dan menekan tombol lantai paling atas gedung. Sebenarnya Shima tahu tentang semua hal itu karena, dia juga pernah punya perusahaan sebelumnya. Semua petinggi perusahaan selalu berada di lantai paling atas.
Mereka keluar lift dan langsung berjalan ke salah satu ruangan yang tertutup. Mereka juga melewati ruangan para sekertaris. Di mana semua wanitanya tidak ada yang tidak cantik. Ada juga laki-laki yang menjadi staf sekertaris Deril, tapi tetap saja dia sangat tampan dan menarik.
Oh, jadi seperti ini suasana kerja Deril?
Selama menjadi istrinya, Shima hampir tidak pernah ke sana. Kalaupun harus bersama Deril, dia hanya berada di mobil saja.
Deril tidak pernah melibatkan Shima dalam pekerjaannya. Dia menyembunyikan Shima seperti perhiasan berharga yang langka. Tidak boleh dilihat sembarangan orang selain pemiliknya.
“Ini kantor asisten Candra, kamu bisa masuk sendiri dan katakan ini dokumen yang dia minta!” kata manajer setelah menghentikan langkah, di depan ruangan Candra. Tempatnya tepat di sebelah ruangan CEO. Ada tulisan itu di pintu ruangan mereka.
“Oke!” kata Shima sambil menghela napas panjang.
Sementara manajer berbalik arah sambil tersenyum.
Shima mengetuk pintu setelah mengedarkan pandangan. Dia sadar tengah dikerjai, tapi, tidak bisa menolak karena, tidak ingin ada masalah di hari pertamanya ini.
Tak lama setelah itu, terdengar suara dari dalam.
“Masuk!”
Itu suara Candra. Kalau dia ada di dalam sendirian, apa itu artinya Deril sedang berdua dengan Karina? Pikir Shima.
**Terima kasih sudah membaca, jangan lupa like ya?😊**
semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
aku cuma bisa 1 bab sehari😭