Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Mas, mas yang jemput, aku pikir Satrio." ucap Sahira manja.
Setelah mengungkapkan isi hati mereka, Sahira memang terlihat lebih manja dari biasanya, Galang sangat senang istrinya mau bermanja dengannya.
"Tentu saja mas yang menjemput mu, maaf ya beberapa hari ini mas sangat sibuk, dan tidak menjemput kesayangan mas ini." sesal Galang, sambil menyelipkan anak rambut Sahira yang menutupi wajah cantik Sahira itu.
"Ngak apa apa, aku ngerti kok." sahut Sahira tersenyum manis, membuat Galang pun ikut tersenyum.
"Cie... Yang pengantin baru mesra amat." goda Arum.
"Iya dong, makanya cari pasangan sana, biar pada nikah." ejek Sahira.
"Ooo... Mentang mentang sudah laku, jadi sekarang bisa ngejek kita." sungut Wawan pura pura marah.
"Iya dong, kan sekarang sudah ada pawang aku." kekeh Sahira dan bergelayut manja di bahu sang suami.
"Astaga, ayo Wan, ngak usah dengerin orang yang sedang kasmaran itu, bikin emosi aja." kesal Arum menarik tangan Wawan untuk menjauh dari sana.
Namun belum beberapa langkah, mereka kembali terhenti, karena melihat mama dan adik perempuan Sahira yang berteriak lantang memanggil nama Sahira.
"SAHIRA...!! " pekik Sang mama, mendengar suara melengking bu Hana itu, membuat karyawan yang akan pulang itu malah memilih mendekat ke arah suara ribut ribut itu.
"Astaga, orang itu, apa belum cukup ya membuat Sahira selama ini menderita, dan sekarang mau apa lagi dia kesini." kesal Arum.
Arum dan Wawan kembali mendekat ke arah sahabatnya itu.
"Ada apa ibu bikin kekacauan di perusahaan ini? " tanya Sahira dengan tatapan malasnya, dia tidak lagi memanggil mama kepada bu Hana, secara dia kan sudah tidak di anggap anak lagi oleh mereka.
"Kamu ini anak kurang aj*r sekali ya, kenapa ngak pulang pulang, huu... ngak ada kamu rumah berantakan tau ngak!" maki bu Hana.
"Oohhh.... Apa ini." bu Hana menatap Sahira dari atas ke bawah dan kebawah ke atas, dia sempat tertegun dengan kecantikan sang anak, namun dia singkirkan soal itu, egonya lebih terdepan, dia butuh uang Sahira, bukan kecantikan anak itu.
"Kurang ajar, kenapa kakak bisa lebih cantik dari ku, sudah benar dia kemaren berdandan kampungan, malah berubah begini, kenapa dia selalu unggul dari ku, tidak hanya cantik, dia juga pintar dan banyak orang yang memuji mujinya, aku ngak suka itu." gerutu Alina dalam hati.
Sahira hanya diam, dan tetap merangkul tangan suaminya, tanpa mau melepaskannya dan Sahira pun tidak perduli dengan banyak orang berkumpul di sana, gara gara teriakan sang mama, dia tidak akan mau mengalah sekarang.
"Kenapa? ada yang salah dengan penampilan saya." tanya Sahira pura pura tidak tau.
"Kenapa kamu membeli pakain seperti ini, seharusnya uang kamu itu kamu kasih ke mama, bukan kamu hambur hamburin untuk membeli pakaian seperti ini, kamu tuh harus berbakti sama mama." sarkas bu Hana tanpa malu.
Orang-orang di sana hanya bisa geleng geleng kepala melihat kelakuan bu Hana itu, banyak bisik bisik di sana yang geram dengan tingkah bu Hana ini.
Wajar saja selama ini Sahira tidak bisa berpenampilan modis, dan irit untuk makannya, ternyata ini penyebabnya, Sahira mempunyai keluarga toxic.
"Mmm... Berbakti ya? " Sahira mengangguk anggukan kepalanya dan kembali berkata. "Berbakti seperti apa lagi, dan untuk apa saya berbakti kepada Anda? " tanya Sahira.
"Kau.... Anak durhaka, lancang sekali kau bicara sama mama." amuk bu Hana.
"Gini ya bu, selama ini saya kurang apa sama ibu dan keluarga ibu, saya memang ibu yang melahirkan saya, tapi... Boleh saya tanya, apakah ibu pernah menyusui saya? apa kah ibu pernah membagikan kasih sayang kepada saya seperti ibu memberikan kasih sayang seperti Alina? " tanya Sahira menatap sang ibu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Ohh... I-itu." gagap bu Hana, memang dia tidak pernah menyusui Sahira saat Sahira lahir, Sahira hanya minum susu formula, dan bu Hana pun tidak terlalu memperhatikan Sahira sejak kecil.
Bu Hana saat tau dia hamil, dia sangat kaget dan belum siap untuk hamil, karena masih mempunyai bayi yang umurnya masih 2th dan suaminya pun masih kerja luntang lantung, sempat Sahira ingin di gugurkan, namun ibu mertuanya melarangnya, dan karena larangan ibu mertuanya itu, jadi setelah Sahira lahir dia di asuh oleh neneknya.
Saat Sahira berumur 10 th, sang nenek meninggal dunia menyusul sang kakek, mau tidak mau bu Hana dan suaminya merawat Sahira di rumah mereka, dan Rega tidak suka itu, dia tidak menyukai Sahira dari kecil, jauh berbeda dengan Alina yang sangat dia sayangi.
Sahira tinggal di rumah orang tuanya, di anggap seperti pembantu, seluruh pekerjaan rumah Sahira lah yang mengerjakannya.
Saat sekolah, orang tuanya pun tidak terlalu perduli, memang di biayai sekolah Sahira, namun Sahira sekolah di sekolah Negeri biasa, sementara abang dan adiknya sekolah di sekolah elit, uang jajan pun berbeda.
Tak apa, bagi Sahira itu tidak mengapa, asal dia bisa tinggal bersama orang tuanya walau tinggal di sana, apa pun perbuatan baik Sahira tidak pernah di lihat oleh keluarganya, Sahira masih bertahan di sana.
Sahira bisa kuliah karena beasiswa, dan kerja paruh waktu, untuk memenuhi kebutuhannya, sungguh Sahira kecil itu sudah mengalami banyak cobaan, beruntungnya dia mempunyai dua sahabat baik yang memberi kekuatan kepadanya.
Dan setelah bekerja di perusahaan yang bonafit dengan gaji besar, justru gajinya tidak di nikmati oleh Sahira, keluarganya yang menikmati jerih payahnya.
Sahira masih ihklas menerimanya, berharap suatu saat mama papanya bisa melihat pengorbanan Sahira, namun apa yang terjadi.
Mereka malah mendukung perselingkuhan adik kandungnya dengan kekasihnya, sungguh sangat hancur hati Sahira saat itu.
Tidak sampai di situ saja, papanya pun menikahkan Sahira dengan laki laki yang tidak dia kenal, beruntungnya laki laki itu bisa menerima Sahira dan kini sangat menyanyagi Sahira.
Kembali ke topik.
"Itu apa?" kekeh Sahira berkaca kaca.
"Ibu yang terhormat ini tidak sudi memberikan ASInya kepada saya, karena saya ini anak yang tidak ibi anggap, dan nyaris ibu gugurkan saat itu, karena permintaan nenek anda melahirkan saya ke dunia ini, setelah saya lahir anda membuang saya dengan nenek, begitu kan bu." ucap Sahira menahan sesak di dadanya.
Orang orang di sana menutup mulutnya saking kagetnya mendengar ucapan lantang dari Sahira itu.
Bu Hana di buat malu oleh Sahira.
"Kakak, apa yang kakak ucapkan, jangan sakiti hati ibu." seru Alina merangkul bu Hana.
Sahira tersenyum sinis melihat sang adik.
"Dan kau! apa salahku sama kamu, sehingga kau juga jahat sama ku huu...?" tunjuk Sahira.
"Dari dulu aku diam, Alina. Apa yang aku punya kau rampas, uang jajan mu pun kau ambil, setelah aku bekerja pun kau tetap merong rong gaji ku, bahkan kau dengan tega berselingkuh dengan kekasih ku, apa sebegitu tidak lakunya kau, hingga mengambil kekasih kakak mu sendiri? " pekik Sahira mengeluarkan uneg unegnya selama ini.
"Kak, jangan bikin malu aku di sini." gumam lirih Alina yang di tatap jijik oleh teman teman Sahira itu.
"SAHIRA...!!" pekik seseorang dari belakang.
Bersambung....
Haiii... Ini mamak lanjut up sampai 3 bab, biar pada senang ya, soalnya kemaren mamak ngak up🙏🙏🙏
Jangan lupa di like komen dan vote ya, biar mama makin semangat upnya... 😘😘😘