Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Sesampainya di rumah, aku dan Dimas di sambut Dewi. "Loh, Yessa nya mana mbak?" tanya Dewi sambil melongo kebelakang ku juga mas Dimas.
"Yessa udah tidur, jadi menginap di rumah Opa dan Oma nya wi, besok jam 6 kamu susul ya. Kamu siapkan keperluan kamu dan Yessa. Lusa mbak dan daddy-nya Yessa harus pergi ke kantor cabang karena ada beberapa masalah. Selama kami pergi Oma nya minta Yessa tinggal disana." jelasku sambil berjalan menuju ruang tengah. Sementara Dimas langsung naik ke atas.
"Oh gitu, ya udah. Aku siap-siapin sekarang keperluan Yessa."
"Punyamu juga."
"Iya mbak, punyaku juga."
"Ya sudah, mbak ke kamar dulu, ngantuk."
"Iya mbak!"
Aku langsung menuju ke kamarku. Sesampainya di kamar aku tidak melihat Dimas, tapi mendengar suara air di dalam kamar mandi. Aku meletakkan tas di tempatnya, lalu mengambil piyama di dalam lemari.
Tak lama kemudian Dimas keluar kamar sudah memakai piyama dan siap untuk tidur. "Mas kamu tidur di kamar Yessa kan?"
Tanyaku sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
"Yessa kan tidur di rumah Oma nya, aku tidur disini saja lah."
"Mas jangan macam-macam!"
"Aku tidak akan melakukannya jika kamu tidak menginginkannya Anna. Percayalah, aku hanya ingin tidur sambil memelukmu."
"Terserah lah!" aku masuk ke kamar mandi, untuk mengganti pakaian tidur. Setelah itu keluar, dan melihat Dimas duduk bersandar di bahu ranjang sambil memainkan ponselnya.
Aku duduk di depan meja rias dan mulai memakai skincare malam. "Mas, tolong kirimkan pesan pada mama atau papa, katakan jika Yessa alergi kacang dan udang." kataku sambil membersihkan riasan di wajahku.
"Alergi nya sama sepertiku." ucap Dimas.
"Jadi, apa kamu tidak perlu melakukan tes DNA pada Yessa."
Aku mendengarnya tertawa. "Yessa itu anakku, 1000% aku yakin. Begitu melihatnya, aku bisa langsung mengenalinya, wajahnya benar-benar mirip denganku, kebiasaanya saat akan tidur, makanan kesukaannya, dan sekarang alerginya pun sama denganku. Apa pantas aku meragukannya. Hmm!" aku menyunggingkan senyumku mendengar perkataannya.
Setelah selesai aku naik ke atas ranjang dan menarik selimut. Merebahkan diri di sebelah Dimas. Dimas meletakkan ponselnya di nakas dan menarikku ke dalam dekapannya.
"Sayang nggak pakai bra ya?" aku menggeleng.
"Kamu tau, sejak dulu aku tidak pernah tidur memakai bra." kataku. Dia mengangguk dan mencium keningku.
"Sepertinya aku akan tersiksa malam ini."
"Suruh siapa tidur Disni, aku sudah bilang tidur di kamar Yessa kan."
"Tapi aku rindu ingin memelukmu."
"Kalau begitu nikmati kesengsaraan mu malam ini. Karena aku tidak akan mau melakukannya sebelum surat nikah itu ku tanda tangani."
"Baiklah, aku sudah meminta Leo untuk mengurusnya. Besok siang kita akan menandatanganinya. Malamnya kita bisa melakukannya."
"Hmm!" kataku.
"Aku mungkin tidak hanya sekali memakaimu, aku akan melakukannya sampai aku benar-benar puas."
"Hmm! Lakukanlah sepuasnya, jika aku sudah menjadi istrimu."
Dimas kembali mencium keningku.
"Aku mengantuk!"
"Tidurlah."
Aku sangat mengantuk dan memejamkan mataku. Aku tidak tau jam berapa mas Dimas tidur.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Aku mendengar suara ketukan pintu kamar, dan melirik jam di dinding, menunjukan pukul setengah 6.
Aku melihat Dimas yang masih tertidur pulas dengan memelukku. Aku mengangkat tangannya yang melingkar di perutku dan mengecup pipinya. Lalu turun dari ranjang.
"Ada apa Wi?" tanyaku setelah membuka pintu, dan melihat Dewi sudah berpakaian rapih.
"Mbak, aku bisa ke rumah Oma nya Yessa sekarang aja nggak?" tanya nya dengan raut cemas.
Aku mengerutkan kening karena heran melihat kecemasannya. "Kenapa?"
"Semalaman aku nggak bisa tidur takut Yessa menangis mbak, aku kesana sekarang aja ya."
Aku terkekeh mendengar perkataannya. Dewi sudah mengasuh Yessa sejak Yessa berusia satu bulan, jadi aku memaklumi kekhawatirannya.
"Sudah di siapkan semua keperluanmu dan Yessa?" tanyaku. Sambil menutup pintu kamar. Karena takut mengganggu tidur Dimas.
"Sudah mbak, semalaman aku nggak bisa tidur. Rasanya nggak nyaman tidur kalau nggak lihat Yessa." kata Dewi. Aku mengulum senyumku. Semalam aku malah tidur sangat nyenyak dalam dekapan daddy-nya Yessa.
"Ya sudah, kamu tunggu di bawah. Aku antar ke rumah Omanya Yessa. Aku ambil kunci mobil Daddy-nya Yessa dulu."
"Baik mbak!"
Aku kembali masuk ke dalam kamar, dan mengambil ponsel Dimas untuk menghubungi mama Ulan. Aku mengatakan jika aku akan mengantar pengasuh Yessa sekarang. Setelah itu masuk ke dalam kamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi, setelah itu mencari kunci mobil Dimas. Ketika sudah mendapatkannya aku turun ke bawah.
"Aku antar Dewi ke rumah Oma nya Yessa dulu ya Bik." pamitku pada bik Mar yang sedang menyapu lantai.
"Iya, hati-hati An!" aku mengangguk dan menyusul Dewi yang sudah menunggu di depan.
Aku mengendarai mobil milik mas Dimas sendiri. Dulu mas Dimas yang mengajariku mengendarai mobil, dia juga membelikanku mobil sebagai kado pernikahan kami yang ke satu tahun. Tapi entah kemana mobil itu sekarang, aku tidak membawanya saat pergi dulu.
"Aku nggak nyangka kalo mbak Anna ternyata bisa nyetir hehe." kata Dewi.
"Dulu daddy-nya Yessa yang ngajarin." jawabku singkat.
Tak lama kemudian aku sudah sampai di depan gerbang rumah papa Willi.
Tin
Tin
Aku menekan klakson agar security membukakan pagar. Setelah pagar terbuka, aku masuk ke dalam halaman rumah.
"Ayo!" ajakku.
Aku membantu Dewi membawa tas keperluan Yessa. Dan masuk ke dalam rumah, kebetulan pintu depan sudah terbuka.
Aku melihat seorang pelayan sedang mengelap sofa di ruang tamu. "Mama sudah bangun mbak?" tanyaku padanya.
"Sudah nyonya, sedang menyiram bunga di taman samping."
Aku mengangguk dan berjalan menuju ruang keluarga. Aku meletakkan tas di lantai dan menuju taman samping, meninggalkan Dewi sendiri.
"Mama!" panggilku. Aku melihatnya sedang memotong daun-daun yang menguning di pohon bunga Dahlia.
"Eeh, sudah datang."
Mama meletakkan gunting khusus, dan berjalan kearahku.
Aku menyalami mama dan membawa mama masuk ke ruang tengah.
"Yessa nggak nangis kan ma semalam?"
"Nggak kok, tidurnya anteng. Sekarang masih di kelonin sama opa."
"Tuh kan wi, Yessa nggak akan nangis. Makanya mbak biarin Yessa menginap." kataku pada Dewi. Dewi hanya meringis sambil menggaruk tengkuk nya.
"Aku kan cuma khawatir mbak. Nggak bisa tidur sebelum liat Yessa tidur. Jadi kepikiran." katanya. Aku tertawa dan mengenalkan mama pada Dewi.
"Ma, ini Dewi. Pengasuhnya Yessa, sudah mengasuh Yessa sejak umur 1 bulan. Dia gedor kamar Anna karena buru-buru pengen Dateng kesini. Semalaman nggak bisa tidur katanya."
Mama tertawa mendengar penjelasan ku. "Oh ya! Ya ampun. Ya sudah kamu bawa tas punya mu dan Yessa ke kamar itu. Nanti siang opa nyuruh anak buahnya untuk merenovasi kamar sebelah sana buat di jadikan kamar Yessa. Juga bagian bawah tangga untuk tempat bermain Yessa. Nanti kalau Yessa bangun kita langsung ke mall buat borong mainan dan kebutuhan Yessa ya wi."
"Iya Oma." jawab Dewi singkat.
"Ya sudah ma, Anna pulang sekarang ya. Tadi nggak pamit mas Dimas soalnya."
"Ya sudah, hati-hati ya. Kamu naik apa kesini?"
"Bawa mobil mas Dimas mah."
"Oh, ya sudah, sana pulang."
Aku berpamitan pada Dewi juga. Lalu keluar rumah dan mulai melajukan mobil keluar pagar.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...