Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 32
Pagi itu, langit tampak mendung, seolah menggambarkan perasaan Rafael yang kini terperangkap dalam putus asa dan kesedihan yang mendalam.
Di dalam ruangan, hanya ada beberapa orang yang menghadiri acara pernikahan Rafael dan Angel. Semua orang tampak tidak peduli dengan suasana hati pengantin pria. Sebuah altar sederhana terpasang di tengah ruangan, dengan bunga-bunga yang tampak dipaksakan untuk menghiasi momen yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidup seseorang.
Angel duduk di sisi Rafael, wajahnya tersenyum puas meski ada sedikit kekosongan di balik matanya yang tajam. Meskipun tidak ada keluarga atau teman yang hadir, rasanya hari ini adalah kemenangan bagi Angel. Dia berhasil menguasai Rafael, bahkan jika itu berarti harus merobek hati pria itu. Namun, perasaan bangga itu segera tergantikan oleh rasa panik yang mencuri ketenangannya.
Rafael yang ada di samping Angel, tangannya gemetar saat dia ingin mengucapkan kata ijab kabul. Keheningan mengisi udara, namun suara-suara dalam kepala Rafael begitu penuh membuat kepalanya semakin pening.
Tiba-tiba bayangan Rafella muncul di pikirannya.
Tawa ceria putrinya, Rafella, terngiang-ngiang, mengisi setiap sudut pikirannya. Bayangan Rafella dengan rambut ikal dan senyuman lebar, seperti memanggilnya, mengingatkannya akan semua yang telah dia perjuangkan untuk keluarganya. Namun bayangan itu dengan cepat sirna dan berganti dengan wajah Stella wanita yang begitu dia cintai, akan tetapi kini telah hilang dari hidupnya, dan itu semua bermula dari perbuatan nya yang telah membuat hancur keluarga kecilnya.
Rafael merasakan sesak di dadanya seakan ada batu besar yang menghimpit dadanya. Hatinya seolah terbelah dua antara dua dunia, dunia yang dia tinggalkan bersama Stella dan Rafella, dan dunia yang dia jalani sekarang, bersama wanita yang kini duduk di sampingnya dengan tatapan menuntut.
Angel menatapnya tajam, dan suaranya mengusik kedamaian yang mulai terbangun dalam pikiran Rafael.
"Ingat Rafael, kalau kamu tidak segera menikahiku, aku akan menyakiti Rafella. Aku akan membuat hidup anak kesayanganmu lebih buruk daripada yang yang kamu bayangkan." Kecam Angel dengan nada tegas.
Kata-kata itu menghujam seperti anak panah yang melesat di jantungnya. Rafael merasa sakit di dadanya. Rasa bersalah, takut, dan kemarahan bercampur aduk menyelimuti dirinya. Namun, semua itu tak mampu menandingi ketakutannya akan Rafella, anak yang kini menjadi sandera dalam permainan Angel yang kejam.
Rafael terdiam beberapa detik, memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan dirinya.
Namun, di dalam hatinya, ada perasaan yang tak tertahankan. Setiap detik yang berlalu, bayangan Rafella terus memanggilnya, seakan mengingatkannya akan kesalahan besar yang tengah dia perbuat.
Dengan suara bergetar, Rafael akhirnya mengucapkan kata-kata itu.
"Saya terima nikahnya ...."
Rafael merasa kata-kata itu seperti terlepas dari bibirnya tanpa bisa dia kendalikan. Hatinya terasa hancur, rasanya seperti memaksa dirinya untuk hidup dalam dunia yang dia tahu akan menghancurkan segalanya. Tapi demi Rafella, dia tak punya pilihan lagi selain menikahi Angel wanita yang ada di sampingnya.
Angel tersenyum, sebuah senyuman yang dingin dan penuh kepuasan menghiasi wajah nya.
"Terima kasih, Sayang." Ucapnya dengan suara manis yang menyembunyikan kebanggaan yang menyiksa.
"Akhirnya, kamu menjadi milikku." Angel tersenyum devil menatap Rafael yang saat ini menyematkan cincin di jari manis Angel.
Saat itu juga, Rafael merasakan sesak di dadanya. Wajah Angel yang kini tampak puas dan penuh kemenangan tidak mampu menyembunyikan kebencian yang mulai menyala dalam hatinya.
Setelah acara ijab kabul selesai, dan para tamu undangan yang sudah pergi meninggalkan acara itu, Rafael pun buru-buru mengganti baju pernikahannya dengan outfit miliknya yang dia simpan di dalam ruang ganti.
Angel yang melihat itu bergegas menghampiri Rafael.
"Sayang, kamu mau kemana? Kita kan baru saja menikah." Angel menatap heran Rafael yang kini sedang memakai outfit nya yang selalu membuat penampilannya terlihat tampak cool dan macho.
Rafael menghela nafas panjang dan mengalihkan pandangannya ke jendela, menatap langit yang mulai meredup.
"Angel, aku harus pergi." Lirih Rafael sembari merapikan kembali penampilannya kemudian beralih menatap kaca besar yang ada hadapannya.
Angel menatap tajam Rafael, terlihat jelas kebingungan yang ada di raut wajahnya. "Pergi ke mana?"
"Ke rumah Mama Elena. Hari ini ulang tahun Rafella, Aku ingin berada di samping putriku menemaninya untuk meniup lilin dan memotong kue seperti tahun lalu.
Angel terdiam sejenak, hatinya terperosok ke dalam kekosongan yang mendalam. "Jadi, sekarang aku tak lebih penting dari anakmu?" Suaranya hampir terdengar dingin, meski dia berusaha menyembunyikan rasa sakit di hatinya.
Rafael menatap datar Angel. "Bukan itu maksudku, Angel. Tapi, aku sudah janji pada diriku sendiri, setelah acara ijab kabul ini selesai, aku akan segera datang ke pesta ulang tahun putriku. Rafella butuh aku, dia pasti merindukan momen dimana kedua orang tuanya berdiri di sampingnya untuk menemani dia di hari bahagianya dan aku ingin ada untuknya ... seperti yang selalu aku lakukan, sebelum semuanya berubah. Dan aku tidak ingin mengecewakan Rafella, aku tidak ingin menggoreskan luka dan kesedihan lagi di hatinya setelah apa yang telah ku perbuat padanya."
Angel mengeratkan gigi, berusaha menahan amarah yang mulai muncul. Namun, dia tahu ini adalah pilihan yang tidak bisa dia cegah. "Baiklah, kamu boleh pergi, Sayang. Aku mengerti perasaan kamu, dan tentunya sebagai Daddy yang baik kamu harus berada di sana." Ucap Angel suaranya terdengar tegas, meski hatinya remuk.
"Terima kasih, Angel." Rafael berbalik dan melangkahkan kakinya menuju pintu, namun saat Rafael menarik daun pintu, suara Angel seketika menghentikan langkahnya yang berhasil membuat Rafael terkejut.
"Sayang, tunggu! Sebagai istri yang baik dan berbakti kepada suaminya, aku akan mendampingi suamiku datang ke acara pesta ulang tahun putrinya." Angel berjalan menghampiri Rafael sembari memegang erat lengan pria itu yang saat ini sudah sah jadi suaminya.
"Bagaimanapun Rafella juga putriku juga, meskipun dia tidak lahir dari rahimku. Tapi, aku akan berusaha jadi Mommy yang terbaik untuk Rafella." Sambung Angel dengan bibir yang terangkat ke belakang membentuk sebuah lengkungan yang indah, berusaha terlihat baik di hadapan Rafael.
Rafael tersentak kaget mendengar permintaan konyol Angel. Lagi dan lagi Angel selalu membuat Rafael dilema.
"Apa! Tidak, itu tidak mungkin. Kamu tidak boleh kesana, aku tidak ingin membuat Rafella semakin hancur melihat aku datang membawa kamu." Tolak Rafael tegas, menatap tajam Angel.
Angel membalas tatapan tajam Rafael. Seketika emosinya meledak, rasanya dia tidak bisa menahannya lagi.
"Why? Aku ini istrimu dan sudah sepantasnya Rafella tahu kalau aku ini juga Mommy nya. Dan mau tidak mau dia harus menerima kenyataan pahit itu."
"Stop, Angel! Jangan membuatku semakin lama disini. Semua permintaanmu sudah ku penuhi, jadi sekarang ijinkan aku pergi menemui putriku."
"Ok, aku akan mengijinkan mu pergi, tapi dengan satu syarat. Mulai saat ini aku mau tinggal di mansion mu."
Kalimat Angel bagai petir di siang bolong yang begitu mengejutkan Rafael.
"Apa! Tidak, itu tidak benar. Mansion itu milik Stella dan Rafella, aku membelinya untuk mereka. Dan kamu tinggal lah di apartemen yang telah ku berikan padamu."
"Tapi, Rafael ...."
Angel yang belum selesai bicara, tiba-tiba Rafael memotong perkataannya.
"Cukup Angel, aku tidak ingin berdebat lagi denganmu. Sekarang aku ingin pergi, setelah selesai aku akan menemuimu di apartemen."
Dengan langkah pasti, Rafael meninggalkan Angel, menuju mobilnya yang terparkir di luar. Sementara Angel berdiri di tempatnya, matanya menatap kosong ke arah pintu yang tertutup, seolah-olah dunia di sekitarnya berhenti berputar.
Angel menarik nafas panjang, berusaha menenangkan diri. Dia harus bisa menahan semua amarah yang bergejolak di hatinya karena dia sudah berjanji untuk menerima Rafael apa pun yang terjadi. Namun, di balik senyum yang dipaksakan, ada sebuah rencana yang akan dia lakukan untuk membuat Rafael tunduk padanya.
🍁Mansion Mama Elena🍁
Sementara di tempat lain, di sebuah mansion kini sedang mengadakan sebuah pesta ulang tahun. Di dalam ruangan yang luas, dekorasi serba cerah dan penuh warna memenuhi setiap sudut. Balon-balon berwarna cerah melambai-lambai di langit-langit, sementara meja besar di sisi ruangan dipenuhi dengan kue ulang tahun yang menggiurkan, snack, dan hadiah yang dibungkus dengan pita berwarna-warni.
Suara tawa dan obrolan riang dari para tamu undangan mengisi udara, namun suasana hati seorang gadis kecil yang berdiri di balik jendela kamar terlihat sangat berbeda.
Di kamar itu, Rafella berdiri kaku di depan cermin besar. Tatapannya begitu kosong, seperti ada yang membebani pikirannya. Sekilas bayangannya bersama Daddy yang sangat di cintainya muncul di kepalanya, tanpa di sadari butiran kristal keluar dari sudut ekor matanya.
'Kenapa Daddy tega menyakiti ku?'
Hari ini ulang tahun Rafella yang ke 8 tahun, akan tetapi ulang tahunnya kali ini terasa berbeda tidak seperti tahun sebelumnya yang begitu meriah dan membuatnya bahagia.
Ceklek
Seorang wanita cantik masuk kedalam kamar berjalan mendekat menghampiri Rafella, wanita itu tak lain adalah Stella.
Saat Rafella tenggelam dalam pikiran nya, suara lembut membuyarkan lamunan nya.
"Sayang, apa kamu sudah siap?" Tanya Stella berjalan mendekat ke arah Rafella.
"Mommy ... iya Rafella sudah siap kok Mom." Rafella menoleh dan tersenyum paksa menatap Mommy nya.
Rafella berusaha menutupi kesedihannya dari Mommy nya karena dia tidak ingin terlihat menyedihkan di hadapan orang-orang yang dia sayang. Namun, sepintar apapun Rafella menyembunyikan nya, Stella tetap tahu akan hal itu karena naluri seorang ibu sangat kuat tidak dapat di bohongi. Tapi, Stella tetap diam tidak ingin bertanya perihal sikap Rafella yang tampak berbeda dari sebelumnya, dia tidak ingin membuat putrinya semakin sedih dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
"Baiklah, kalau begitu ayo keluar sayang Sebentar lagi acaranya akan dimulai." Seru Stella pada putrinya.
"Yes, Mom."
Rafella hanya mengangguk, meski hatinya masih berkecamuk. Dengan langkah kecil dan hati yang berat, mereka berdua keluar dari kamar menuju ruang pesta. Di sana, tamu-tamu telah berkumpul, tertawa, dan bertepuk tangan dengan antusias saat Rafella memasuki ruangan.
Acara dimulai dengan meriah, dan tak lama kemudian, tiba saatnya untuk tiup lilin. Rafella berdiri di depan kue ulang tahunnya, di dampingi oleh Mommy dan Oma nya. Semua mata tertuju padanya, tapi dia merasa seolah-olah dunia berhenti berputar, dan hatinya kembali terasa hampa.
Dengan sedikit keraguan, dia meniup lilin di atas kue yang bersinar cerah. Suasana ramai, tawa riang kembali terdengar.
Beberapa detik kemudian acara tiup lilin pun telah selesai, Rafella coba menahan kesedihan nya di dalam hati meskipun terasa sesak tapi sebisa mungkin dia tersenyum di depan para tamu, dan teman-temannya yang kini menatapnya.
Begitu juga dengan Stella yang berusaha kuat di depan anaknya karena dia tidak ingin merusak hari bahagia putrinya. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah berdiri memperhatikan acara tersebut.
"Happy Birthday, Sayang ..." Stella mencium dan memeluk tubuh mungil Rafella.
"Thank you, Mom." Rafella tersenyum menatap Mommy nya.
Setelah mengucapkan kalimat itu, tiba-tiba terdengar suara yang begitu familiar sontak menarik perhatian Rafella menatap pada sumber suara itu.
"Rafella ...."
Rafella kemudian menoleh menatap pria yang sedang berdiri tak jauh dari hadapannya. Tampak Rafella begitu enggan menatap pria itu, yang tak lain adalah Rafael, Daddy yang sangat di cintai Rafella.
Terlihat jelas sorot mata gadis kecil itu memancarkan sebuah kebencian yang mendalam menyelimuti dirinya.
'Mas Rafael, mau apalagi dia kesini?'
Rafael berjalan menghampiri putrinya yang sedang berdiri di atas panggung yang ada di dalam sana. Berdiri dengan Mommy dan Oma nya yang kini menemaninya di acara pesta ulang tahunnya.
"Rafella, Sayang ... Daddy udah datang Nak." Rafael menatap sendu putrinya yang terlihat cantik.
"Mom, ayo kita potong kuenya." Pinta Rafella berusaha mengalihkan pandangannya dari Rafael, seolah Rafella tidak ingin melihat Rafael di hadapannya.
Lagi dan lagi Rafella tidak mengindahkan sapaan Rafael yang kini berdiri di sampingnya, bahkan Rafael merasa di acuhkan oleh putrinya, seketika hatinya begitu sakit melihat sang buah hati begitu dingin padanya.
*
"Tidak! Itu tidak boleh terjadi, aku harus segera menemuinya ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁