Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 012
"Aera , Lo udah pulang? Hoammm..." ucap Viona yang baru bangun tidur.
"Vio lo ngapain tidur di sini? Lo nungguin gue ?" ucap Aera dengan melihat Viona yang tampaknya ia tidur di sofa dan tv menyala.
"Gue ketiduran Ra , ya sambil nungguin lo juga sih." ucap Viona yang kemudian duduk sembari memandang sahabatnya yang masih berdiri di depan pintu.
Viona melihat Aera yang sepertinya tampak masih merasa wajahnya menghangat. Wajah itu terlihat masih merona. Viona pun tersenyum.
"Ra , lo baik-baik aja kan ? " ucap Viona.
"Gue? Emang gue kenapa ? Gue baik-baik aja Vio !" ucap Aera yang kemudian duduk di sofa lalu menyandarkan punggungnya.
"Jangan bohong Aera , wajah lo merah. Hahaha... Lo habis di apain?" ucap Viona yang tampaknya berhasil membuat wajah Aera kembali memerah.
Sekelebat bayangan dimana lelaki itu telah menciumnya itu melintas begitu saja di otaknya. Aera menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mengusap-usapnya hingga rambutnya ikut berantakan.
"Lo dapat pelukan hangat dari dia ya? Waahh..." ucap Viona yang semakin menggoda Aera.
Kalau hanya sebuah pelukan , mungkin itu hal yang bisa disebut wajar. Siapapun bisa dan boleh berpelukan. Tapi ini , sesuatu yang sangat tidak wajar dilakukan oleh dua orang yang sebenarnya masih asing.
"Ra! Cerita dong!" ucap Viona yang gemas menyaksikan sahabatnya yang masih enggan untuk bercerita.
Aera perlahan menurunkan telapak tangannya dari wajahnya. Jujur saja ia bingung harus berekspresi seperti apa. Ia tersenyum namun juga kesal bercampur aduk menjadi satu.
" Gimana ya?" ucap Aera masih maju mundur untuk mulai bercerita.
"Gue penasaran banget sampai rasa ngantuk gue seketika hilang loh Ra. Ayolah cerita sekarang." ucap Viona yang sangat antusias mendengarkan.
"Eumm... Dia tuh , gimana ya..." ucap Aera seolah sedang berfikir panjang.
"Dia kenapa?" ucap Viona yang tidak sabar dengan kelanjutannya.
"Tapi lo janji ya , jangan bilang ke siapapun please." ucap Aera dengan sungguh sungguh.
"Seprivate apa sih cerita lo? Makanya buruan." ucap Viona.
"Dia cium gue Vio! Astaga gue malu banget!" ucap Aera yang hampir histeris kemudian menutup wajahnya dengan bantal sofa.
"Apa Ra? Serius? To the poin banget dia , gak pake basa basi langsung berani nyium. Gila sih. Gue udah duga kalo bakal terjadi sesuatu." ucap Viona yang ternyata ikutan kaget.
Wajah cantik Aera terlihat memerah kembali. Benar-benar bayangan itu mengusiknya terus menerus. Ia memandang Viona yang tampaknya tersenyum.
"Udah lo jangan gitu , gue gak ngapa-ngapain lagi selain dicium." ucap Aera dengan ekspresi kesal.
"By the way , dia first kiss lo dong. Ah senengnya di kiss sama orang yang di sukai." ucap Viona yang menggoda Aera habis-habisan.
"Gue besok di kantor mesti gimana , gue malu banget dong Vio! Dia juga kenapa sih harus kayak gitu! Ih menyebalkan!" ucap Aera dengan membayangkan besok pagi jika bertemu di kantor.
"Emang lo di cium di mana Ra? Nggak di depan semua orang kan?" ucap Viona .
"Ya nggaklah. Di dalam mobil tadi pas udah mau pulang. Jadi tuh tadi gara-gara seat belt kursi gue gak bisa ditarik kayak biasanya. Dia bantuin gue terus dia malah ngelakuin hal yang bener-bener gue gak ngira sama sekali." ucap Aera yang tampaknya sudah lebih tenang.
"Ya udah kali Ra , lo harusnya bersyukur deh soalnya kemungkinan besar dia bakal milih lo jadi pasangannya." ucap Viona dengan yakin.
"Jujur sih gue gak percaya , tapi tadi di pesta itu dia gak komentar apapun Vio. Jadi waktu ibunya ngobrol sama si pengantinnya soal gue yang dikira punya hubungan spesial sama dia , dia biasa aja kayak cuma cuek aja gitu." ucap Aera bercerita.
"Kalau dia gak banyak komentar , itu mungkin dia ngerasa kalau lo emang cewek yang sebenarnya dia incar Ra." ucap Viona.
"Waktu di mobil juga dia bilang sesuatu yang bikin gue gak nyangka banget. Ternyata dia bohongin mamanya soal di mau nikah dalam waktu dekat itu Vio." ucap Aera.
"Kenapa bohong ? Justru dia bilang gitu karena mungkin yang dia maksud itu dia mau segera nikah tapi sama lo. Cuma dia belum bisa nyatain perasaannya kemarin. Mungkin setelah kejadian tadi , besok dia bakal lamar lo. Kan bisa jadi." ucap Viona dengan tersenyum.
"Enggak mungkin Vio. Dia nggak seromantis yang lo bayangkan." ucap Aera.
"Tapi dia nyium lo Ra , apa namanya kalo bukan romantis ? Dia yang mulai duluan kan? Itu artinya dia tertarik sama lo." ucap Viona.
"Tapi Vio , ah udahlah udah. Gue capek banget hari ini. Lo pindah masuk kamar sana. Gue udah ngantuk juga." ucap Aera yang kemudian berdiri.
"Lo ngantuk Ra ? Tapi lo serius bisa tidur nyenyak ? Kayaknya enggak deh , kalaupun lo bisa tidur pasti nanti bakal mimpiin bos lo." ucap Viona sambil berjalan menuju kamar.
"Entahlah nanti gue usahain mimpiin lo aja!" ucap Aera yang kemudian membuka pintu kamar dan masuk kedalam.
Viona tertawa melihat tingkah sahabatnya itu. Ia senang sekali akhirnya sahabatnya itu kemungkinan besar sebentar lagi akan melepas masa jomblonya.
Di dalam kamar , Aera sudah melepas gaun indah itu dan berganti mengenakan baju tidur. Ia naik ke atas ranjang setelah membersihkan diri dan wajahnya.
Lampu terang itu sudah berganti menjadi lampu tidur yang remang-remang. Aera menatap langit-langit kamarnya , dan benar saja. Bayangan itu tiba-tiba muncul di otaknya begitu saja tanpa diminta.
"Besok pagi gue mesti bersikap gimana kalau ketemu sama pak Derry ? Ah pusing sendiri kan jadinya ! Apa iya dia suka sama gue? Atau cuma perasaan gue aja ya?" ucap Aera pada dirinya sendiri.
Ia menatap layar ponselnya , sudah menunjukkan pukul 23.25 wib. Rupanya memang sudah larut malam. Ia harus segera tidur agar besok pagi tidak bangun kesiangan. Ia harus bekerja seperti hari-hari sebelumnya.
-
-
-
Cepat sekali malam berlalu , matahari tampak sudah memancarkan sinarnya. Dengan langkah cepat , gadis itu segera masuk ke ruang sekretaris.
Aera hanya tidak ingin masuk kantor bersamaan dengan bosnya. Setelah masuk ke dalam ruangan , ia menutup pintunya. Tidak seperti biasanya , karena biasanya ia selalu membuka saja pintu ruangan.
Namun pagi ini , ia terpaksa menutup pintu. Pasalnya , pintu ruangan bosnya itu berada di seberang ruangan Aera tepat. Ia tidak mau melihat bosnya ataupun bosnya melihatnya.
Tok...Tok...Tok... Pintu di ketuk itu berhasil mengejutkan Aera yang sedang fokus pada layar laptop di meja.
"Iya , eh Felia. Masuk aja." ucap Aera dengan tersenyum.
"Pagi Ra... Hemm mata lo kenapa gede-gede gitu? Begadang lagi ya lo! Kebiasaan emang." ucap Felia yang duduk di depan meja.
"Biasa lah." ucap Aera sambil cengengesan.
"Tuh kan! Ra , ini ada tugas lagi." ucap Felia sembari menyodorkan beberapa dokumen kepada Aera.
"Iya iya..." ucap Aera begitu saja saat bersamaan dengan pandangan nya yang menangkap sosok lelaki yang semalam sudah mengusiknya. Lelaki itu masuk ke dalam ruangannya.
Felia masuk memang tanpa menutup pintu , alhasil apa yang di takutkan Aera pun terjadi juga.
"Ra , lo kenapa ? Kok wajah lo jadi merah gitu , Lo sakit ?" ucap Felia yang kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Aera.
"Ah enggak Feli , gue baik-baik aja tauk. " ucap Aera dengan sedikit kikuk.
"Yang bener ? Lo udah sarapan belum ?" ucap Felia.
"Udah , udah sarapan kok. Lo tenang aja. Gue nggak apa-apa kok." ucap Aera dengan sungguh sungguh agar Felia mempercayainya.
"Ya udah kalo gitu , gue keluar dulu ya. Masih ada kerjaan gue. Ntar kita ke cafe ya Ra , pas istirahat." ucap Felia yang kemudian keluar dari ruangan Aera.
Aera hanya tersenyum melihat pintu tertutup. Setelah itu , ia mencari cermin di dalam tasnya. Benar sekali , wajah cantik nya tampak begitu merona.
"Tuhan , please tolong. Aduh gue gak siap hari ini kalo harus masuk ke ruang dia. Ntar dia macem-macem lagi gimana dong? Tapi gue disini kerja! Gue harus profesional juga. Ah sial!" ucap Aera dengan sungguh kesal sekali.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......