Hidup tak selalu sesuai apa yang kita inginkan.Saat uang dijadikan tolak ukur,saudara pun terasa orang lain.Saat kita berada dibawah tak ada yang mau mengakui saudara tapi saat kita punya segalanya semua sanak saudara datang mendekat. "Kau harus sukses nak,biar bisa membeli mulut-mulut yang sudah menghina kita"kata-kata dari ibu masih terngiang sampai sekarang.
Sandra terlahir dari keluarga miskin dan selalu di hina oleh adik ipar sendiri. Mereka selalu menganggap bahwa orang miskin itu tidak pantas bersanding dengan keluarga mereka.
Nasib siapa yang tau,sekarang boleh di hina karna miskin tapi kita tidak akan pernah tau kedepannya seperti apa. Lalu bagaimana nasib Sandra apakah ia bisa membeli mulut - mulut orang yang menghina keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
"Adek ga usah lihat kesana ya,nanti kita makan dirumah aja." Seruku dengan lembut.
Beraneka ragam makanan menggugah selera terlihat disana. Bukanya tidak mau mengambilkan untuk sang adik,tapi aku takut akan kemarahan dari bibi Ita karna lancang mengambil tanpa seijin dirinya.
"Rima mau? Ibu ambilin dulu ya." Ujar ibu sambil menurunkan Rima dari pangkuannya dan perlahan berjalan menuju prasmanan.
Rasa takut menjalar di sekujur tubuhku melihat ibu melangkah mengambil makanan.Takut mendengar kemarahan dari bibi Ita atau hinaan dari keluarga yang lainya.
Ku lihat Rima makan dengan sangat lahapnya,karna kami memang jarang bisa makan dengan daging. Ibu tersenyum sambil mengelus kepala Rima dengan lembut.
Apa yang aku takutkan terjadi juga,kulihat bibi Ita melangkah menuju ketempat kami berada. Lalu bibi Ita menegur ibu dengar suara yang kurang enak didengar.
"Mbak lo kok ngambil makanan tanpa seijin aku sih,seenak aja ga tau diri amat." Ujar bibi Ita ketus.
"Aku minta maaf atas kelancangan mbak, ta,kasian Rima pengen makan ayam goreng." Ujar ibu memohon supaya adik iparnya tidak marah.
"Enak saja,makanya kalau mau makan enak kerja cari uang dong. Udah miskin ga tau diri." Ujar Ita sambil melipat tangan didada.
"Sekali lagi mbak minta maaf ta,tolong jangan marahin anak-anak mbak ya." Mohon ibu memelas.
"Besok-besok kalau ada acara ga usah bawa anak,bikin rugi aja." Ujar Ita ketus lalu berlalu dari hadapan kami karna dipanggil mertuanya yang mau pulang juga.
Ibu memeluk kami sambil mengusap kepala kami dengan lembut. Gurat kesedihan terlihat dimatanya.
"Udah ga usah dipikirin,ayo bantu ibu membereskan ini,setelah itu kita pulang." Ujar ibu mengalihkan perhatian kami.
Dengan mata yang berkaca-kaca,bulir air mata di sudut matanya sudah mengembun buru-buru dihapus dengan ujung jilbab lusuh yang ibu pakai.
"Ibu kok nangis ?"tanya Sandra melihat kesedihan ibunya.
Ibu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum,berusaha menutupi kepedihan hatinya.
"Sudah,ayo buruan habis ini kita langsung pulang." Ujar ibu tetap lembut.
"Sandra." Lirih ibu.
"Kenapa bu." Sesaat aku menoleh kearah ibu dan menghentikan sejenak pekerjaan yang tengah aku lakukan.
"Nanti kalau kamu sudah sukses,jangan lupa sama keluarga ya san,sekaya apapun kamu nanti. Jangan pernah melupakan kalau kami mempunyai saudara baik saudara jauh maupun saudara dekat. Kalau kamu mampu, tolong bantu saudara yang membutuhkan bantuan." Ujar ibu dengan suara yang agak bergetar.
"Insya Allah bu. " jawab Sandra sembari tersenyum.
"Alhamdulillah udah selesai,kalian tunggu disini sebentar,ibu mau ijin dulu sama bibi Ita. Setelah itu baru kita pulang." perintah ibu pada kami berdua.
Kami berdua mengangguk melihat ibu menuju bibi Ita yang tengah membagi bingkisan kepada orang-orang yang membantu di acara hajatan di rumahnya.
Ibu berharap mendapatkan bingkisan yang sama seperti yang lain. Tapi apa yang ibu dapatkan cuma hinaan dan cemoohan.
"Maaf mbak bingkisan udah habis. Lagian tadi Sandra dan Rima udah pada makan kan? Cukuplah segitu." Ujarnya dengan ketus dengan kedua tangan bersedekap didada.
...****************...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏