Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Pagi pun tiba, Andini hari ini cantik dan ceria sekali, dia hendak pergi ke tempat kerjanya.
Andini mengunci pintu gerbang sambil sedikit bernyanyi-nyanyi.
Indra juga sama dia hendak berangkat mengajar dan sempat bertemu Andini di depan gerbang rumahnya.
"Pagi Andini."
"Eh Indra, pagi juga."
"Wah kayanya ceria sekali nih hari ini."
"Iya dong, soalnya aku gak kesiangan lagi nih, istirahat juga cukup, jadi ceria deh"
"Hmmm syukur lah, yuk bareng jalan ke depannya."
"Hmmm iya boleh, boleh."
"Oh iya, kamu liburnya kapan Din?"
"Aku libur lusa, hari minggu, soalnya warung kan tutup, Kenapa memang?"
"Em. Aku boleh ngajak kamu jalan?"
"Mau jalan ke mana ya?"
"Ke mana saja sih, lagian sampe sekarang kamu belum juga hubungin aku sih."
"Ah kamu ini. Kan kamu bilangnya juga aku hubungin kamu kalau aku ada perlu. Dan sampe sekarang aku belum bener-bener perlu bantuan kamu."
"Yaah padahal aku cuma basa-basi waktu itu sebenernya."
"Aneh dasar, makanya jangan basa-basi bilang saja yang sebenernya."
"Iya deh aku bilang yang sebenernya, kalo aku pengen kenal kamu lebih deket lagi. Boleh kan?"
"Kamu yakin mau deketin aku, aku janda loh Dra?"
"Aku serius Andini, kamu jangan bawa-bawa status kamu ya aku gak peduli ko, aku gak akan memandang kamu sebelah mata, aku serius ingin lebih kenal kamu lebih dekat lagi."
"Hmmm. Yaudah, Mudah-mudahan saja ya kamu serius gak seperti laki-laki lain yang hanya bisa menggodaku."
"Hmmm. Aku bakal buktiin ko kalau aku serius Din"
"Iya deh, aku percaya. Yaudah nanti aku kabarin lagi ya. Aku bakalan hubungin kamu walaupun aku gak perlu apa-apa"
"Beneran nih?"
"Iya bener, nanti aku kabarin"
"Oke deh"
Sampai akhirnya mereka pun berpisah seperti biasa dipertigaan jalan, karena arah tempat kerja mereka memang berbeda.
Andini pun bekerja seperti biasa. Disaat Andini melayani beberapa pelanggan yang sedang sarapan, mereka tiba-tiba membicarakan Badrun.
Katanya sampe sekarang Badrun gak ada kabar, tetapi mereka sebenarnya senang sih kalau Badrun ga ada di daerah sini lagi, soalnya orangnya rese, suka berantem juga sama anak-anak muda sini, dia suka mencari gara-gara.
Andini pun hanya bisa pura-pura tersenyum, padahal sebenarnya hatinya sangatlah panik.
Tak lama ada pria yang kemarin bertanya kepada Andini, dia itu sahabat dekatnya Badrun, Namanya Dena, dia ini masih muda sekitar 27 tahun usianya, Orang-orang juga langsung pada diam pas dia kesitu, Karena sifatnya sama seperti Badrun yang suka kurang ajar, dia bertanya kepada orang-orang disitu termasuk Andini.
"Bener nih kalian di sini gak ada yang liat Badrun?Tumben tumbenan loh dia pergi sampe selama ini."
"Mungkin ada urusan kali mas." Jawab salah satu pria yang sedang sarapan.
"Ah dia urusan apa, orang sehari-hari saja kegiatannya cuma jaga parkir."
"Ya kan urusan orang kita gak ada yang tahu mas, mungkin urusan penting." Andini pun ikut menjawab.
"Ah kamu ini mbak so tahu, aku kan lebih kenal dia daripada kamu."
"Yaudah mas maaf jangan marah, kan saya hanya bantu jawab."
"Ah lagian mbak, masa kamu gak liat sih dia ke mana pas terakhir ketemu kamu."
"Aku liat dia ke arah minimarket itu saja sih mas, aku juga langsung pulang, kan arahnya beda kalau aku ke bawah."
"Hmm yaudah deh nanti aku cari info lagi makasih."
Orang-orang disitu sepertinya gak ada yang peduli sama hilangnya Badrun, mungkin karena kelakuannya sih yang suka bikin risih.
Sampai akhirnya Jam makan siang pun tiba, tetapi siang ini Indra tumben gak makan di warungnya Bude Rini, padahal Andini sempat mengharapkan Indra datang.
Sepertinya Andini juga sudah mulai punya perasaan terhadap Indra.
"Hei Andini, kok kamu melamun sih?"
Tanya Bude Rini yang menghampiri Andini sambil membawa sepiring lauk makan
"Ah enggak ko Bude."
"Ah kamu pasti nungguin guru ganteng itu ya?"
"Ih enggak. Cuma capek saja sedikit, jadi ngelamun deh hmmm."
"Ah bisa saja kamu alesan nya. Yaudah kamu makan dulu sana, biar Bude saja yang jaga sementara."
"Hmmm yaudah, tapi kalau Indra datang kasih tahu aku ya."
"Tuh kan. Hmm bisa saja nih anak."
Andini hanya menjawab dengan senyuman.
Andini pun pergi makan siang di belakang Sambil istirahat beberapa saat. Tapi Indra belum juga datang.
Sebenarnya Andini ingin mengabari Indra lewat chat, tapi gak jadi karena Andini malu dan harus bilang apa awalnya.
*****
Malam pun tiba. Cuaca baru saja selesai hujan, tetapi masih gerimis. Warung juga sudah tutup. Andini pun pulang sendirian memakai payung. Jalanan sepi sekali gak ada satu pun orang di luar, hanya beberapa kendaraan yang lewat itu pun mobil.
Saat Andini berjalan, tiba-tiba Dena menghampiri Andini. (Pria tengil sahabat Badrun yang bertanya tadi siang di warung makan)
"Hai mbak, boleh aku antar pulang?"
"Hmm Gausah mas, aku bisa sendiri ko."
"Aku antar aja ya, takut loh di sana kan gelap nanti kamu ada yang godain loh."
"Gausah mas aku berani ko, makasih."
"Hmmm jual mahal sekali ya kamu ini" (Dena mulai nyender-nyender ke Andini, dan membuat Andini menjadi tidak nyaman)
"Jangan deket-deket begini lah mas, jangan sampe aku teriak ya."
"Haha teriak saja, mana ada yang berani sama aku di sini, makanya gausah jual mahal."
"Yaudah yaudah kalau mau antar aku, tetapi jangan deket-deket kaya begini."
"Nah gitu dong."
"Hmmm."
Mereka berdua akhirnya berjalan. Tapi langkah Andini sedikit terburu-buru karena sangat takut sekali.
"Ngomong-ngomong kamu cantik loh. Ko mau sih kerja di warung gitu?"
"Ya kan yang penting halal mas dan cukup untuk kebutuhanku sehari-hari."
"Mending jadi istri aku saja, pasti kamu lebih senang nanti dan gak usah kerja kaya begitu lagi."
"Apaan sih mas, jangan kurang ajar ya!"
"Idih belagu ya kamu. Boleh dong pegang dikit ya."
Dena pun makin semena-mena dia memegang bokongnya Andini. Kemudian Andini menghentikan langkahnya.
"Mas, cukup ya mas kesabaranku sudah habis. Sekarang kamu bilang. Mau kamu apa sih?"
"Aku mau bersamamu malam ini sayang. Bila perlu aku bayar kamu, berapa sih? Aku lagi banyak uang nih."
Dena ini sebenernya sedang mabuk berat makanya gak kontrol ngomongnya. Dia juga menunjukkan uang lumayan banyak walaupun recehan, sepertinya hasil uang dari parkiran.
"Oke oke. Kamu ikut aku sekarang. Tapi kamu di belakang biar gak ada orang yang curiga."
"Waaah beneran nih?. Ternyata gampang sekali ya kamu ini. Aku kira kamu wanita suci ternyata perek juga ya sama"
"Udah gausah banyak omong. Ikutin aku saja!"
"Hmmm baiklah."
Singkat cerita, Andini pun sampai dirumahnya dan mengajak Dena masuk. Kemudian Andini mengunci pintu gerbang dan pintu rumahnya.
"Ini beneran nih kamu ajak aku ke sini?"
"Ya kamu lihat sendiri lah. Kamu cuci muka gih sana yang bersih, aku gak suka cowok dekil dan bau kaya kamu. Aku mau ganti baju dulu."
"Yaudah aku tunggu di kursi ya sayang nanti."
"Iya"
Dena pun bergegas pergi ke kamar mandi, sedangkan Andini pergi ke kamar untuk mengganti baju.
Singkat cerita setelah beberapa menit, Dengan pede nya Dena sudah menunggu duduk di atas sofa bahkan sudah tidak memakai baju Hanya celana dalam saja.
Andini pun keluar dengan baju lingerie, dia terlihat sangat cantik dan seksi.
"Waaah kamu cantik sekali Andini. Jadi nafsu aku"
Dena langsung berdiri dan mendekat ke arah Andini.
"Norak banget sih. Udah buka baju segala lagi, najis"
Di sini Dena langsung memeluk Andini juga menciuminya, tangannya pun meraba-raba dan memijat bagian sensitifnya Andini.
Perlahan Dena membuka semua pakaian atas Andini, kemudian dia menjilati hampir semua bagian tubuhnya. Termasuk area yang sangat sensitif.
Andini pun sempat terangsang dan mendesah. Mungkin Andini juga sudah lama tidak merasakan hal seperti itu.
Andini sekarang dengan posisi berdiri sedangkan Dena terus saja menciumi tubuh andini
"Ahhhh mas. Stop mas stop dulu!."
"Ada apalagi Andini?. Kamu diam saja sayang. Harum sekali ini, aku sangat menyukainya."
"Udah mass, ahhhh berhenti dulu. Plissss."
"Ada apa sih?. Kita ke kamar saja yuk?"
"Jangan ah jangan di kamarku, aku bosan berhubungan dikamar."
"Terus mau di mana?, dan apa yang harus aku lakukan?"
"Kamu tunggu dikamar mandi ya mas kita melakukannya di sana, aku ingin setelah ini kita juga mandi bersama."
"Hmm liar juga kamu ya Andini. Baiklah aku akan tunggu kamu di sana."
Dena pun menuruti apa yang diucap Andini. Mungkin kapan lagi berhubungan dengan wanita cantik seperti Andini.
Dia langsung pergi ke kamar mandi dan menunggunya di sana.
Andini pun bergegas pergi ke kamarnya untuk mengambil sesuatu, dia juga kembali memakai lingerie nya.
Sesaat Andini menuju kamar mandi, dia memegang gagang pintu itu agar Dena tidak membukanya dulu
"Mas?"
"Iya sayang?"
"Kamu ngadep nya ke belakang ya, terus matanya merem. aku punya sesuatu buat kamu, biar kamu makin bergairah malam ini."
"Kamu ini banyak syaratnya ya Andini. Tapi ini syarat terakhir ya, aku sudah gak kuat sayang."
"Iya aku janji ini terakhir. Habis ini kamu boleh sepuasnya menjamah ku sampai pagi atau kapan pun kamu mau."
"Waw aku semangat sekali Andini mendengarnya. Baiklah aku sudah menutup mata dan menghadap belakang nih."
"Tapi diam dulu ya mas jangan gerak kamunya. Nanti kalau aku udah suruh, kamu boleh menghadap ku dan terserah mau melakukan apa saja."
"Iya ini aku diam sayang Ayo lakukan segera! aku sudah tidak sabar."
Andini pun membuka pintu kamar mandi perlahan, dan benar saja Dena menuruti semuanya.
"Mas kamu diam ya sayang!, sebentar ko."
"Iya Andini, memangnya kamu mau apasih?"
"Aku mau melakukan ini mas, tahan ya!"
Tiba-tiba Andini menusuk kelapa belakangnya Dena dengan pisau tajam yang waktu itu dipakai untuk membunuh Badrun.
Dena pun langsung terjatuh duduk menyender di keramik dinding kamar mandi, dengan kepala tertunduk tak berdaya, pisaunya menancap sangat dalam dikepala nya. Darah pun mengucur seperti air yang mengalir.
Andini kemudian membuka lingerie nya dan memperlihatkan seluruh tubuh indahnya kepada Dena.
"Mas, Apa kamu masih sanggup menjamah tubuhku ini?"
Ucap Andini sambil tersenyum lebar kemudian tertawa lepas.
"A aaa Andini apa nasib Badrun sama sepertiku?"
Jawab Dena sambil terbata-bata.
"Hmmmm kamu dan temanmu memang pantas mas menerima ini."
"Te te tega kamu Andini."
"Ayo mas Ayo sini Jamah tubuhku!. Katanya tadi sudah tidak kuat, Ayo anjing berdiri!"
Andini berteriak marah kepada Dena, Bahkan dia menendang kepala juga badan Dena dengan sangat keras berkali-kali.
Setelah beberapa saat, Dena sudah tidak bisa bicara banyak karena kesakitan dan darah yang keluar dari kepalanya juga sudah sangat banyak.
Kemudian, Andini perlahan mencabut pisau yang tertancap di kepala Dena.
Di sini Dena masih Sadar dan menatap Andini dengan penuh dendam, aliran darah pun sudah tidak terbendung.
Tetapi kini Andini makin liar.
Tanpa di duga, Kemaluan Dena dipotong oleh Andini sampai terputus. Dena hanya bisa berteriak dan menangis.
"Ampun Andini ampun!"
Sebelum Dena memejamkan matanya. Andini memegang kemaluannya Dena. Dan di dekatkan ke arah matanya Dena.
"Hahaha Ini kan yang membuat laki-laki menjadi seenaknya terhadap perempuan?. Kalau sudah gapunya ini kamu bisa apa mas bisa apa setaaaan cepetan ngomong bisa apa !!! Bisa apa kamu melihatku telanjang sekarang?. Anjing cuihh."
Andini marah sambil menjambak rambut Dena dan meludahinya.
Dena pun makin tak berdaya, perlahan matanya terpejam dan nafasnya berhenti. Andini pun mendorong kepalanya Dena dengan kakinya. Hingga Dena terjatuh dan mati.
Disitu juga Andini langsung mengambil golok dan memotong semua bagian tubuh Dena.
Andini memasukannya ke dalam kantong plastik sampah. Kemudian Andini menggali tanah di belakang rumahnya tepat di samping kuburannya Badrun, lubang dan ukurannya pun sama.
Sekarang Andini semakin cepat melakukannya karena dia juga sudah tau bagaimana caranya.
Andini mengubur mayat Dena yang sudah hancur berkeping-keping. Kemudian menutupnya dengan dedaunan kering. Karena di belakang juga ada pohon besar yang tiap hari daunnya selalu berguguran.
Andini juga membereskan semua darah yang sangat banyak di kamar mandi. Mungkin itu alasan Andini ingin mengeksekusi Dena dikamar mandi agar gampang membersihkannya.
bisa saja. semangat./CoolGuy/
padahal di simpan disitu terus.
selama saya di perantauan, sakit di paksain sehat, lapar di paksain kenyang, ngantuk di paksain semangat,ada masalah di pendam, uang yang gak cukup di cukupin, dan berbagai hal lain./Frown/
tapi walaupun begitu saya mendukung Andini bijak, dan jujur tapi tidak terkejut juga karena alasan nya sama dengan saya.