Matilda seorang bad girl di sekolah barunya, dia harus menelan kenyataan pahit tentang fakta perceraian kedua orang tua nya.
Sampai dia mengenal bad boy yang di kenal kejam di sekolah barunya, sialnya orang itu justru yang memberi fakta perceraian kedua orang tua nya.
Sempat berlika-liku untuk mencari tahu faktanya, sampai akhirnya Matilda mengetahui sifat asli ayahnya seperti apa.
Ya, ayah nya sendiri yang membuat hubungan orang tuanya hancur.
Seiring waktu berjalan, mereka akhirnya saling cinta dan bersatu untuk menumpas ketidakadilan yang di lakukan oleh ayah nya Matilda.
Bagaimana kisah percintaan mereka? apa ada orang ketiga di antara mereka? bisakah mereka bersama menegak keadilan? dan bagaimana caranya? ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20.
Minggu pagi kala itu, Apit tegah berkunjung ke rumah Matilda. Janjinya hari ini mereka akan pergi untuk menonton bioskop. Karena penasaran dengan film terbaru yang mengisahkan tentang gadis yang meninggal secara tragis di tangan sekelompok genk motor yang ada di kota itu.
Kebetulan, saat ini ayahnya Matilda masih belum pulang dari rumah bos nya, mengharuskan Matilda masak makanan untuk papahnya terlebih dahulu.
"Sabar ya" Kata Matilda sambil berjalan menuju arah penggorengan yang ada di dapur.
"Iya sayang"
"Sumpah, alergi gue dipanggil sayang sama lu, bad" Matilda menghentak.
"Bad? siapa?" Apit mengerut kening
"Iya, Bad — Limbad, siapa lagi. Itu kan panggilan sayang gue buat elu?"
"Anying, gue manggil lu sayang, masa gue di panggil gituan — the hell bro" Protes Apit.
Apit terus memperhatikan kelincahan Matilda saat dia masak, memikirkan dan menghisap aroma setiap detiknya.
"Lu calon istri gue yang baik" Kata Apit
Matilda mendadak tersedak saliva nya sendiri, mendengar perkataan yang sangat tidak di inginkan oleh Matilda itu sendiri.
"Belajar jadi anak alay dari mana lu?"
Apit ga jawab, dia langsung menoleh digit angka pada jam di tangan nya. "Sudah belum Matilda?" Katanya sedikit protes.
"Belum"
"Hadeh" Kata Apit sedikit menurunkan kedua bahu dan bersandar malas di sofa.
10 menit kemudian — Matilda sudah siap dalam segala-gala nya, cukup mengganti pakaian dalaman tanktop hitam dan jaket kulit yang dipakainya.
"Kuy berangkat!" Ajak Matilda
"Lu serius ga dandan dulu?" Kata Apit.
Dia melihat dari atas kepala hingga ujung sepatunya yang terlihat perfect tanpa ada kekurangan.
"Buset, lu ga dandan masih aja kelihatan cantik" Sambung Apit menggoda.
"Buru" Kata Matilda
Mobil sedan hitam yang dikendarai Apit melaju sangat kencang saat itu, membelah kemacetan jakarta selatan di pagi hari.
Terdapat seorang gadis cantik dengan kacamata hitam yang terpampang di atas kening nya, menyalakan musik Adelle yang menggema di dalam mobil. mengangguk dan bernyanyi seperti orang kesurupan, sedikit membuat Apit berusaha menutup telinga sambil menyetir.
Tak butuh lama dengan kegilaan itu, sampai lah mereka di tempat mall yang dimana ada bioskop CGV di dalam nya.
**
"Gue pesan tiket nya dulu ya, sweet box yang duduk nya deketan biar romantis" Kata Apit.
"Serah lu dah, jangan lupa popcorn manisnya ya" Kata Matilda.
Setelah itu, mereka masuk ke dalam ruangan bioskop, ruangan juga sudah gelap, mereka masuk dengan dentuman suara yang menggema sangat besar, mencari tempat duduk sesuai nomor yang di pesan.
Sampai di tempat duduk yang seperti sofa, menikmati film dengan penuh kefokusan, tapi hal tak terduga itu tiba-tiba terjadi, dimana ada adegan jumpscare yang membuat Matilda reflek pelukan ketakutan ke Apit sambil menjerit histeris.
"Ah enak, dipeluk kamu" Kata Apit membuat Matilda menabok sedikit kepalanya.
"Pantesan lu pesan kursi sweet box anying, itu cuma alat buat lu modus sama gue!" Omel Matilda.
"Dih, mana ada" Jawab Apit.
1 jam 30 menit lebih film itu diputar, sampai akhirnya mereka bergegas keluar bioskop saat lampu ruangan sudah dinyalakan petugas bioskop di belakang kursi penonton.
Matilda masih kebayang alur film nya, namun Apit malah ngebayangin ketika ada adegan yang sedih atau kaget langsung dipeluk Matilda.
Beda sudut pandang, beda ekspresi.
"Lu ya benar-benar, ngajak gue nonton ginian, mana gue takut film horor, lu malah sibuk meluk gue kampret!" Kembali protes itu dilayangkan Matilda.
"Kan buat nenangin kamu" Kata Apit
"Serah lu gue haus, cepet beliin gue minuman coklat yang dingin" Pinta Matilda.
Apit tanpa ngeluh kala itu, mentraktir Matilda sampai membuat Matilda benar-benar merasakan jatuh cinta nya kembali untuk Apit.
"Thanks ya limbad, gue senang banget, lope lope deh sama lu" Kata Matilda sedikit menyenderkan kepala di pundak Apit.
"Nama panggilan sayang untuk gue bisa diganti ga sih, ga enak banget anjir, masa di samain sama Limbad" Protes Apit.
"Hehehe, iya iya Aa" Kata Matilda
Hembusan angin itu tiba-tiba menerbangkan anak rambut halus nya Matilda kala itu, tapi tidak berlaku untuk Apit karena rambutnya tebal seperti bulu domba.
Tercium harum penuh shampo, halus ketika tak sengaja menyentuh wajah Apit, membuat Apit sedikit menoleh ke arah Matilda.
Cupp
Kecupan kening dari Apit untuk Matilda, membuat Matilda meleleh ketika kondisinya yang sekarang dalam keadaan manja.
"Jangan nakal" Gumam Matilda yang terus menempel di pundak Apit.
"Hehe jinak juga lu sama gue" Kata Apit.
Hari itu sudah mulai siang, mereka menikmati hari weekend bersama dengan kebucinan, mungkin ini bisa dibilang kencan pertama nya setelah pacaran.
Berhubung mereka bingung mau pergi kemana, sampai akhirnya Apit membawa kembali Matilda ke rumahnya.
Pak Burhan kebetulan sudah datang, beliau juga terlihat sudah makan masakan yang di masak oleh anak gadisnya.
Seketika pancaran matanya mengarah ke arah pemuda yang dibawa anak gadisnya.
Matilda menyalami tangan ayahnya, saat Apit ingin menyalami, langsung di tepis oleh ayahnya.
"Mau ngapain?" Kata Pak Burhan.
Seketika Apit dibuat kaget dengan perlakuan nya Pak Burhan yang masih belum berubah dari dulu.
"Maaf um, tadi saya bawa anak um menikmati weekend di hari minggu" Kata Apit sedikit menciut dengan tatapan horor nya Pak Burhan.
"Jangan bawa-bawa anak saya kalau kamu mau membully nya lagi"
Matilda sedikit protes "Papah yang sopan dong, apit sama sekali engga nge-bully Matilda!!"
Pak Burhan menoleh Matilda dengan tatapan tajam "Mau sampai kapanpun kalau kamu berani pacaran dengan cowok yang sudah buat kamu sakit batin dan fisik, papah tidak akan meres—"
"CUKUP!!!!" Jerit Matilda
"PAPAH SELALU AJA KAYA GINI, KAPAN PAPA BUAT MATILDA BAHAGIA!!"
Seketika Apit yang baru saja sampai rumah Matilda di suguhkan oleh aksi dramatis ayah dan anak tepat di pandangan bola matanya.
Dia juga terlihat sakit hati dengan perlakuan Pak Burhan, bukan karena omongan nya, tapi dengan perilaku beliau yang berani menampar pipi anak gadisnya yang sempat melawan omongan dari papah nya.
"UM CUKUP!!" Jerit Apit langsung menggenggam tangan Matilda, langsung ditepis oleh Pak Burhan.
"Pergi kamu!" Pinta Pak Burhan.
"Oke, saya akan pergi tapi tolong jangan pernah menyakiti anak um, saya bisa lapor perbuatan um ke pihak berwajib! Karena ini adalah tindakan kekerasan!" Ancam Apit
"Cukup Apit, kamu cepat pergi dari sini, tinggalin gue sendirian, tolong" Rengek Matilda dalam sendu nya.
Apit menuruti kalau Matilda sudah berbicara, dia pergi tanpa berpamitan langsung menggerebak pintu rumah saat melewati nya.
"Matilda pamit ke kamar!!" Ketus Matilda dengan tangisan nya.
Matilda menikmati setiap tangisan di dalam kamarnya sendirian, ditemani kesunyian yang tak ada arti.
JADE ( Who Stole My Virginity )