NovelToon NovelToon
Aghnia Dan Dosen Killer

Aghnia Dan Dosen Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Dosen / Cintamanis / Romansa
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Renyah

Kisah Aghnia Azizah, putri seorang ustadz yang merasa tertekan dengan aturan abahnya. Ia memilih berpacaran secara backstreet.

Akibat pergaulannya, Aghnia hampir kehilangan kehormatannya, membuat ia menganggap semua lelaki itu bejat hingga bertemu dosen killer yang mengubah perspektif hatinya.

Sanggup kah ia menaklukkan hati dosen itu? Ikuti kisah Nia mempelajari jati diri dan meraih cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Renyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Diketahui Abah

Waktu berlalu kian cepat, kini Aghnia tengah menyetorkan penyajian data kepada Alfi beserta analisisnya.

"Penelitianmu ini sifatnya kuantitatif, maka gunakan data dari informan sebagai pendukung, bukan sebaliknya", koreksi Alfi.

"Iya pak", sahut Aghnia, singkat saja.

"Sudah, perbaiki lah. Kalau sudah bagus semua, segera selesaikan bab pembahasan", ujar Alfi seraya memalingkan perhatiannya kembali ke laptop miliknya. Aghnia pun pasang muka cemberut.

Aghnia lantas merapikan kertasnya dan hendak pergi. Namun ia berhenti sejenak, memandang wajah serius Alfi yang nampak tampan.

"Pergi sana! Ngapain masih di situ", usir Alfi tanpa melihat ke arah Aghnia.

"Ini juga mau pergi pak. Takkan berhenti dunia karena satu pria", celetuk Aghnia asal saja dan melangkahkan kakinya.

"Tunggu! Apa maksudmu?", heran Alfi, menutup laptopnya, lantas memandang ke arah Aghnia.

"Ngga ada apa-apa pak, cuma ucapan tak bermakna", sahut Aghnia, enggan menjelaskan yang ujungnya hanya perdebatan. Untung saja mereka berada di galeri mahasiswa, kalau tidak, pasti Alfi akan digosipkan sedang bertengkar dengan kekasihnya.

"Apa satu wanita juga akan mampu melancarkan roda dunia?", balas Alfi.

"Maksud bapak?", protes Aghnia yang memang butuh penjelasan Alfi.

"Nggak ada apa-apa, celoteh saja", balas Alfi.

"Dasar jomblo!", umpat Aghnia meski lirih, namun gerak bibir Aghnia mampu Alfi baca.

"Daripada bego!", balas Alfi.

"Siapa yang bego?", Aghnia protes.

"Ngga ada, cuma teringat perempuan yang malam-malam sendirian diganggu preman tapi sok-sokan nggak mau diantar pulang", sindir Alfi. Entah kenapa, pria ini kini mau menanggapi ucapan Aghnia yang tidak pernah ia gubris sebelumnya.

"Itu", ucap Aghnia terhenti. Ia tak bisa membalas ucapan Alfi selama beberapa saat.

"Memangnya, apa bapak tahu apa yang dialami perempuan itu hingga berani mengatainya bodoh?", ucap Aghnia dengan mata sedikit berkaca-kaca, kembali teringat perbuatan Malik yang telah mengkhianati rasa percayanya.

Kini ganti Alfi yang terdiam, menatap mata Aghnia yang sedikit memerah. Nampak hendak menitikkan air mata.

"Eh, apa lagi salahku? Bukannya dia yang mulai duluan?", batin Alfi.

"Apa urusanku menelisik urusan orang lain? Memangnya aku dukun, bisa tahu kondisi orang lain tanpa bertanya?", elak batin Alfi, karena pertanyaan Aghnia seolah menyalahkannya.

"Makanya ditanya dulu, bukan langsung dikatain", ucap Aghnia lantas melangkah pergi meninggalkan Alfi.

Tanpa mereka sadari, Malik melihat dan mendengar akhir pembicaraan mereka.

"Maafkan aku Nia. Aku berjanji takkan menemuimu lagi. Aku tahu kamu pasti membenciku karena aku memang pantas dibenci", lirih Malik melihat kepergian Aghnia. Jelas ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Aghnia dengan Alfi. Namun ia tahu benar sekarang, betapa hal itu melukai hati Aghnia, sekalipun mantan kekasihnya itu bilang telah memaafkannya.

Alfi hanya mengendikkan bahu melihat kepergian Aghnia, merasa tidak bersalah dan tak peduli pendapat Aghnia.

Di kontrakan, Aghnia segera menghempaskan tubuhnya ke kasur. Hatinya kembali terasa perih.

"Apa yang kutangisi coba?", benak Aghnia, bertanya pada dirinya sendiri. Ia sudah melupakan kekecewaannya kepada Malik dan kekesalannya kepada Bimo. Namun hatinya entah kenapa terasa sakit.

"Apa aku jatuh hati pada monster berwujud pria tampan itu?", lirih Aghnia bermonolog.

"Nggak, aku nggak boleh jatuh hati. Di luar saja dia manusia tampan. Pasti aslinya sama saja, monster selangkangan", pikir Aghnia menilai perilaku semua pria pasti sama saja.

"Tapi, abah, dia tidak begitu", Aghnia meragukan simpulannya sendiri.

"Ah sudah lah. Untuk apa aku memikirkan itu sekarang. Yang terpenting dan prioritas sekarang adalah lulus sidang skripsi dan segera wisuda", tekad Aghnia, enggan memikirkan hubungan dengan lelaki. Ia pun bergegas menyelesaikan permintaan Alfi dan menyusun bab pembahasan.

Keesokan paginya, Aghnia kembali menemui Alfi dengan semangat. Bahkan Alfi tak mengerti, apa alasan perubahan sikap Aghnia yang semula tengil, kini begitu rajin dan hasil revisinya sangat memuaskan.

"Nah, begini dong. Bulan depan, kamu maju sidang skripsi. Kalau kamu bisa mempertahankan hipotesismu ini dan mendapat nilai A, maka aku akan merekrutmu sebagai asisten dosen. Jangan langsung menolak, aku tahu kamu butuh pekerjaan setelah lulus. Maka jadikan lah ini batu loncatan, terhitung karena aku sangat menghargai kemampuan seseorang, bukan sekedar koneksi tanpa memperhitungkan kualitas sebenarnya", ujar Alfi.

Aghnia sebenarnya ingin menolak dengan tegas, namun mendengar penjelasan Alfi, ia pun akhirnya mengangguk setuju.

"Tapi dengan satu syarat. Bapak tidak boleh menjamah saya sedikit pun tanpa sebab yang benar", ungkap Aghnia, nampak tak ingin peristiwa dengan Bimo dan Malik kembali terulang.

"Ck! Kau kira aku lelaki cabul apa? Sembarangan. Memangnya siapa yang selama ini terus merepotkanku?", sanggah Alfi, tak terima jika diindikasikan sebagai pria impolite.

"Terserah bapak. Kalau setuju, saya pun bersedia", ucap Aghnia, tak peduli dengan pendapat Alfi. Mereka pun bersepakat dan menunggu pengajuan sidang diterima.

Saat berada di luar ruang dosen, ponsel Aghnia berdering.

"Ya Abah", sapa Aghnia setelah membalas salam.

"Pulang lah. Kamu telah gagal menjaga rasa percaya Abah", sontak membuat Aghnia melebarkan mata.

"Tapi Bah", protes Aghnia.

"Pulang lah. Jika kamu bisa memberi Abah penjelasan, keputusanku mungkin masih bisa berubah", Abah menyela protes Aghnia lantas memutus panggilan.

"Risti, apa mungkin Risti mengatakan perihal aku dengan Malik?", batin Aghnia lantas bergegas pulang ke kontrakan untuk bersiap pulang kampung dan memverifikasi dugaannya.

Sesampainya di kontrakan, Aghnia mencari Risti di kamarnya.

"Ris, apa kamu menceritakan perihal Malik dan aku kepada Abah?", tukas Aghnia.

"Malik? Kapan? Aku tetap bungkam asalkan kamu mau menjaga diri, Nia. Memangnya kenapa?", heran Risti.

Aghnia pun menceritakan perihal ucapan Abahnya untuk pulang kampung.

"Siapa lagi kalau bukan kamu dan Monica?", ujar Aghnia.

"Sumpah, aku tidak mengatakan apapun Nia. Monica bahkan saat itu yang mengawasi kalian, juga tak mungkin mengatakan itu kepada Abah. Apa juga motifnya?", elak Risti.

"Lantas siapa?", Aghnia sebenarnya juga tidak yakin. Ia memikirkan kejadian Malik dengannya hanya diketahui oleh Monica, Risti, Malik, dan dirinya sendiri.

"Apa mungkin Malik yang menelpon Abah? Dia kan punya nomor kontak Abah", tebak Aghnia.

"Sudah lah. Kamu temui Abah dulu. Perkara tebakanmu, tanyakan saja langsung kepada Abah", saran Risti. Aghnia pun mengangguk setuju dan berkemas lantas melajukan mobilnya ke kampung Beiji, tempat kelahirannya.

Di dalam rumah, Abah sudah menunggu bersama umminya.

"Nak, kamu duduk dulu. Ummi masuk dulu ya. Abah, jangan keras-keras. Dia putri kita satu-satunya", bisik Faizah kepada Aghnia dan abahnya lantas pergi ke kamar, enggan ikut dalam percakapan serius ayah dan anak itu.

"Sekarang kamu pilih, menikah atau dipondokkan?", Abah tegas memberikan pilihan.

"Tapi Bah, aku tidak sengaja, aku ", protes Aghnia, namun Abah menyelanya.

"Abah tidak peduli. Kamu sudah hampir dicabuli dua lelaki. Apa kamu harus menunggu kehilangan kehormatanmu agar mau menurut ucapan Abah?", telak Lukman.

"Terserah Abah kalau tidak mau mendengar pendapatku. Setidaknya, izinkan aku sidang skripsi bulan depan. Setelah itu, terserah apa yang Abah lakukan. Toh ucapan dan hatiku tidak akan dipertimbangkan", pungkas Aghnia.

Lukman nampak berpikir. Ia merasa ragu sejenak saat progres Aghnia sudah sejalan dengan rencana dan keinginannya.

"Baik lah. Tapi kamu tinggal saja di sini sampai tanggal sidang skripsi itu. Abah sendiri yang akan mengantarmu", Lukman menyampaikan kehendaknya. Aghnia pun bangkit, masuk ke kamar dan menguncinya. Terdengar suara tangis yang samar dari dalam.

1
Elen Gunarti
double up thor 👍👍
Rian Moontero: yuuk lanjut lanjut lanjut thor🤩🤸🤸
total 1 replies
Elen Gunarti
double up thor 👍
Tabuut
lanjut thor
Tabuut
ceritanya bagus, hanya banyak tipo.
Tabuut
menimang cucu, kak
Tabuut
hayo loh. bahaya nih, mau nain 'air'
Tabuut
Update agak pagian dong thor
Johana Guarneros
Menyentuh hati ❤️
C S Rio
Nggak sabar nih, author update cepat yaa!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!