Demi mendapatkan biaya pengobatan ibunya, Arneta rela mengorbankan hidupnya menikah dengan Elvano, anak dari bos tempat ia bekerja sekaligus teman kuliahnya dulu.
Rasa tidak suka yang Elvano simpan kepada Arneta sejak mereka kuliah dulu, membuat Elvano memperlakukan Arneta dengan buruk sejak awal mereka menikah. Apa lagi yang Elvano ketahui, Arneta adalah wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di salah satu tempat hiburan malam.
"Wanita murahan seperti dirimu tidak pantas diperlakukan dengan baik. Jadi jangan pernah berharap jika kau akan bahagia dengan pernikahan kita ini!"
Follow IG @shy1210_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Undangan Ulang Tahun
Pikiran El terasa bercabang saat ini. Di satu sisi dia memikirkan dimana keberadaan Sheina, di sisi lain, dia juga memikirkan perkataan Andika tentang masa lalunya dengan Arneta.
"Sekalinya murahan, dia akan tetap murahan!" El menggeram di saat ia sudah berada di dalam perjalanan pulang. Sebagai seorang pria yang tidak pernah memiliki jejak kehidupan yang buruk. Rasanya El terkena sial bisa menikah dengan Arneta. Wanita murahan yang ia juluki sebagai kupu-kupu malam.
Setibanya di rumah, El segera menuju kamarnya berada. Saat pandangan matanya tertuju ke arah kamar Arneta berada, mata El menyorot tajam ke sana. Kebencian di dalam hatinya semakin membesar pada pemilik kamar tersebut. Rasanya lidah El sudah gatal ingin memaki dan menghinanya.
"Huft!!" El menghembuskan napas kasar di udara. Dia ingat jika esok pagi ada pertemuan penting yang harus ia hadiri. El tidak ingin jika pertemuannya besok tidak maksimal karena mengingat kebenciannya pada Arneta. Tanpa membuang waktu lebih lama, El gegas menuju kamarnya berada. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan menyebut satu nama yang selalu ia ingat di dalam hati dan pikirannya.
"Sheina. Dimana kamu... apakah kamu tahu hidupku sangat kacau setelah kepergianmu? Aku sampai harus menikah dengan Arneta karena kepergianmu." El mengeluh. Entah dimana mantan kekasihnya itu berada saat ini. El sungguh sangat merindukannya.
Pukul enam pagi, Arneta nampak sudah bersiap-siap pergi meninggalkan rumah. Mulai pagi itu dia memang sudah berencana untuk pergi lebih awal dari rumah karena ingin mampir ke rumah kontrakan ibunya lebih dulu sebelum berangkat ke kantor.
"Sepertinya El belum bangun. Lebih baik aku langsung pergi saja." Gumam Arneta saat melewati pintu kamar El. Sebagai seorang istri. Sebenarnya Arneta ingin selalu berpamitan pada El jika ingin pergi kemana-mana. Namun, mengingat El sudah membatasi interaksi di antara mereka, membuat Arneta tidak melakukannya jika El tidak terlihat di depan matanya.
Tanpa diduga, setelah kepergian Arneta, El nampak keluar dari dalam kamar. Dahinya mengkerut saat melihat dari balkon lantai dua Arneta telah pergi meninggalkan rumah di saat waktu masih menunjukkan pukul enam pagi.
"Mau kemana dia?? Kenapa dia perginya pagi sekali." Pertanyaan itu terucap dari mulut El. Dia terus menatap pergerakan Arneta yang sudah naik di atas ojek motor hingga akhirnya lenyap dari pandangannya.
El menatap dingin kepergian wanita itu. Dia berusaha untuk mengabaikannya. Kemudian membalikkan tubuh dan melangkah menuju lantai bawah hendak kembali melanjutkan niat mengambil air putih di dalam dapur.
Lima belas menit berlalu. Arneta telah tiba di kediaman Bu Maria. Kedatangannya di sana disambut dengan senyum manis oleh Bu Maria. Walau pun ibunya sudah menyambut semanis mungkin bahkan kelihatan baik-baik saja. Namun, entah mengapa perasaan Arneta masih tidak tenang saja.
"Ibu gimana keadaannya. Baik-baik aja, kan?" Tanya Arneta seraya menatap intens wajah Bu Maria.
Bu Maria melukis senyum kembali. "Seperti yang kamu lihat. Ibu baik."
Arneta menghela napas dalam. Lagi, perasaannya tidak tenang begitu saja walau jawaban yang Bu Maria berikan adalah jawaban yang dia inginkan.
"Syukurlah kalau seperti itu. Aku mampir ke sini tak lama. Aku hanya ingin memastikan Ibu baik-baik saja dan Ibu memakan sarapan Ibu sampai habis." Kata Arneta. Raut kekhawatiran di wajahnya terlihat cukup jelas saat mengatakan hal tersebut.
"Kamu terlalu repot-repot, Neta. Apa kamu gak lelah bolak balik ke sini terus tiap hari. Nanti kamu bisa terlambat datang ke kantor juga kalau mampir ke sini dulu sebelum berangkat ke kantor." Bu Maria sedikit mencemaskan hal tersebut. Wajar saja, dia tidak ingin putri kesayangannya itu bermasalah di tempat kerja. Walau pun Bu Maria tahu jika pemilik perusahaan adalah mertua Arneta sendiri.
"Ibu gak perlu mikirin aku. Aku akan berangkat bekerja seperti biasanya. Yang penting aku bisa lihat Ibu ke sini dulu."
Bu Maria tidak ingin melarang. Dia membiarkan Arneta melakukan apa yang dia inginkan. Toh jika melarang sekali pun, putrinya itu tidak akan mendengarkannya juga.
"Bu, Ibu harus ingat perkatana dokter, ya. Ibu harus jaga kesehatan dan pola makan Ibu." Arneta kembali mengingatkan. Walau pun kondisi Bu Maria sudah lebih baik dari sebelumnya. Namun, tetap saja kesehatan Bu Maria harus tetap dijaga.
Bu Maria mengiyakannya. Dia memastikan pada Arneta jika dia akan baik-baik saja.
"Hanya Ibu yang aku punya. Aku gak mau Ibu sampai kenapa-napa." Sebelum pergi meninggalkan kediaman ibunya, Arneta mengungkapkan isi hatinya yang membuat Bu Maria jadi berkaca-kaca.
Pukul setelah delapan lewat lima belas menit, Arneta sudah tiba di kantor. Kedatangannya berbarengan dengan Tuan Keenan yang datang bersama dengan Nyonya Rossa. Melihat keberadaan Arneta, membuat Nyonya Rossa gegas menghampirinya.
"Arneta, Mama mau undang kamu untuk bisa hadir nanti malam di acara ulang tahun Tante Lia." Kata Nyonya Rossa. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya kemarin, Nyonya Rossa jadi lupa menyampaikan hal tersebuy pada Arneta.
"Tante Lia adiknya Papah ya, Mah?" Tanya Arneta. Dia memang tidak terlalu mengenal seluruh keluarga Tuan Keenan dan Nyonya Rossa.
Nyonya Rossa mengangguk membenarkan. "El udah Mama telefon juga tadi buat ngabarin hal ini. Jadi kalian berdua jangan lupa datang."
Arneta mengiyakannya. Sebenarnya nanti malam dia ingin berada lebih lama di kediaman ibunya. Namun, karena undangan tersebut berasal dari mertuanya. Rasanya Arneta tidak enak hati untuk menolaknya.
Setelah kepergian Nyonya Rossa, Arneta memikirkan pakaian apa yang akan ia kenakan nanti malam. Mengingat dirinya tidak memiliki banyak pakaian yang layak dibawa ke acara seperti itu, membuat Arneta jadi bingung harus memakai apa.
"Apa aku beli pakaian baru saja? Aku kan gak enak kalau datang ke acara ulang tahun Tante Lia memakai pakaian lusuh." Lirih Arneta. Berpikir jika dirinya harus membeli pakaian baru, akhirnya Arneta terpaksa menggesek kartu atmnya untuk membeli pakaian yang layak dia pakai ke acara ulang tahun Tante Lia.
"Harusnya aku menabung uang gajiku bulan ini untuk tabunganku dan ibu di masa depan." Lirih Arneta setelah membeli gaun sederhana yang akan ia pakai ke acara ulang tahun Tante Lia.
Mengingat statusnya saat ini sebagai istri dari pengusaha kaya raya, seharusnya Arneta tidak perlu pikir panjang untuk mengeluarkan uang. Apa lagi Tuan Keenan sudah menjamin kehidupannya dan Bu Maria di masa depan. Namun, Arneta sadar diri jika tidak selamanya ia bisa mengandalkan orang lain untuk membantunya. Arneta juga tidak ingin terlalu banyak berhutang budi pada keluarga Tuan Keenan.
"Aku harus memiliki tabungan. Sebab, jika saatnya nanti aku sudah harus pergi dari keluarga Tuan Keenan. Aku masih memiliki uang untuk memenuhi kebutuhanku dan ibu." Begitulah isi pemikiran Arneta.
***
Komen dulu yuk sebelum lanjut🤗
*Gedegbgntsamael*
tapi penasaran sama hubungan el dan evan.apa el merasa orang tuanya bertindak tidak adil padanya yaa karena emang anak angkat,, semoga kedepan mereka berdua selalu rukun dan saling menjga