Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
“Pangeran, Aku bisa sendiri” cicit Yuki dengan suara panik, terkejut dengan sikap Pangeran Sera.
Sera menatapnya lembut, senyum tipis terlihat di sudut bibirnya. “Kau harus bertanggung jawab Yuki. Kau membuatku mengucapkan sumpahku. Sekarang Jika Aku tidak menikah denganmu, Aku tidak akan bisa menikah seumur hidupku”
Yuki menatap Pangeran Sera dengan tatapan bingung. Kata-kata Pangeran itu begitu berat, dan dia bisa merasakan ketulusan serta keputusasaan yang terselip di baliknya. Sumpah ksatria Argueda bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Kini sumpah itu telah terucap, dan Pangeran Sera tidak akan pernah bisa mengingkari janjinya tanpa kehilangan kehormatan dan kebebasannya.
“Aku…” Yuki tak tahu harus berkata apa.
Pangeran Sera menunduk sedikit, menatapnya dengan mata penuh intensitas. “Kau membuatku terikat, Yuki. Dan sekarang, hanya kau satu-satunya wanita yang bisa menjadi istriku.”
Yuki bisa merasakan napasnya tersengal, perasaan bersalah dan bimbang memenuhi hatinya. Dia tidak ingin membuat Pangeran Sera terjebak dalam sumpahnya. Tapi perasaan rumit di antara mereka, cinta, dan takdir yang misterius, membuat Yuki sulit berkata-kata.
Pangeran Sera memasukkan Yuki ke dalam kolam yang hangat. Dia sendiri masuk setelah melepaskan pakaiannya. Setelahnya Dia menghampiri Yuki dan dengan lembut mencoba melepaskan pakaian Yuki.
Yuki menatap Pangeran Sera dengan mata terbelalak, jantungnya berdegup kencang. “Pangeran, ini tidak perlu,” katanya, suaranya bergetar di antara ketidakpercayaan dan kecanggungan.
Pangeran Sera hanya tersenyum tenang, mendekatkan Yuki ke dadanya. “Apa yang kau khawatirkan, Yuki? Aku hanya ingin memastikan kau hangat dan aman. Tidak ada yang salah di antara kita sekarang.” Suaranya terdengar lembut, tetapi ketegasannya tetap terasa.
Air hangat menyelimuti tubuh Yuki, namun bukan hanya air yang membuatnya merasa tersudut. Pangeran Sera menatapnya dengan tatapan yang dalam, seolah mencoba menembus keraguan dan kekhawatirannya.
“Kau tidak perlu takut padaku, Yuki,” lanjut Pangeran Sera dengan suara lembut. “Aku tidak akan memaksakan apa pun.”
Pangeran Sera menarik Yuki dengan lembut. Mendudukan Yuki tepat didepannya. Kedua kakinya mengapit Yuki sedemikian rupa.
Tangan Pangeran Sera mulai melepaskan perhiasan di rambut Yuki.
“Pangeran,Apakah sumpah itu tidak bisa dibatalkan ?” Tanya Yuki lirih. Tangan Pangeran Sera berhenti sejenak.
“Kau tidak bisa membatalkannya, Yuki,” kata Pangeran Sera dengan nada serius. “Sumpah seorang ksatria adalah segalanya. Jika aku mengingkari janjiku, aku akan kehilangan kehormatan sebagai seorang pangeran, dan lebih dari itu, aku akan kehilangan diriku sendiri.”
Yuki terkejut mendengar ketegasan dalam suara Pangeran Sera. Tatapan matanya tidak menunjukkan keraguan sedikit pun. Dia tahu, sumpah seorang ksatria Argueda adalah janji yang suci dan tak bisa dibatalkan begitu saja tanpa harga yang sangat mahal—kehormatan dan kehidupan.
Yuki menunduk, perasaan bersalah dan ketidakberdayaan menyelimuti hatinya. Dia tidak pernah bermaksud memaksa Pangeran Sera untuk mengucapkan sumpah itu, tetapi sekarang semua tampaknya telah terlanjur terjadi.
“Tapi bagaimana jika aku tidak bisa mencintaimu seperti yang kau harapkan?” tanya Yuki, mencoba mencari jalan keluar.
Pangeran Sera tersenyum tipis, meski ada kesedihan di balik senyumnya. “Cintamu akan tumbuh dengan waktu, Yuki. Aku akan menunggu… tak peduli berapa lama.”
Meskipun hati Yuki berdebar kencang, dia merasa sulit untuk menolak perhatian dan ketulusan yang ditunjukkan Pangeran Sera. Meskipun terasa canggung dan aneh, ada sesuatu dalam tatapan Sera yang menenangkan, membuat Yuki sedikit lebih rileks.
“Aku… aku hanya butuh waktu,” kata Yuki akhirnya, suaranya hampir seperti bisikan.
Pangeran Sera tersenyum, membelai lembut pipi Yuki. “Ambil semua waktu yang kau butuhkan. Asal Kau ada disisiku Yuki. Aku akan rela menunggu.”
Yuki merasa tubuhnya semakin tegang saat Pangeran Sera membelai dagunya dengan lembut, mengarahkan wajahnya ke arahnya. Detak jantungnya semakin cepat, dan ketika bibir mereka bersentuhan, dia merasakan kehangatan yang mengalir dari ciuman lembut itu.
Namun, ciuman lembut itu segera berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam dan intens. Pangeran Sera menariknya lebih dekat, membuat Yuki semakin merasakan kekuatan emosinya. Tangannya bergerak di sepanjang punggungnya, memberikan sentuhan yang membuatnya terhanyut dalam momen tersebut.
Yuki tidak tahu harus berbuat apa selain menerima ciuman itu, hatinya berdebar kencang di antara kehangatan air dan hasrat yang terpancar dari Pangeran Sera. Meski dia masih merasa canggung, ada bagian dalam dirinya yang perlahan menyerah pada momen itu, seolah tak mampu lagi melawan gelombang emosi yang menguasainya.
Yuki berusaha mengendalikan dirinya, mengingatkan bahwa ia tidak boleh terlarut dalam gairah yang disulut oleh Pangeran Sera. Tapi kekuatan emosi yang dipancarkan Pangeran, dipadu dengan sentuhannya yang penuh kehangatan, semakin sulit untuk diabaikan. Saat Pangeran Sera memperdalam ciuman mereka, membuka mulut Yuki lebih lebar, tubuhnya merespon meskipun pikirannya menolak.
Pangeran Sera tahu betul bagaimana membuat Yuki terbawa oleh momen, meski ada keraguan yang tersisa dalam hati gadis itu. Dengan setiap ciuman yang lebih dalam, Yuki merasa dirinya semakin sulit untuk melawan.
Ketika bibir mereka akhirnya berpisah, Pangeran Sera menatap Yuki dengan tatapan yang berbeda—tatapan seorang pria yang benar-benar menginginkan wanitanya, penuh dengan gairah yang tak terbendung. Mata Pangeran Sera yang biasanya lembut, kini menyala dengan intensitas yang membuat Yuki sejenak kehilangan kata-kata. Seakan tanpa bisa dihindari, Yuki merasakan ketertarikan yang kuat, meski di dalam hatinya masih ada keraguan.
“Pangeran…” bisik Yuki dengan suara yang hampir tak terdengar, namun pandangan mata Pangeran Sera tidak berubah. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi ekspresi di wajahnya mengisyaratkan bahwa dia telah membuat keputusannya.
Pangeran Sera kembali mencium Yuki. Lebih dalam. Lebih panas dan lebih tidak terkendali. Tangan Pangeran Sera berada di tengkuk Yuki. Meremas rambut Yuki dengan kuat. Menolak melepaskan pangutan bibirnya.
Mereka berciuman sangat lama. Sampai sebuah ketukan pelan di pintu menghentikan momen yang semakin memanas. Pangeran Sera berhenti sejenak, bibirnya masih begitu dekat dengan Yuki. Tatapan mereka bertautan, namun ketukan berikutnya terdengar lagi, kali ini sedikit lebih tegas.
Dengan enggan, Pangeran Sera melepaskan ciumannya. “Siapa itu?” suaranya terdengar berat, masih terpengaruh oleh keintiman yang baru saja terjadi.
Dari balik pintu, seorang pelayan dengan suara ragu-ragu menjawab, “Maaf, Yang Mulia. Ada pesan penting dari Raja Jafar. Ini tidak bisa ditunda.”
Pangeran Sera mendesah panjang, tampak jelas bahwa dia tidak suka gangguan ini. Dia menatap Yuki, lalu berbisik pelan, “Kita akan melanjutkannya nanti.”
Yuki mengangguk. Diam-diam merasa lega.
Pangeran Sera memandikan Yuki dengan cepat dan setelahnya memandikan dirinya sendiri. Kemudian Dia mengeringkan tubuh Yuki. Yuki memakai pakaiannya. Dengan memunggungi Pangeran Sera, masih canggung seperti biasa, sementara Pangeran Sera mengeringkan badannya di belakang Yuki tepat. Saat Mereka berdua sudah siap. Pangeran Sera membuka pintu dengan tenang, menunjukkan wajah tanpa emosi yang sangat terlatih sebagai seorang bangsawan. Di balik pintu, pelayan yang membawa pesan dari Raja Jafar menunduk hormat, seolah tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi. Sementara itu, Yuki berdiri di belakang Sera, wajahnya masih memerah, mencoba menenangkan perasaannya setelah semua yang terjadi di kamar mandi.
“Yang Mulia,” pelayan itu berkata dengan sopan, “Raja Jafar meminta kehadiran Pangeran segera di ruang pertemuan. Ada perkembangan baru mengenai situasi di Rasyamsah.”
Pangeran Sera mengangguk singkat, kemudian berbalik sejenak melihat Yuki. “Aku akan pergi sekarang. Kau istirahatlah dulu”
Pangeran Sera dengan lembut mengecup dahi Yuki, sebuah gestur yang terasa intim dan hangat, seolah mereka memang sudah menjadi sepasang pengantin baru. Yuki memejamkan matanya, merasakan kehangatan di dahi yang membuatnya sejenak melupakan kekacauan di dalam pikirannya.
Setelah itu, Pangeran Sera berbalik dengan anggun, melangkah keluar dari kamar dengan ketenangan yang khas. Para pelayan yang telah menunggu dengan hormat di pintu segera masuk, siap melayani Yuki. Namun, Yuki masih terdiam, pikirannya melayang-layang antara takdir yang menantinya, perasaan rumit terhadap Pangeran Sera, dan semua yang akan segera terjadi di Rasyamsah.
Para pelayan mulai membereskan kamar, sementara Yuki berdiri di sana, mencoba menenangkan dirinya.
...****************...
Pangeran Riana mendengar kabar tentang sumpah ksatria yang diucapkan oleh Pangeran Sera. Wajahnya memerah karena marah, dan matanya menyala dengan kemarahan yang hampir tidak bisa ditahan. Tangan Pangeran Riana mengepal kuat, membayangkan Yuki, wanita yang seharusnya hanya miliknya, kini terikat oleh sumpah suci yang diucapkan Sera.
“Dia berani melakukannya…” gumam Riana dengan nada dingin, suaranya nyaris tercekik oleh amarah yang mendidih. “Sumpah ksatria… untuk Yuki?”
Riana tidak bisa menahan perasaan terkhianatinya, bukan hanya dari Yuki yang telah pergi dari cengkeramannya, tetapi juga dari Sera, yang secara terang-terangan menantangnya dengan sumpah yang tak bisa dibatalkan.
“Tidak… dia tidak akan mengambil Yuki dariku begitu saja,” kata Riana tegas, berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan hal ini berlarut terlalu lama.