"Kamu tidak perlu tahu bagaimana luka ku, rasa ku tetap milik mu, dan mencintai tanpa pernah bisa memiliki, itu benar adanya🥀"_Raina Alexandra.
Raina yatim piatu, mencintai seorang dengan teramat hebat. Namun, takdir selalu membawanya dalam kemalangan. Sehingga, nyaris tak pernah merasa bisa menikmati hidupnya.
Impian sederhananya memiliki keluarga kecil yang bahagia, juga dengan mudah patah, saat dirinya harus terpaksa menikah dengan orang yang tak pernah di kenal olehnya.
Dan kenyataan yang lebih menyakitkan, ternyata dia menikahi kakak dari kekasihnya, sehingga membuatnya di benci dengan hebat. padahal, dia tidak pernah bisa berhenti untuk mencintai kekasihnya, Brian Dominick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawar jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ini tidak lucu
"semesta selalu tentang segalanya, kesedihan yang hampir tidak ada hentinya, haruskah berakhir dengan pasrah begitu saja?"
"segalanya terbakar tanpa sisa, kenapa kamu bisa ceroboh seperti itu!"
"semua alat yang akan kita pakai, juga berada di ruang itu. Karena kita semua berpikir, akan lebih mudah saat segalanya dijadikan satu tempat, di banding aula yang lain, tentu akan lebih mudah memindahkan barang di lantai satu!"
"bagaimana pun, kamu adalah penyebab dari kekacauan ini. saya tidak mau tahu, kamu harus ganti rugi!"
Semua kalimat itu terus terngiang di telinga Raina, bagaimana bisa dia mengganti ganti rugi, seumur hidupnya saja, dia tidak yakin bisa menghasilkan uang sebesar itu.
Beberapa waktu lalu, memang dia dan Gea, berlatih di satu tempat yang sama, yaitu aula lantai dua. Tetapi, Gea yang sudah lebih baik dari Raina, mencoba memakai gaun yang akan mereka tampilkan nanti. Karena beberapa barang berada di tempat yang terpisah, beberapa menyarankan agar di letakan di satu tempat yang sama saja. Hingga akhirnya, di pilihlah aula lantai satu, untuk menyimpan segala sesuatu alat mereka.
Sialnya, Raina tidak sengaja menyenggol botol minum miliknya yang berada tidak jauh dari terminal listrik di sana, sehingga menyebabkan arus listrik terbakar. Dan itu terjadi saat semua orang sudah pergi dari aula tersebut. Akan tetapi, Bara masih berada di ruangannya.
Dia merasa malas saat harus pulang ke rumah, terkadang dia memilih untuk pulang ke apartemen miliknya saja.
"asap?"
"aku bahkan belum merokok, kenapa ada bau asap." ujar Bara heran ketika itu.
Merasa penasaran Bara luar dari ruangannya, dan betapa terkejutnya dia ketika melihat salah satu gedung sudah terbakar, dengan api yang sudah tinggi.
"bereskan semuanya, dan segera ganti barang-barang yang ada di ruangan itu." ujar Bara denga lelah.
"oh iya, cctv itu masih bisa di periksa?" tanya Bara dengan cepat.
"bisa pak, karena api sempat di matikan sebelum sampai pada cctv itu pak." jawabnya.
"berikan pada ku, dan biarkan aku yang periksa!" ujar Bara lagi.
Dari situlah Bara tahu, bahwa Raina yang menyebabkan kebakaran itu. Karena kecerobohan Raina, Bara meminta kepada beberapa petugas untuk mengalihkan jalan, tentu saja agar kejadian ini tidak di ketahui oleh siapa pun.
Bara baru saja, mendapatkan tempat di sana. Jika ayahnya mendengar berita itu, sudah di pastikan dia akan di tertawa kan. Makanya, dengan segera Bara mencoba menutupi hingga tidak ada seorang pun tahu, kecuali beberapa orang di sekitarnya.
****
"Raina, menikahlah dengan ku. Maka kamu tidak perlu mengganti semua kerugian itu." tiba-tiba, Bara teringat permintaan ibunya, yang memintanya untuk segera menikah. Padahal, dia belum ingin menikah, di tambah lagi kekasihnya belum menyelesaikan pendidikannya di luar negeri, bagaimana bisa dia akan menikah.
"pak, saya lagi pusing, bercanda anda tidak lucu sekarang." jawab Raina dengan memijit pelan pelipisnya.
"aku serius Raina," ujar Bara dengan mantap.
"apa?" kata Raina dengan heran, kedua tangannya bahkan menghentikan aksinya memijat pelan pelipisnya yang terasa pusing beberapa waktu lalu.
"saya serius, orang tua ku terus memaksa ku untuk menikah. Ku rasa, kita bisa saling menguntungkan di sini."kata Bara dengan menatap lurus ke depan. Sementara Raina, masih terdiam di tempatnya.
"saya masih belum bisa mencerna pak, anda sedang mengajak saya menikah loh, bukan main-main. Pernikahan itu artinya, seumur hidup bagi saya, anda sedang mencoba menghibur saya? terimakasih, tetapi sepertinya ini tidak lucu." ujar Raina lagi, dengan menggelengkan kepalanya pelan.
"apa saya terlihat sedang bercanda?" tanya Bara dengan mendekat pada Raina, kemudian menyentuh wajah Raina untuk menatap kearahnya. Raina yang terkejut sangat gugup seketika.
"astaga, pak!"
"saya sedang bingung ini, jangan bikin saya tambah senam jantung dong." pekik Raina sedikit kesal, karena tindakan Bara benar-benar membuatnya kaget.
"saya serius Raina, besok kita menikah!" ujar Bara dengan berjalan cepat, kembali duduk di kursinya.
"pak_"
"tidak ada penolakan!" sergah Bara dengan cepat.
Raina berjalan dengan pelan, menelusuri trotoar dengan bimbang. Bagaimana bisa, hidupnya semakin kacau seperti ini. Pernikahan bukan hal yang sepele, Raina bahkan memiliki cita-cita mempunya keluarga yang bahagia, dan sejahtera. Jika seperti ini, bagaimana bisa dia menjamin bahwa dia akan bahagia, saat orang yang akan menjadi pendampingnya, adalah sosok yang tidak di kenalnya sama sekali.
Raina bahkan sampai tidak masuk bekerja hari ini, perihal pernikahan yang besok akan terjadi, apakah benar, atau hanya keisengan Bara, Raina tidak tahu.
"ini apa lagi tuhan? apa aku harus selalu dalam kesulitan seperti ini," ujar Raina dengan lirih.
Kedua kakinya terasa sangat lemas sekarang, apa lagi yang bisa di lakukan. Mengganti uang sebanyak itu, dia juga tidak mungkin bisa.
Tanpa di sadari olehnya, Raina masih terus berjalan padahal rumah tempatnya tinggal sudah lewat. Raina sama sekali tidak melihat jalan. Hingga tetes hujan membubarkan lamunannya.
”hujan, biarkan rasa ku lirih bersama mu kali ini," ujar Raina dengan tetap berjalan, namun lebih pelan. hingga beberapa saat kemudian, tubuhnya terduduk di tepian jalan. Tubuhnya melemah, hari semakin larut, karena dia ke kampus sudah sore, dan saat dia keluar dari kampus itu memang sudah malam.
***
Sementara itu, Bara baru saja akan keluar dari kampus. cuaca hujan deras, membuatnya memiliki alasan untuk tidak pulang ke rumah orang tuanya. jadi, dia memilih untuk kembali ke apartemen miliknya saja.
Saat sedang mengendarai mobilnya pelan, Bara melihat jalanan sangat sepi, mungkin juga karena hujan, atau karena hari memang sudah malam. Sehingga cuaca membuat orang-orang, merasa enggan harus keluar rumah, kecuali mereka yang baru saja selesai beraktivitas.
Kedua matanya segera menyipit, ketika melihat sosok perempuan yang berada di pinggir jalan dengan berdiam diri. Setelah dia amati, Bara tahu siapa dia. Dengan segera Bareng menghentikan laju mobilnya, dan segera mendekat.
"dasar wanita gila!"
"ngapain main hujan malam-malam begini!" teriak Bara dengan segera meraihnya. Dan membawanya paksa masuk ke dalam mobil.
Terlihat sekali, Raina yang sudah menggigil kedinginan. Raina benar-benar merasa kosong saat ini, otaknya tidak bisa berpikir sama sekali. Dia bahkan belum menyadari bahwa Bara membawanya masuk ke dalam mobil.
" kamu mau bunuh diri?" tanya Bara dengan kesal. Tak ada jawaban sama sekali, akhirnya Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, lebih cepat lebih baik.
"di mana rumah mu?" tanya Bara lagi, namun Raina hanya menoleh pelan, hingga beberapa saat kemudian dia kembali menunduk.
"dasar, tidak jelas!"
"jangan salahkan aku, kalau nanti kamu protes saat sudah berada di apartemen ku."ujar Bara dengan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"