Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Malamnya di rumah hanya ada aku, Davin, teh Nina dan mang dudung, eh ada satu lagi penjaga rumah. Setelah makan malam dan menghubungi bang Tara aku langsung tidur. Namun tiba-tiba aku terbangun karena ingin ke kamar mandi, saat melihat jam ternyata baru jam sebelas malam.
"Masih jam sebelas" gumam ku dan langsung turun dari tempat tidur lalu melangkah ke kamar mandi.
Selesai dari kamar mandi saat aku hendak minum ternyata airnya habis terpaksa aku harus turun. Saat sedang di dapur aku melihat Davin turun dan keluar rumah. Aku yang penasaran langsung mengikutinya namun anehnya Davin hanya berjalan kaki membuat ku bingung. Aku langsung mengikutinya dan beruntungnya jika ke luar kamar aku selalu menggunakan kerudung jadi aku bisa langsung ke luar begitu saja.
"Pak, Davin mau kemana? " tanya ku pada penjaga rumah.
"Em bilang nya mau beli rokok neng" jawab penjaga rumah.
"Oh.. " . Namun entah kenapa perasaan ku gak enak dan meras khawatir saja..
"Neng kenapa? " tanya penjaga rumah yang melihat ku bengong.
"Aku kok gak percaya ya, Davin mau beli rokok" ucap ku.
"Terus mau gimana neng? " tanya nya.
"Bapak susul sana, ikuti gitu" titah ku.
"Baik neng" jawab nya dan langsung pergi, namun tak lama aku mendengar penjaga rumah itu berteriak dan aku yang penasaran langsung keluar gerbang dan mendekati ke arah suara teriakan penjaga rumah.
"Davin" kaget ku karena melihat Davin di keroyok.
Aku langsung mencari apa saja yang bisa di buat mukul dan akhirnya aku menemukan sebuah kayu dan langsung ku pukul kan pada salah satunya.
"Anjir siapa ni" umpatnya dan berbalik.
Aku yang kaget hanya melangkah mundur karena takut.
"Siapa ni cewek, cantik juga" ucap orang yang tadi aku pukul.
"Jangan sentuh dia" teriak Davin dan dia langsung melawan orang-orang yang mengepungnya.
Pria itu langsung menarik tangan ku dan aku berusaha untuk melepaskannya namun pria itu malah mendorongku ke dinding dan membuatku merasakan sakit. Aku hanya bisa memegang perut ku yang sakit dan kaki ku lemas membuat ku terduduk di tanah. Aku gak tau yang terjadi di depan ku karena aku sudah gak tahan dengan rasa sakit di perut ku.
"Lo gak apa-apa? " suara Davin dan aku tidak menjawab.
"Mang dudung bawa mobil" teriak Davin pada mang Dudung dan tak lama teh Nina menghampiriku.
"Neng" sambil jongkok.
"Sakit teh" ujar ku dengan suara merintih.
"Den mobil nya sudah siap" beritahu mang Dudung.
Tiba-tiba tubuhku melayang dan saat aku lihat Davin menggendongku dan membawa ku ke dalam mobil.
"Teh masuk dulu" titah Davin pada Nina.
Davin memasukan ku ke dalam mobil dengan di temani teh Nina. Aku melihat Davin bicara dengan penjaga rumah dan tak lama dia langsung naik ke dalam mobil, Davin yang membawa mobilnya. Sepanjang jalan aku hanya berdoa supaya aku di beri kekuatan dan kesehatan. Tak lama kami sampai di rumah sakit dan aku langsung di gendong lagi oleh Davin ke tempat tidur lalu di bawa ke sebuah ruangan dan itu entah ruangan apa karena di sini posisi benar-benar sudah tak kuat dan tiba-tiba semua pandangan langsung kabur dan hanya kegelapan yang aku lihat.
POV Tara.
"Indra, kita balik malam ini" ucap ku pada asisten ku.
"Loh kenapa pak? " tanya nya.
"Perasaan ku gak enak dan ingat istri mulu" jawab ku, Saat ini kami baru pulang dari bertemu dengan bang Rian suaminya mbak Melda.
"Baik Pak" balasnya.
Aku pun langsung membereskan barang ku dan setelah selesai kami langsung berangkat dan aku pun Sudah memberi tahu mbak Melda kalau aku pulang malam ini.
Sepanjang jalan aku terus memikirkan Erika dan entah kenapa aku punya pikiran jelek terhadapnya. Perjalanan sudah hampir setengah jalan dan sekarang sudah jam sebelas malam hanya butuh waktu dua jam lagi kami sampai di rumah.
namun tiba-tiba Davin menghubungi ku. Dia memberitahu ku jika Erika masuk rumah sakit dan langsung minta Indra untuk lebih cepat dan balik arah untuk ke rumah sakit.
sesampainya di rumah sakit aku melihat bunda, ayah, Davin dan teh Nina yang kerja di rumah ku. Aku berlari ke arah mereka dan menanyakan keadaan Erika di dalam sana.
"Bun, gimana keadaan Erika? " tanya ku pada bunda.
"Dia masih di dalam" jawab bunda.
"Kenapa dia bisa masuk ke rumah sakit? " tanya ku.
Bunda melirik Davin dan aku pun mengikuti bunda melihat Davin.
"Kamu jelaskan pada Om mu" ucap bunda dengan nada kesal.
"Ada apa ini? " tanya ku bingung apa lagi melihat keadaan Davin yang babak belur dan bahkan sebagain di perban.
Aku pun mendekati Davin, Davin hanya menunduk.
"Jelaskan" titah ku dengan tegas.
Akhirnya Davin menceritakan kronologinya kenapa Erika bisa sampai di rumah sakit, aku yang marah setelah mendengar cerita Davin langsung menarik Davin dari ruangan itu ke parkiran mobil. Ku dorong tubuhnya dan ku pukul, Davin diam saja menerima pukulan yang aku layangkan padanya.
"Lo lihat, orang yang sangat lo benci rela mempertaruhkan nyawanya hanya untuk nolong lo, dia gak berpikir akibat dari dia nolong lo, karena mungkin lo udah di anggap keluarganya, tapi lo" ucapku dengan menahan sakit di dada karena kecewa dengan Erika yang rela mengorbankan dirinya hanya untuk menolong Davin orang yang jelas-jelas membencinya.
Setelah puas aku pergi meninggalkan Davin dan kembali ke ruang operasi namun saat di jalan aku bertemu papa yang hendak menyusul ku dan Davin.
"Anak mu sudah lahir, cepat lihat " beritahu nya dan aku langsung berlari dan menemui suster yang membawa anak ku. Setelah selesai aku kembali ke ruangan operasi menanyakan keadaan Erika.
"Erika gimana bun? " tanya ku pada bunda.
"Erika juga baik-baik saja, tapi dokter bilang dia ingin bicara sama kamu" jawab bunda.
"Dimana? " tanya ku.
"Di ruangannya, Dokter Siska" jawab bunda.
Aku pun langsung menemui dokter tersebut dan menanyakan keadaan Erika. Namun aku harus menerima kabar pahit yang sangat membuat ku sedih.
Erika di vonis tidak pernah bisa mempunyai anak lagi karena kejadian ini membuat rahimnya terluka. Aku pun keluar dari ruangan dokter itu dan kembali ke ruangan operasi karena Erika belum di pindahkan. Saat beberapa langkah aku berpikir untuk tidak memberitahu yang lain, cukup aku yang tau. Hati ku saat ini kecewa terhadap Erika atas kejadian ini, entah apa yang ada dalam pikirannya kenapa dia bisa melakukan itu.