"Aku akan mengingat wajah kalian semua, Dan tunggu pembalasanku!" Ucap Chen Long sebelum kematiannya..
Jiwanya melesat dan bermigrasi ke tubuh bayi yang baru meninggal dan dia susupi, Hingga bayi dan jiwanya dapat hidup kembali
Ambisinya terpantik untuk menjadi Dewa Pedang yang tak terkalahkan bersama dengan ingatan masa lalu tentang Kitab Pedang Dewa dengan mengukir namanya dalam legenda yang tak terlupakan, Long Chu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian Nenek
"Long Chu! Jangan kau bersedih. Karna setiap awal pasti ada akhir dan setiap yang hidup pasti akan mati. Kuatkan hatimu! Sebagai laki-laki kau harus tangguh" Ucap Nenek Zhou mengusap kepala cucunya itu. "Akan ku ceritakan sebuah kisah....." Nenek Zhou pun menceritakan kisah lama yang sudah sepuluh tahun dia simpan. Sambil sesekali dia batuk darah. Mungkin umurnya sudah benar-benar akan habis.
"Ada hal semacam itu Nek?" Chen Long sebenarnya sudah sedikit tau akan hal itu. Namun dia berpura-pura terkejut, Karna sewaktu jiwanya hendak masuk kedalam tubuh Long Chu yang masih bayi. Dia melihat kejadian itu dan siapa yang sudah mengejar ibunya si bayi. Namun dia tidak tau pasti siapa orangnya. Tapi dia masih sedikit ingat garis wajahnya.
"Disana ada sesuatu yang Nenek simpan. Ambilah, itu milikmu!" Nenek Zhou menunjuk ke arah kotak kayu yang lusuh. Long Chu langsung mengambil kotak kayu itu dan membukanya.
Dia melihat sebuah kalung permata berwarna biru cerah, Itu terlihat sangat indah. Kemudian dia mengalungkannya dileher.
"Tidak banyak yang bisa aku berikan kepadamu, Selain teknik beladiri yang biasa saja. tapi itu cukup untuk membuatmu melawan satu atau dua orang yang mengganggumu, Jika nanti takdirmu memang untuk mengubah tatanan dunia. Maka terimalah, Aku yakin kau akan menjadi orang besar, Adil dan bijaksana" Ucapnya lalu menghela nafas pelan dan perlahan dia merebahkan tubuhnya. Long Chu membantu Nenek Zhou untuk berbaring.
"Istirahatlah Nek!" Ucapnya lalu dia berdiri.
Namun Nenek Zhou menahannya. "Ambilkan aku kotak yang terlilit kain hitam yang ada diatas sana" Tunjuk Nenek Zhou ke sela atap.
Long Chu melompat untuk meraihnya. Lalu dia berikan kepada Nenek Zhou. "Bukalah itu ku berikan kepadamu" Ucapnya.
Long Chu segera membuka lilitan kain berwarna hitam itu dan membuka kotaknya. Dia pun melihat ada sebuah pedang dengan bilah yang berwarna merah. Dan juga ada sebuah kitab.
"Pedang yang bagus. ini benar untukku Nek?!" Tanyanya dengan raut wajah kegembiraan.
"Aku tau kau sering berlatih dibawah air terjun itu! dan aku juga tau kau sering berlatih pedang dengan ranting kayu. Ini adalah Pedang peninggalan suamiku. Tapi pedang ini, Bukan pedang pusaka. dia hanyalah pedang biasa. Berlatihlah sana! aku akan istirahat. dan jangan gangu aku, disitu juga ada kitab pedang miliknya meski tidak kitab pusaka. Tapi aku yakin jika kau menguasainya dengan sempurna. Maka kau akan menjadi pemuda yang hebat." Ucap Nenek Zhou
Long Chu segera keluar dengan hati senang dan wajah yang cerah.
Dengan ingatan Chen Long tua. dia membuat beberapa orang-orangan yang dia ikat di beberapa bayang pohon. Lalu mulai berlatih teknik Pedang Dewa.
Hanya ada tiga Teknik saja dari keseluruhan Kitab itu. sisanya adalah yang seperti Bab Pertama, Pelatihan tubuh. Bab kedua Penguasaan hati. Bab Ketiga Tiga teknik gerakan dan Bab ke empat penutup adalah nama-nama dari tanaman obat untuk menunjang tingkatan kependekaran.
Long Chu di untungkan dengan banyak Hal, Pertama dia bisa berlatih dari awal. Kedua dia tumbuh dihutan yang kaya akan sumber daya penunjang pelatihan..
Long Chu menggunakan Teknik pertama dari tiga teknik itu. dia mengingat semua gerakannya. Namun yang sulitnya adalah, Tubuh kecilnya belum benar-benar mampu untuk mendemonstrasikannya.
"Gerakan Pertama, Seni Pedang Pengoyak langit!" dia membuat gerakan seperti yang ada didalam ingatannya. Untungnya waktu itu dia menghafal semuanya meski tidak memperlajari hingga akhir. Waktu itu karna umurnya sudah mencapai seratus tahun jadi dia tidak bisa lagi berlatih Gerakan ketiga. dia hanya menguasai dua gerakan saja. Namun sekarang dia sangat yakin bisa menguasai ketiga gerakan Teknik Pedang Dewa itu.
Setelah cukup lama melatih gerakan Pertama, dia langsung mengkombinasikan dengan ilmu meringankan tubuh yang sudah sempurna dia bergerak seperti angin dengan cepat menebas dua hingga tiga orang-orangan sawah. Namun serangannya masih belum terlalu rapi.
"Aku harus menguasai dengan baik gerakan pertama ini, Dan aku tidak ingin terburu-buru seperti dulu." Gumamnya.
Hingga waktu malam hari dia pun mengakhiri latihannya. Dia segera masuk untuk meminta ijin pergi ke Air terjun, Karna Nenek Zhou sudah tau kebiasaan dia yang selalu melatih konsentrasi disana.
Akan tetapi ketika dia memanggil Nenek Zhou beberapa kali tidak ada sahutan. Segera dia mendekat. Sebuah kejutan yang tidak membahagiakan dia lihat. Dimana Nenek Zhou tidak lagi terlihat bernafas.
Dia menarik nafas yang dalam, kemudian menyentuh pergelangan tangan Nenek Zhou dan juga memeriksa apakah ada udara yang keluar dari hidung, Namun nihil.
"Nenek..!" Teriaknya nyaring sambil menggoyangkan tubuh Renta itu. Namun Hasilnya sudah dapat dipastikan bahwa Nenek Zhou sudah tiada.
Long Chu. Segera bersujud tiga kali. Tidak puas dengan itu dia menambahnya lagi.
Setelah itu segera menggali lubang dan membuat pemakaman yang layak untuk Nenek Zhou sebagai penghormatannya. "Budi baikmu telah mendarah daging ditubuhku Nek, Dan semua pesanmu akan ku ingat!" Ucapnya sembari menyeka air mata. dia bersujud tiga kali Lagi dipemakaman itu. Kemudian berdiri dan mengeratkan pedangnya untuk berlatih lagi.
"Aku akan keluar dari Hutan ini ketika aku sudah mulai memasuki Gerakan ketiga" Gumamnya.
Hari-harinya pun diisi dengan latihan. dia yang kesepian selalu berlatih sendirian tanpa teman. Jika ada orang yang melihatnya maka bisa dikatakan dia menjadi seorang tarzan. dengan pakaian seadanya hanya kalung yang terlihat berharga dan mungkin pedangnya juga.
Malam dia berendam pada ramuan penguat tubuh untuk lebih menyempurnakan fisiknya. siang dia akan berlatih Pedang Gerakan pertama. Hingga dua tahun kembali berlalu. kini dua gerakan sudah dia kuasai dengan sempurna.
"Gerakan Pertama, Seni Pedang Pengoyak Langit"
Swush~~ Dia menebas dengan cepat beberapa batang pohon yang tersusun rapi dengan potongan yang rapi pula.
"Gerakan Kedua, Seni Pedang Pembunuh Naga!" Memadukan dengan ilmu meringankan tubuh sangat efektif untuk serangan dari dua arah dengan maju kedepan menusuk lalu berputar dan memindahkan posisi kaki lalu menebas berbalik.
"Yang tidak aku fahami kenapa gerakan ketiga harus menggunakan Qi, Apa itu Qi? sungguh aku belum menemukan Seorang pendekar selama aku hidup yang memiliki Qi. Atau mungkin saja Qi itu, Sama halnya dengan tenaga dalam" Gumamnya. "Mungkin sama saja hanya beda sebutannya saja" Dia meyakinkan dirinya "Lebih baik aku berlatih lagi" Ucap nya
Siang hari kembali tiba...
Long Chu sudah mempersiapkan semua keperluannya untuk pergi dari hutan yang telah membesarkannya selama dua belas tahun.
Dia berjalan sebentar ke arah Ceruk dimana dia dilahirkan lalu bersujud disana sebentar. "Wahai wanita yang melahirkan tubuh ini! Aku tidak tau kesulitan apa yang sudah kau alami. Dan entah kau masih hidup atau sudah mati. Tapi, aku berjanji untuk membalaskan semua sakit hati yang kau alami suatu hari nanti"
Selesai dengan segala urusannya dia pun melangkah tak tau arah. hanya semilir angin yang mengiringi langkahnya "Untung ada beberapa perunggu yang disimpan oleh Nenek Zhou hingga aku bisa memanfaatkannya. Tapi aku masih Tak punya pakaian bagus. Kemana aku harus pergi agar tidak ada yang mengatakan aku pengemis!" Gumamnya ketika melihat pakaian yang dia kenakan yang terlihat ada beberapa tambalan
Catatan: Mata uang disini masih menggunakan Perunggu, Perak dan Koin emas. Di konversikan seperti ini saja. 1 koin emas sama dengan seratus Perak, Seratus perunggu sama dengan satu Perak..