PENGANTIN PENGGANTI

Mathew baru saja keluar dari lift menuju ruangannya.

"Selamat pagi tuan Mathew, Agel sekertaris nya menyapa dan mengikuti Mathew keruangan nya.

"Apakah Mike belum kembali dari Turin?"

"Belum tuan, kemungkinan siang ini sudah kembali".

"Apa saja jadwal ku hari ini Agel?".

"Sebentar lagi tuan meeting dengan perusahaan milik nona Clarissa, Blizzard Company".

"Menjelang sore kosongkan jadwalku".

"Baik tuan Mathew".

"Kau boleh pergi Agel".

"Saya permisi".

Setelah sekertaris nya keluar, Mathew memejamkan mata sesaat dan melonggarkan dasinya.

Pikirannya tidak bisa fokus ke pekerjaannya, yang ada di otaknya Miranda Miranda Miranda.

Tanpa sadar Mathew membuka laptopnya dan menyambungkan ke CCTV yang ada di mansion. Satu-satu camera mencari keberadaan Miranda dan berhenti dikamar mereka.

Tampak Miranda yang meringkuk diatas tempak tidur, sedang menangis.

"Ada apa dengannya", batin Mathew.

*

Miranda tersentak, ia ketiduran.

Mata nya melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul satu siang.

Sudah waktunya jam makan siang. Apa sekarang saja aku kekantor Mathew sekalian makan siang bersama.

Mathew pasti belum makan", batin Miranda.

Miranda tahu selama bersamanya jika tidak diingatkan, Mathew tidak pernah makan tepat waktu.

Pria itu selalu saja disibukkan dengan pekerjaannya, tidak pernah memperhatikan kesehatan.

Miranda membersihkan dirinya.

Kemudian mencari pakaian yang pas untuk ia pakai ke perusahaan Mathew.

Ia memilih little black dress , model one - shoulder sangat pas ditubuh Miranda.

Seperti biasa ia hanya menyapukan makeup tipis diwajahnya.

Dipadukan dengan clutch dan heels membuat penampilan Miranda begitu sempurna.

Ia turun kebawah, dilihatnya beberapa pelayan sedang menyiapkan menu dimeja makan.

"Selamat siang nona Miranda, apakah nona ingin makan sekarang?", tanya Lilian.

"Tidak Lili, aku ingin makan bersama suamiku.

Aku ingin membawakan makanan dari rumah. Bisakah kau membantu ku menyiapkannya?".

"Tentu saja bisa nona.

Nona silahkan memilih makan apa saja, nanti saya akan mempersiapkan nya".

Miranda memilih menu yang akan dibawanya.

Setelah selesai ia meminta supir yang ada mengantarnya ke perusahaan Mathew.

Dilihatnya jam tangan sudah menunjukkan pukul satu tiga puluh.

Miranda tidak tahu Mathew sudah makan atau belum.

*

Sesampainya di perusahaan milik Mathew, Miranda menuju private lift, ia menekan tombol lima puluh lima tempat dimana ruangan Mathew berada.

Ia tidak perlu lagi melaporkan kunjungannya ke resepsionis karena sebelumnya Mike sudah menjelaskan siapa Miranda.

Miranda sudah mendapatkan akses untuk menggunakan semua fasilitas yang ada di perusahaan Mathew.

Setelah keluar lift Miranda melangkahkan kakinya menuju ruangan Mathew.

"Selamat siang nona Miranda", sapa Agel .

"Siang, apa suami ku ada di ruangan Agel?".

"Ada nona, tapi masih ada tamu tuan setelah meeting tadi, mari saya antar nona".

"Tidak perlu, aku bisa sendiri. Kau lanjutkan saja pekerjaan mu", ucap Miranda sambil berlalu.

Tiba didepan ruangan Mathew, Miranda membuka pintu dan tubuhnya tampak bergetar hebat melihat kedalam ruangan.

Mathew yang duduk dikursi nya, fokus ke laptop. Ia tidak seorang diri disana ada perempuan cantik dan seksi duduk di sandaran tangan kursi Mathew sementara tangannya bergelayut manja di bahu Mathew.

"Sayang...", Mathew memfokuskan tatapannya kepada Miranda yang berdiri mematung dibalik pintu.

Sementara perempuan tamu Mathew dengan malas melepaskan tangan manja nya dari bahu Mathew.

"M-aaf... kedatangan ku mengganggu kalian", ucap Miranda terbata-bata. Menahan air matanya. Ia tidak tahu lagi harus apa, ingin berbalik? Ia sudah di hadapan mereka.

"Hei...tidak ada yang merasa terganggu dengan kehadiran mu sayang.

Clarissa ini teman lama ku.

Mathew melangkah mendekati Miranda yang masih berdiri mematung.

"Clarissa perkenalkan Miranda ini istriku", ucap Mathew dengan tegas.

Clarissa terkejut mendengar penjelasan Mathew, tentu saja ia tidak suka Mathew menikah. Ia sangat berharap dinikahi laki-laki itu, teman sekaligus rekan bisnisnya.

Clarissa mengumpat dalam hati nya, ia tidak suka dengan kehadiran perempuan bernama Miranda itu, mengganggu ia dan Mathew saja.

"Ehm... selamat atas pernikahan kalian Math", ucap Clarissa terdengar ramah dibuat-buat.

Miranda tau ucapan itu tidak tulus, ia menatap Clarissa yang sedang menatapnya tajam menunjukkan permusuhan.

"Baiklah Clarissa, tinggalkan kami aku ingin berdua dengan istriku", ketus Mathew.

Wajah Clarissa tampak tidak suka .

"Ehm... baiklah kita lanjutkan lain kali pembahasaan tentang proyek kita Math", jawab Clarissa sambil mengambil tasnya di meja dan mendekati Mathew ingin mengecup pipi Mathew.

Mathew mengetahui gelagat itu, ia menghindar dan meminta Clarissa untuk langsung keluar dari ruangan nya.

...***...

YUK BACA JUGA:

MARRIAGE AGREEMENT

MENJADI YANG KEDUA

AIR MATA SCARLETT

FIRST LOVE LAST LOVE

SERPIHAN HATI ELLENA