Dalam rumah tangga, CINTA saja tidak cukup, ... Masih diperlukan kesetiaan untuk membangun kokoh sebuah BIDUK.
Namun, tak dipungkiri TAKDIR ikut andil untuk segala alur yang tercipta di kehidupan FANA.
Seperti, Fasha misalnya; dia menjadi yang KEDUA tanpa adanya sebuah RENCANA. Dia menjadi yang KEDUA, walau suaminya amat sangat MENCINTAI dirinya. Dia menjadi yang KEDUA, meski statusnya ISTRI PERTAMA.
Satu tahun menikah, bukannya menimang bayi mungil hasil dari buah cinta. Fasha justru dihadapkan kepada pernikahan kedua suaminya.
Sebuah kondisi memaksa Samsul Bakhrie untuk menikah lagi. Azahra Khairunnisa adalah wanita titipan kakak Bakhrie yang telah wafat.
Tepatnya sebelum meninggal, almarhum Manaf memberikan wasiat agar Bakhrie menikahi kekasihnya yang telah hamil.
Wasiat terakhir almarhum Manaf, akhirnya disetujui oleh Bakhrie dan keluarganya tanpa melihat ada hati yang remuk menjadi ribuan keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAM TUJUH BELAS
Bagaikan gelegar petir yang menyambar panasnya matahari, dada King Miller bergemuruh, amarahnya berkobar- kobar mendengar kata poligami putrinya.
Bisa- bisanya, Fasha merahasiakan berita ini darinya yang bahkan selalu berusaha menenangkan kecemasan Aisha yang akhir- akhir ini sering mendapatkan alamat firasat.
"Pa?!"
Bachrie membulatkan mata mendapati sosok mertua yang dikenal arogan. Terlebih, Fasha yang tak pernah inginkan masalah rumah tangganya dicampuri oleh ayahnya.
Sejauh dia bernapas dan mengenal King Miller, CEO Millers corpora itu suka sekali menghakimi orang secara sepihak. Yah, Fasha tak mau ayahnya menyakiti Bachrie.
"Jadi kamu dipoligami?!" King menatap Fasha yang hanya menangis seolah menyesal jika permasalahan rumah tangganya diketahui olehnya.
"JAWAB!!!" teriak King.
King sampai berlari saat orang- orang cctv menginformasikan bahwa di rooftop telah terjadi perseteruan bahkan hampir saja Bachrie menjatuhkan tangan ke wajah Fasha.
Segera lelaki itu turun ke lantai, di mana lift yang ditumpangi Fasha berjalan. Sempat orang- orangnya memantau cctv karena sudah kadung memperketat pengawasan.
Semenjak hamil, King Miller menyuruh seseorang mengawasi putrinya. Bukan karena curiga, tapi lebih kepada bentuk penjagaan yang dilakukan seorang ayah.
Sebelumnya, jujur saja King Miller tak pernah ikut campur urusan rumah tangga Fasha dan Bachrie. Sekali lagi bukannya tak peduli, inilah bukti bahwa King Miller amat sangat percaya kepada Bachrie.
Bagaimana tidak percaya? ... Selama ini Bachrie menunjukkan sikap yang normal layaknya seseorang yang mencintai putrinya.
Semuanya normal, tak ada yang janggal, Bachrie begitu meratukan Fasha. Bahkan, Bachrie akan tantrum saat ada satu saja kuku Fasha yang patah.
"Ini bisa Bachrie jelaskan, Pa..."
Bachrie tak melanjutkan penjelasannya, satu buah bogem terlanjur mendarat di wajahnya dan membuat Fasha berteriak histeris. Inilah yang tak Fasha mau, ... Bachrie dihakimi.
"Kau bilang apa?" King kembali meraih kerah baju Bachrie yang sampai detik ini tak mau melawan mertuanya.
Bachrie hanya menangis menyesal, dia akui, dia terlalu buta saat cemburu. Sehingga, dengan mudahnya dirinya mengalut tanpa melihat situasi dan kondisi di sekitarnya.
Seharusnya, Bachrie tak boleh gegabah, King Miller tak boleh tahu akan berita poligami yang keluarganya rahasiakan. Atau, lelaki kaya raya itu akan memisahkannya dengan Fasha secara sepihak.
"Bisa dijelaskan katamu?" King terkekeh remeh sebelum kembali melayangkan tinju untuk yang ke sekian kalinya.
Gelak tangis yang Bachrie keluarkan saat terhempas ke kap mobil seseorang bukan karena kesakitan di tubuhnya, melainkan ketakutan akan nasib pernikahannya bersama Fasha setelah ini.
"Jelaskan soal apa hah?!! ... Soal apa lagi sampai kau harus membuat putriku menangis seperti ini, Bachrie?!!"
"Mas Manaf mewasiatkan..." Belum selesai Bachrie memberikan penjelasan, King Miller tak sabar menjatuhkan kembali tonjokannya.
Bachrie terkapar di lantai, ia menutup wajahnya yang frustrasi. Fasha masih berusaha menghalang- halangi, tapi King Miller bukan seseorang yang mengalah.
"Bachrie! ... Mas!"
Satu persatu orang- orang mulai berdatangan. Termasuk, Fatima, Azahra dan Sudjatmiko yang miris dengan kondisi Bachrie.
Begitu pula dengan Aisha, Rayyan, Syahrul, Nabeel dan Gantara beserta keluarga lain yang juga menyaksikan betapa brutalnya, seorang ayah menghakimi menantunya.
Bachrie tak melawan, lelaki itu hanya pasrah diombang-ambingkan tendangan dan pukulan yang King Miller hujankan pada tubuhnya.
"Cukup, King! ... Kau bisa membunuh putra ku!"
Sontak, King menatap besannya. Besan yang selama ini King hormati. "Apa ini, Jatmiko?!"
"Dalam hal ini, saya yang salah."
Sudjatmiko mengaku lirih, yah, dia yang tak bisa lakukan apa pun tatkala istrinya, juga keluarga Azahra mendesaknya agar merestui pernikahan kedua Bachrie.
"JELAS KAU YANG SALAH! TAPI PUTRA MU LEBIH DARI SALAH!" King memukul salah satu kap mobil hingga terlepas dan terbuka.
Selain sebagai pelampiasan kemarahannya yang membara, King Miller ingat akan sesuatu. Di mobil SUV itu, dia meletakkan selang khusus untuk menguras bahan bakar.
Fasha dan lainnya mendelik melihat aksi King yang tak terduga. Lelaki itu mengeluarkan bahan bakar dari mobil mahalnya hingga mengalir ke arah tubuh lunglai Bachrie.
"Pa!" Fasha segera merangkul King yang sudah meraih korek api dari dalam saku celananya. "Sudah cukup, Pa!"
"JANGAN BELA DIA!" King lebih sakit saat Fasha masih membela Bachrie yang jelas- jelas telah mematahkan hati seorang ayah.
"Kau tahu, Bachrie!" King meneriaki Bachrie yang masih menangis di lantai sana.
"Walau hanya satu tetes, aku bahkan tidak pernah mau melihat air mata Acha keluar. Dan hari ini, ... kau menumpahkan banyak sekali air mata putri kesayangan ku!"
Bachrie merintih merapal kata maaf. Bachrie tak pernah bermaksud membuat Fasha menangis, tapi semua terjadi begitu saja.
"Tidak muluk- muluk, aku hanya menyuruh mu membahagiakan putriku. Aku sudah berikan Fasha pendidikan yang tinggi, mengajarkan etika yang baik, aku rawat dia hingga sebesar dan secantik ini lalu kau nikahi!"
Fasha dan semua orang yang ada di sana berusaha mengendalikan emosionalnya masing- masing. Tak terkecuali, Fatima dan Jatmiko.
"Sebagai orang tua sudah aku didik Fasha menjadi pribadi yang punya harga diri. Aku jaga dengan ketat Fasha hingga tidak tersentuh sama sekali. Fasha masih gadis yang murni saat kau nikahi! ... Kau tahu, Bachrie! ... Aku memberikan putriku yang berharga, bukan untuk dipoligamil!"
Bachrie meringkuk, bernaung di bawah pertolongan Sudjatmiko dan beberapa pengawalnya sesaat setelah King Miller berusaha menyalakan korek apinya.
Hanya Fasha yang paling lantang mencegah karena sejauh ini tak ada yang ikut campur urusan King Miller sekalipun itu Mimi Aisha dan saudara Fasha yang lainnya.
Yah, kalau biasanya Aisha menjadi seseorang yang paling depan untuk menegur tingkah arogan suaminya, kali ini, seorang ibu yang disakiti itu hanya diam membiarkan Bachrie dihakimi suaminya secara brutal.
"Pa, jangan lupa, Mas Bachrie ayah dari bayi yang Fasha kandung, Pa!"
King terkekeh seketika. "Lelaki lemah sepertinya tidak akan pernah pantas menjadi ayah cucuku!"
"Pa!" Fasha berusaha menghalau langkah ayahnya, bersamaan dengan itu, perutnya keram dan terduduk di sisi Bachrie.
"Ah!"
"Sayang!" Bachrie segera meraih Fasha yang meringis memegangi perut.
"JANGAN SENTUH PUTRIKU!" larang King.
Disaat yang sama pula Rayyan dan Syahrul bergerak maju untuk meraih Fasha sementara Nabeel berjaga memeluk Aisha.
"Dia istri Bachrie, Pa!" Bachrie berteriak tak terima dijauhkan dari Fasha.
"Kalian sudah berakhir!" putus King. Fasha dibawa ke mobil untuk dilarikan ke Rumah Sakit sekaligus dipisahkan dari Bachrie.
Aisha masuk ke dalam mobil Nabeel, dan King masuk ke dalam mobil Rayyan yang membawa Fasha. Melihat itu, Bachrie berusaha menghalangi, mengejar mobil Rayyan yang kian melaju.
Menggedor kaca jendelanya. "Sampai kapan pun, Bachrie tidak akan pernah menceraikan Fasha, Pa! Tolong jangan pisahkan kami! ... Demi Allah, Bachrie sangat mencintai Fasha, Pa! ... Pa! ... Jangan bawa istriku!!! ... Bachrie sangat mencintainya!!! ... Jangan bawa istriku King Miller!! ... Haargh!!!"