# Teen#
Xyan Xalvador, cepat Kau katakan cinta padaku!! teriak Zephira Zelene. "please... Xyan ... say to me, if you love me!"
Apakah yang terjadi antara keduanya? kenapa Zelene memohon Xyan berkata seperti itu?
yuk simak simak ada apakah antara mereka? Bagaimana kisah mereka? mampir yuk mampir... dan jangan lupa beri dukungannya slalu ... lope lope sejagad muah muah...💝😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cara Aku Lepas Darimu...
Pagi itu , pagi pagi sekali , Xyan datang ke kampus dan datang ke ruangan kepala yayasan.
" Selamat pagi pak. Maaf saya harus meninggalkan kota ini. Karena orang tua angkat saya sakit dan butuh teman di kota asal saya pak. Jadi saya mau mengajukan cuti untuk semester ini. "
" Oh begitu. Tapi apakah akan lanjut masuk ke kampus ini lagi?"
" Iya kemungkinan semester depan pak."
" Oke. Saya akan berikan surat pemberitahuan ini pada pemilik yayasan langsung."
" Terima kasih pak. "
" Hati hati Xyan. Semoga orang tua angkat mu segera sehat dan pulih."
" Terima kasih pak."
Xyan pun melangkah keluar dari kantor itu. Xyan segera berlari dan meninggalkan kampus hari itu.
Xyan hari itu juga pindah tempat kost. Kebetulan masa kontrak kost dia habis saat itu.
" Valdish kau tunggu pembalasanku sepuluh kali lipat pada kalian."
" Aku harus cepat temukan cara untuk lepas dari Vara. Hmmm aku dapat ide bagus. Karena aku juga tak bisa meninggalkan dia. Aku selalu harus menjaga dia. Aku tak mau kejadian yang di alami adik aku akan kembali dia alami. Jika hal itu terjadi sungguh aku tak bisa hidup lagi. Princess.. Hati hati lah kau harus baik baik saja. Selama aku tidak ada. Mungkin sampai di sini takdir kita. "
Xyan memantapkan hati pergi sejauh mungkin dan menghilang dari mereka semua.
" Mungkin kita akan bertemu dengan versi yang baru, my Princess !"
Pemuda tampan itu pun mengikat rambutnya yang panjang dan meninggalkan semua yang pernah dia lakukan di sana.
" See you again my princess...!"
...****************...
Hari itu, Zelene yang baru pulih dari trauma dirinya , datang ke kampus dengan sedikit ragu dan takut. Sejak kejadian yang menimpa dirinya itu , Zelene jadi gadis yang lebih pendiam , murung dan sendu. Tidak ceria dan tidak berapi api lagi seperti pertama dia masuk ke kampus lalu.
Di depan gerbang langkah itu jadi berat. Terkenang semua kejadian yang hampir saja membuat dia celaka dan kehilangan mahkotanya.
Tapi dia harus tetap kuliah karena tidak mau sang kakak yang temperamental itu tahu kejadian itu.
Dan Zelene juga tidak mau Daddy dan mommy nya tahu juga masalah itu. Hingga membuat mereka cemas dan kuatir.
Keraguan itu membuat dia seakan tak sanggup untuk masuk kuliah hari itu.
Dan yang membuat dia jadi terkejut lagi dia melihat Vannetta sedang bergurau dan bincang bincang sangat dekat dan akrab dengan Vara.
Tak sengaja saat melintas tadi dia mendengar sayup-sayup.
" Hahahaha jadi gadis sok alim sok suci dan sok kuasa itu sudah dikerjain sama kakak kamu? "
" Dengar dengar sih begitu , tapi karena kejadian itu, paha kakak aku cidera karena ada laki laki bermasker yang datang menyerang dan menolong dia. Hingga semua anak buah kakak aku juga pingsan di buatnya. Dia pasti jago banget deh. Bukan pemuda biasa pasti dia. "
" ehmmm jadi penasaran. "
" Eit ingat ingat Lo, kau sudah jadi milik kakak aku. Jadi kau tidak bisa selingkuh dari kakak aku Lo , kalo loe mau aman dan selamat sih."
" Aduh Vara adik ipar sayang. Kagak mungkin lah aku selingkuh dari Valdish kakak mu. Bisa bisa aku di bunuh kakak mu seperti violet dulu."
Tiba tiba Vara langsung membekap mulut, Vannetta, " Hust... Sssssttt kau mau mati di tangan kakak aku. Jangan sampai ada yang tahu Lo. Kalo sampai ada yang tahu aku yakin kau yang dipenggal dulu sama kakak aku!!!"
Zelene yang mendengar hal itu langsung tambah syok. Dan dia segera menjauh dari sana.
" Jadi jadi... Kak Violet di bunuh mereka?"
" Aku ... Aku harus beritahu kakak."
" Untung saja aku rekam percakapan mereka."
Saat Zelene mau lari dia melihat rombongan Valdish lewat, Zelene kembali bersembunyi di salah satu pohon rindang di taman kampus.
Tak lama Valdish pun lewat dan berlalu. tanpa melihat ada Zelene di sana.
Zelene langsung lemas dan jadi limbung. Saat itu tiba tiba sebuah tangan kokoh terayun menopang tubuhnya yang sudah seperti jelly.
" Hah siapa kamu?" tanya Zelene saat sadar ada mahasiswa asing menopangnya tadi.
" Ah... Maaf aku baru masuk kampus hari ini. Aku mahasiswa baru di sini. "
" oooh salam kenal. Terima kasih sudah bantu aku. "
Pemuda dengan kacamata tebal dan ada tompel di pipi kirinya itu pun tersenyum. Dengan gigi sedikit tongos dia tersenyum pada Zelene.
Zelene yang masih syok dengan berbagai kejadian pagi itu sangat sangat syok.
Seakan mengerti apa yang dialami Zelene , Pemuda itu mengulurkan sebotol air mineral untuk menenangkan Zelene.
Tak lama keadaan Zelene pun membaik. Ada sedikit senyum tipis di bibir sang pemuda tadi.
Zelene memandang mata pemuda di depannya. Dengan sangat lekat.
" Mata itu. Kok mirip dengan mata yang aku tahu selama ini. Mata yang mirip dengan mata penolong aku itu ya? Dan kenapa aku tiba tiba jadi nyaman sama pemuda baru ini. Aku merasa aku sudah kenal lama sama dia. Tapi dimana?"
" Siapa nama kamu" tanya Zelene.
" Aku... Aku... Vador. Iya Vador "
" Ehm sekali lagi terimakasih ya Vador. kamu baik sama aku."
" Apa kamu sudah baik baik saja? Nama kamu siapa?"
" Zelene . Panggil saja aku Elene. Supaya gampang mengingat. Aku juga tidak ingin lagi pakai nama Zelene. Nama itu membuat aku terluka untuk beberapa hal. "
Pemuda itu memandang lekat wajah Zelene yang selalu murung.
" Baik. Tapi karena aku mahasiswa baru yang belum punya teman , boleh tidak jika aku jadi teman kamu?"
" Ehmmm boleh boleh sepertinya kita seusia ya?"
" ehmmm mungkin iya. "
" Elene, kamu kenapa apa kamu lapar?"
" Ehmm iya ayo ke kantin aku traktir kamu sebagai ucapan terima kasih karena sudah bantuin aku tadi. "
" Boleh . terima kasih ya. kamu baik juga."
Zelene tersenyum tipis . Tapi sang pemuda tiba tiba merasa sangat lega saat melihat Zelene tersenyum walau dipaksakan.
" Kamu mau makan apa?"
" Aku mau soto aja tanpa kecap dan pakai jeruk nipis dan sambal yang banyak."
Zelene langsung menjatuhkan tas kuliahnya tanpa sengaja. Dan memandang lekat lekat pemuda di depannya.
" Eh ada apa ? Apaa ada yang salah?"
Tiba tiba Zelene sadar dan mengambil tas yang jatuh dan menggeleng gelengkan kepalanya.
" Maaf maafkan aku. Aku hanya teringat sama seseorang yang dulu pertama kali aku ajak makan juga minta menu yang sama. Tapi ... Tapi dia... Dia... Sudah... Hiks ... Hiks... " air mata Zelene tiba tiba menetes dan dia tanpa sadar menangis di tempat dia berdiri.
Pemuda itu terkejut melihat reaksi berlebihan Zelene ini. Tiba tiba tangannya terkepal kuat kuat hingga buku buku tangannya menjadi putih dan kukunya menancap di dalam tangannya sendiri.
Tanpa sadar dia langsung memeluk Zelene. Yang semakin menangis sejadi jadinya. Zelene yang sekarang sungguh berubah seratus delapan puluh derajat.
Tidak ada lagi Zelene yang ceria yang semangat dan yang tegas seperti dulu.
Sekarang Zelene jadi pemurung, pendiam dan sensitif. Dia mudah sekali menangis tiba tiba. Sungguh rapuh jiwa Zelene yang sekarang.
Pemuda itu semakin memeluk erat tubuh Zelene yang terguncang dalam Isak tangis yang dalam. Di dada bidang sang Pemuda. Ya g tersembunyi di balik jaket lusuhnya itu.
Mata pemuda itu tiba tiba berkilat tajam dan bagaikan belati bermata dua.
" Kalian tunggu pembalasanku. Aku akan balas dua puluh kali lipat sekarang pada kalian semua!!!!!" geram sang pemuda lusuh dan terlihat sangat kumel itu.
Tapi bagi Zelene dia adalah pemuda yang sangat dia butuhkan. Dan entah mengapa Zelene merasa , pelukan dan detak jantung itu tidak asing baginya. Detak jantung dan kehangatan yang juga pernah dia terima saat dia terguncang seminggu yang lalu.
" Detak jantung ini, pelukan ini, aroma tubuh ini? Kenapa sangat sama dengan penolong aku yang seminggu lalu ya?"
" Tapi... Apakah benar ini wajah asli dia tanpa masker ?"
Zelene terus bertanya tanya dalam hatinya.
Tapi Zelene masih diam . Dia tidak ingin sembarangan lagi mengungkapkan identitas seseorang. Karena Zelene sekarang sadar , musuh mereka adalah pembunuh berdarah dingin yang menakutkan.
Di genggam erat tas kuliah yang menyimpan bukti pembicaraan Vara dan Vannetta tadi.
Bagaimanakah nasib Zelene selanjutnya. Apakah dia akan baik baik saja? Atau dia akan tetap jadi target orang orang yang menandai dia?
Bersambung...