Terima kasih narin, kamu sudah menepati janjimu" Ucap sari didalam hati.
Sari seorang gadis desa yang memiliki kelebihan dapat melihat sosok tak kasat mata mendapatkan beasiswa untuk bersekolah dikota. Hari-harinya selalu kesepian namun kesepian itu menjadi sirna setelah narin datang ke hidupannya. sari berteman baik dengan sosok tak kasat mata itu. Namun sayang mereka harus berpisah karna sesuatu
walaupun begitu tetap narin ingat dan menepati janjinya kepada sari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gitafiq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tega
Hari demi hari pun berlalu, hari ini anak-anak asrama mendapatkan kabar yang membahagiakan, karena hari ini santi akan kembali ke asrama.
Setibanya santi di asrama, tentu saja kedatangan santi membuat anak-anak asrama bahagia.
Yang dulu sempat tidak tertolong keselamatannya, kini sudah bisa berkumpul kembali di asrama tempat mereka bertemu.
Santi yang baru saja tiba diantar oleh kerabatnya saja, karena kedua orang tuanya sudah lebih dulu pulang ke desa karena tanaman mereka di desa sudah memasuki musim panen.
Belum sempat santi menaruh barang-barangnya ke dalam kamar, tiba-tiba mira yang tidak sabaran mengajak santi untuk duduk di ruang tv terlebih dahulu.
Ternyata selama ini, mira tak sabar menunggu cerita santi siapa yang sebenarnya tega mengirimkan sosok pengganggu kepada santi.
"san, cepat cerita! Kemaren sebelum kami pulang jenguk kamu, kamu bilang sudah tau siapa pelakunya" tanya mira yang sudah tidak sabar.
Santi pun mendengar pertanyaan mira sambil melihat anak-anak asrama yang lain termasuk juga sari ikut memenuhi ruang tv dengan raut wajah yang serius dan kepo ingin segera mengetahui siapa pelakunya.
Tak lama santi pun tertawa "selama ini kalian nunggu jawabannya ya?". Sambil mengeluarkan sesuatu di tas selempangnya.
Betapa terkejutnya sari dan teman-temannya ternyata yang dikeluarkan oleh santi adalah kancing baju yang di berikan oleh mbah pardi.
"sayangnya mbah pardi salah. Aku bukanlah orang yang baik" sambil terus memegang kancing tersebut.
Lalu sari yang masih bingung mencerna maksud santi pun bertanya "santi terus gimana kabar orang yang mencelakai kamu?.
Dengan nafas berat santi pun menjawab
"orangnya sudah meninggal karena aku tidak memberinya kancing baju ini"
Dengan sedikit tertunduk santi pun mengeluarkan air matanya "Sebenarnya kancing baju ini dipegang oleh kedua orang tuaku, namun sebelum orang tuaku pergi ke desa, aku memohon kepada orang tua ku untuk tidak memberi kancing baju tersebut dan memberikannya kepadaku saja. Karena saat aku kerasukan yang terakhir, aku seperti bermimpi melihat orang yang mengirimkan gangguan ini dan orang itu adalah bibiku. saat itu ia tengah membenturkan kepalanya kedinding sambil merintih kesakitan namun dia sendiri tidak bisa mengendalikan kepalanya sendiri"
"Jadi kenapa bibimu tega melakukan ini san? Tanya eka yang duduk di samping santi sambil sesekali mengusap air mata santi.
Santi pun dengan masih tersedu-sedu kembali melanjutkan ceritanya.
"sebenarnya kejadian ini bukan pertama kali terjadi, sebelumnya kejadian ini terjadi kepada kakakku sehingga merenggut nyawanya. Yang aku tidak habis pikir kenapa bibiku tega sampai menghabisi nyawa kakakku"
Semua yang mendengar cerita santi pun terkejut, tidak habis pikir kenapa bibi santi tega melakukan itu kepada keponakannya sendiri.
"Terus dia betulan cari kancing baju ini" tanya ratna lagi.
Santi pun menganggukkan kepalanya dan menjawab pertanyaan ratna "iya, dia datang ke rumah memohon-mohon ke orang tua ku meminta kancing baju ini dan menjelaskan alasan dia melakukan semua itu karena melihat anak dari kedua orang tuaku pintar dan sukses tidak seperti anaknya yang bodoh dan pemalas. Dia mau nasib kami sama dengan anaknya. Tapi orang tua ku beralasan kalau kancing baju ini sudah mereka buang. Aku juga nggak ngerti kenapa harus kancing baju ini jadi penolongnya. Sehingga saat dia mengetahui kancing baju ini tidak ada dia menyumpah serapah orang tuaku dan pergi dari rumah orang tua ku mengambil batu dan melemparkannya ke orang tuaku untungnya orang tuaku tidak membalas. Lalu kemarin baru aja aku dikabari orang tua ku kalau bibi meninggal secara mendadak, dia ditemukan meninggal didalam kamarnya tergeletak dengan bekas darah di kepala dan dinding kamarnya"
Mendengar itu pun semua yang ada disitu turut prihatin dengan yang terjadi dengan keluarga santi. Sambil terus mengusap punggung santi yang masih menangis.
"kira-kira aku jahat gak ya gara-gara nggak kasih kancing baju ini? tapi aku dendam banget kenapa kakakku harus diambil nyawanya. Baru aja kakakku kerja di kota dengan niat memperbaiki ekonomi keluarga tapi harus mengubur mimpinya dengan dirinya" tanya santi kepada temannya.
Sari dan teman-temannya hanya bisa terdiam. Tak lama sari pun mendekat kearah santi. "san kami paham perasaanmu terlebih nyawamu juga hampir melayang. Meninggalnya seseorang memanglah sudah ada garis takdirnya, dan meninggalnya kakak dan bibimu bukan salah siapa-siapa tapi sudah kehendak allah"
Santi yang mendengar ucapan sari pun menggenggam tangan sari sambil berkata "makasih ya sar, sudah ngingatin aku ini sudah cukup membuatku lega. Semoga kakak dan bibiku diterima di sisi allah SWT amin"
Mereka pun semua berpelukan bersama untuk menguatkan santi.