NovelToon NovelToon
Menyulam Rasa Di Balik Cadar Alina

Menyulam Rasa Di Balik Cadar Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / CEO / Konflik etika / Romansa / Penyesalan Suami / Slice of Life
Popularitas:15.9k
Nilai: 5
Nama Author: Pearlysea

Meski sudah menikah, Liam Arkand Damien menolak untuk melihat wajah istrinya karena takut jatuh cinta. Pernikahan mereka tidak lebih dari sekedar formalitas di hadapan Publik.

Trauma dari masa lalu nya lah yang membuatnya sangat dingin terhadap wanita bahkan pada istrinya sendiri. Alina Zafirah Al-Mu'tasim, wanita bercadar yang shalihah, menjadi korban dari sikap arogan suaminya yang tak pernah ia pahami.

Ikuti kisah mereka dalam membangun rasa dan cinta di balik cadar Alina🥀

💠Follow fb-ig @pearlysea

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pearlysea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

•Hasrat Liam•

Setelah berbincang dengan Raka, Liam merasa sedikit lebih tenang meski hatinya masih jauh dari lega. Ia bangkit, mengucapkan selamat tinggal pada sahabatnya, dan melangkah keluar dari kafe. Sinar matahari siang yang cerah menusuk matanya, memaksanya mengangkat tangan untuk meneduhkan pandangan sejenak sebelum melangkah ke trotoar.

Liam merogoh saku celananya, mencari ponselnya. Begitu menemukannya, ia langsung menghubungi nomor bengkel yang sebelumnya mengurus mobilnya.

"Halo, ini Liam. Bagaimana dengan mobil saya? Apakah sudah ada perkembangan?" tanyanya, suaranya sedikit tegang.

Petugas bengkel menjelaskan bahwa perbaikan masih berjalan dan membutuhkan beberapa jam lagi. Liam menghela napas, menahan rasa jengkel yang perlahan muncul.

"Baiklah. Tolong kerjakan dengan baik dan segera hubungi saya jika semuanya sudah beres" jawabnya singkat.

Ia lalu mengangguk dan segera menekan ikon merah untuk memutus sambungan telepon.

Selesai menutup telepon, Liam merasa ada dorongan kuat untuk segera pulang. Meskipun hatinya berat menghadapi Alina setelah pertengkaran mereka.

Liam berdiri sejenak di tengah keramaian jalan, ia merasakan keheningan kontras yang menghantuinya. Dengan satu tarikan napas, ia memesan taksi online, siap untuk menghadapi apa pun yang menantinya di rumah.

Begitu taksi online yang dipesannya tiba, Liam segera masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya dengan helaan napas berat. Baru saja ia hendak memberi tahu alamat rumah, tiba tiba ia teringat permintaan Alina untuk membawakan bunga lili. Meski hatinya masih diliputi perasaan jengkel, ada sesuatu yang membuatnya tak bisa mengabaikan pesan itu.

"Pak, bisakah kita berhenti di toko bunga sebentar?" tanyanya pada sopir dengan nada datar.

Sopir itu mengangguk ramah.

"Tentu, Pak. Ada toko bunga di jalan menuju tujuan Anda."

Liam hanya mengangguk pelan sambil melirik ke luar jendela, berusaha mengabaikan keraguan yang mendadak muncul. Ia tak pernah terbiasa memenuhi permintaan semacam ini, apalagi untuk seseorang yang seharusnya ia abaikan. Namun, rasa bersalah yang perlahan merayap di dalam hatinya menuntunnya untuk setidaknya melakukan hal kecil ini.

...~~~~...

Seorang pria keluar dari taksi, menggenggam buket bunga lili yang diminta istrinya. Liam menghela napas pelan, masih mencoba menenangkan pikirannya yang bergolak, lalu berjalan menuju rumah.

Saat tiba di depan gerbang, matanya tertuju pada sebuah mobil yang perlahan melaju keluar dari halaman rumahnya. Hatinya bergemuruh, kecurigaan tiba-tiba merayap. Siapa yang datang ke rumahnya saat ia tidak ada?

Tanpa berpikir panjang, Liam mempercepat langkahnya, langsung memasuki halaman rumah dan melihat Alina berdiri di beranda, tampak masih melambai ke arah mobil yang telah pergi.

"Alina," panggil Liam dengan suara tegas, menghampiri istrinya.

"Siapa yang baru saja datang?"

Alina tersentak sedikit, namun dengan cepat ia menjawab dengan tenang.

"Oh, itu sepupuku, dia datang mendadak,"

Liam memicingkan matanya, masih memandang Alina penuh selidik.

"Pria atau wanita?" tanyanya, nadanya serius dan tajam.

Alina terdiam, terkejut oleh pertanyaan itu, seolah merasakan cemburu tersirat di dalamnya. Ia menarik napas dalam, lalu menjawab dengan tenang,

"Wanita. Dan ya...aku tidak pernah berhubungan dengan pria asing tanpa kepentingan."

Liam mengangguk perlahan, sedikit lega namun tak sepenuhnya percaya. Dengan tangan yang masih memegang buket bunga, ia mengulurkan bunga itu ke arah Alina dengan memalingkan muka, merasa sungkan.

"Ohh, manisnya…" Dibalik cadarnya Alina tersenyum, matanya berbinar saat menerima buket bunga lili itu.

"Terima kasih,"

Liam hanya mengangguk kecil, menatap Alina sejenak.

"Besok aku akan mulai ke kantor lagi. Jika kau ingin berbakti padaku, maka mulai sekarang siapkan semua yang ku butuhkan." ucap Liam suaranya datar dan menyindir.

Alina mengangguk, ia tersenyum sedikit menahan tawa.

"Dengan senang hati, Yang Mulia…" jawabnya, dengan nada bercanda.

Liam merasakan kehangatan sikap Alina menjalar di hatinya, menyentuh sisi gelap yang ia sembunyikan. Melihat binar sepasang mata terang Alina membuat hatinya terenyuh, sadar akan sikap arogannya selama ini, demi untuk menjaga agar hatinya tidak terluka, ia telah mengorbankan wanita yang benar benar tulus.

Tapi lagi lagi, Liam benar benar tak bisa sepenuhnya lepas pada kebekuan yang terlanjur membuatnya nyaman.

"Halo…?" Suara Alina tiba-tiba menyadarkannya. Tangan mungilnya melambai tepat di depan wajahnya, membuat Liam tersentak seperti baru tersadar dari mimpi.

"Oh_" Liam mengerjap beberapa kali, buru-buru memasang kembali ekspresi datarnya.

"Tidak ada," katanya cepat, mencoba tampak tenang meskipun ia sadar Alina melihatnya dengan tatapan penuh tanda tanya.

Alina menatapnya, suara tawa terdengar kecil di telinga Liam.

"Kau melamun, Liam? Ini pasti hal yang besar sampai membuatmu lupa sedang ada di mana" godanya.

Liam berdeham, lalu, dengan nada yang lebih lembut ia bertanya, mengalihkan pembicaraan Alina

"kau… masak apa hari ini?"

Mata Alina berkilat jahil.

"Jangan bertanya, Liam. Lihat saja sendiri!” Sebelum Liam sempat bereaksi, Alina mendorongnya masuk ke dalam rumah dengan semangat yang seolah berlebihan.

Ayo, aku sudah menyiapkannya"

Liam tersentak, merasa sedikit janggal, tetapi menurut saja.

"kau… sangat bersemangat," Liam meliriknya curiga.

"Tentu saja! Aku masak spesial hari ini."

"Jangan-jangan kau mau meracuniku?"

"Sayangnya aku belum menemukan orang yang menjual sianida."

"Dasar istri durjana!"

"Ya Allah tolong selamatkan aku dari Firaun!"

"Alina!"

"Ahaha..."

Rumah itu nampak sedikit lebih hangat oleh tawa Alina, mungkin ini awal yang baik untuk pernikahannya, dan jika di perkenankan Alina ingin mempertahankan ikatan suci itu sesuai janjinya pada diri sendiri.

Ia semakin yakin bahwa dari sikap Liam selama ini, pasti ada alasan, karena tidak ada asap jika tidak ada api.

...~~~...

...Pukul 22:01...

Liam duduk di balik meja kerjanya, Laporan-laporan perusahaan dan dokumen kasus yang sedang dalam penyelidikan berderet memenuhi meja, namun perhatiannya tampak setengah teralihkan. Sudah berjam-jam ia berusaha fokus, namun pikirannya terus berkecamuk.

Bayang- bayang para wanita dari masa lalunya muncul kembali, menghadirkan rasa pahit. Luka-luka yang mereka tinggalkan membuat hatinya menjadi dingin dan sulit mempercayai cinta.

Lalu tiba-tiba, di antara berkas yang terselip, jari-jarinya menyentuh sesuatu yang asing. Matanya menangkap secarik foto yang sudah lama ia lupakan, foto Alina, yang diberikan oleh ibunya sebelum mereka menikah.

Liam tersentak sejenak, menatap lekat foto itu. Dalam potret tersebut, Alina tersenyum teduh, tampak tenang dan sederhana. Ada ketulusan yang terpancar, berbeda dari kesan yang biasa ia rasakan. Senyum Alina dalam foto itu, membuat hati Liam bergetar, menimbulkan perasaan yang sulit diabaikan. Tanpa sadar, seulas senyum tipis muncul di wajahnya.

Masih menatap foto itu, Liam berdiri dan berjalan menuju ranjang. Ia duduk di tepi kasur, masih menatap senyum di wajah Alina yang seolah berbicara padanya, menembus sisi dinginnya.

Lama ia terdiam, matanya tak mau lepas dari foto tersebut. Perlahan, perasaan hangat yang tak biasa mengalir dalam dirinya.

Pria tampan itu menghela napas dalam, merasakan debaran di dadanya. Ada hasrat yang tiba-tiba menyala, perasaan yang tidak pernah ia bayangkan akan dirasakannya untuk Alina.

Liam lalu berbaring di ranjang, masih memegang foto tersebut erat-erat. Ia berusaha menghalau gejolak itu, tapi entah kenapa dirinya seolah merasa nyaman dalam kungkungan hasrat pada Alina.

Semakin ia mencoba mengendalikan perasaannya, semakin kuat keinginannya untuk membayangkan melakukan sesuatu bersama Alina, ingin merasakan senyuman dan sentuhan nyata dari Alina yang selama ini ia abaikan.

...[••••]...

1
Joko Medan
brati hukumn liam lbih mengerikn klw gitu🤣🤣

ud la ngalh salh satu ungkapin prasaan. tpi jangn alina y, liam az yg ungkapi lbih dulu dn bobok ny jang pisah kamar. eh, tpi jangn dulu nti khilaf. blum nikh ulang soal ny😅.
🌷💚SITI.R💚🌷
msh aja saling tertutup blm membùka klu saling mencintai..
🌷💚SITI.R💚🌷
jd gregetan sm alina yg bikin liam tumbang..alina alina sekarang kamu tertawa di atas pr deritasn liam siap² nanti kamu yg nangis liam yg ketawa😁
Joko Medan
klw mau ksih hadiah atw vote ap hrus nonton iklan dulu y kk
Pearlysea🌻: Vote boleh nonton iklan juga boleh, apalagi dua duanya... love love❤❤❤
total 1 replies
Joko Medan
hahahaha, liam2. tringat kawn ku, ku ajk naik kyk gini. abis kq aku dimaki2 ny🤣🤣

ayo hukumn ap dri liam. kn jdi mikir yg gk2😂. ap gk sebaik ny pernikhn mreka ni diperjels y. krna dri awal banyk x perjnjian2 dibuat liam.
Pearlysea🌻: Sabar ya kak lagi proses pdkt dulu🥰
total 1 replies
Sunaryati
Lanjuut, memang begitu Liam agar hidupmu tak monoton, hatimu beku dan pikiranmu kamu, bener kan Alina
Sunaryati
Semoga semakin membaik hubungan mereka,normal layaknya suami istri. Perjanjian kontrak dihapus. Perubahan positif Liam meningkat, serta otw bahagia
Joko Medan
mrtua alina benar2 mmperlakukn alina dgn baik.

sbelum ny liam mmbuat kontrk utk prnikhan mreka. dn skarang liam sprtiny ingin mlanjut kn prnikah sesungguhny. klw bgitu liam dn alina hrus ijab kabul ulang. krna disaat liam mmbuat perjanjian2 itu, ud trmsuk talak. nmany talak mudhaf. talk yg ud ditentukn.
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
🌷💚SITI.R💚🌷
smg alina bisa membuka hatiy buat suamiy dan tdk keras kepala lg kan liam sekarang sdh menyadari kesalahany..smg ke depan lbh baik lg menjadi kel yg samawa tdk ada lg surat perjanjian..dan mereka jd suami istri yg sesungguhnya.. lanjuut
Sunaryati
Nah kan hati telah membeku karena trauma cinta masa perlahan cair karena kamu, Alina. Mungkin Liam memang jodohmu
Joko Medan
ciiieeee,, babang liam mulai membuka hati🥰😂.

ayo alina, bukn kh itu yg kau harapkn. saling mmbuka hati.
🌷💚SITI.R💚🌷
smg rumah tangga mereka ters lbh baik lg dan alina biasa menerima luam dengan sepenuh hati dan menjadikan liasam suami yg sesungguhnya buat alina
🌷💚SITI.R💚🌷
sabar liam kamu hrs bisa mengambil hati istri kamu, jangan main kasar nanti sakit hati dan ga mau dengan kamu lg...lanjuut
Pearlysea🌻
MasyaAllah💕 terimakasih supportnya kak🙏
Joko Medan
gk sabar nunggui keuwuan mreka. slalu like n komen dong kk. klw poin cukup psti ksih hadiah☺️

sehat2 jga buat author ny. biar bsa doble up😁✌️
🌷💚SITI.R💚🌷
smg kehangatan dan perubahan liam sm alina trs bahagia dan alina jg bisa menerima perubahan liam,setelah alina bagus sia bisa menerima liam sepenuh hati jg,tdk ada lagi perdebatan diantara mereka..lanjuut
🌷💚SITI.R💚🌷
smg kamu bisaaa me jadi penerangan buat liam ya alina..krn sia mshenutuo diriy dr lenenaran
Sunaryati
Semoga benar hatimu telah terkat dengan kuat, jangan goyah jika mantanmu yang sepupuan dengan Alina merayumu. Kau sudah janji pada dirimu sendiri akan melindungi, mencintai, dan tidak akan melukai hatinya
Ku tunggu buktinya Liam.
Joko Medan
uluh uluh liam, bsa sakit jga ternyata 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!