NovelToon NovelToon
Feathers

Feathers

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Beda Dunia / Iblis / Dunia Lain
Popularitas:509
Nilai: 5
Nama Author: Mochapeppermint

Mereka bilang aku adalah benih malaikat. Asalkan benih di dalam tubuhku masih utuh, aku akan menjadi malaikat pelindung suatu hari nanti, setelah aku mati. Tapi yang tidak aku tahu adalah bahaya mengancam dari sisi manapun. Baik dunia bawah dan dunia atas sama-sama ingin membunuhku. Mempertahankan benih itu semakin lama membuatku mempertanyakan hati nuraniku.

Bisakah aku tetap mempertahankan benih itu? Atau aku akan membiarkan dia mengkontaminasiku, asal aku bisa menyentuhnya?

Peringatan Penting: Novel ini bisa disebut novel romansa gelap. Harap bijak dalam membaca.
Seluruh cerita di dalam novel ini hanya fiksi, sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mochapeppermint, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 The Seed

Kedua mataku terbuka.

Apa tadi?

Rasanya sebuah mimpi membangunkanku. Tapi benarkah? Tapi kenapa aku masih bisa mendengar suara itu di telingaku seolah nyata?

Aku terduduk dan melihat ke sampingku, mengamati Suster Nadia. Namun Suster Nadia masih tertidur. Jadi siapa yang memanggilku?

Amy.

Aku terkisap keras. Jantungku seolah melompat keluar ke kerongkonganku. Suara itu lagi. Bahkan kini aku bisa mendengarnya dengan jelas.

“Suster Nadia.” Panggilku pelan. “Suster!” Panggilku sekali lagi namun Suster Nadia malah berbalik memunggungiku dan aku mendengar nafasnya kembali teratur dan berat.

Aku menatap pintu kamar yang tak jauh dari kasurku dan menelan ludah dengan susah payah. Perlahan aku menurunkan kedua kakiku dan mengendap-endap untuk mengintip dari pintu yang aku buka sedikit. Sejauh yang bisa kulihat lorong depan sepi dengan penerangan yang redup.

Beberapa saat aku hanya mengintip dan menunggu. Namun suara itu tidak lagi terdengar. Jadi apakah tadi aku bermimpi?

Saat aku sudah menutup pintu dan kembali ke kasurku, sebuah tarikan terasa di dadaku. Seolah menarikku kembali ke arah pintu. Aku merutuki diriku sendiri yang malah memutar kenop dan membuka pintu lebar-lebar. Angin dingin langsung menerpa wajahku, walau bulu kudukku meremang aku tetap berjalan keluar. Lantai batu di bawah kakiku dingin, cukup menyadarkanku bahwa aku keluar dari kehangatan kamarku yang aman pada pagi buta namun aku tetap berjalan.

Tidak ada siapapun saat aku melewati lorong demi lorong. Aku tidak tahu aku berjalan kemana, namun langkahku pasti. Dadaku berdebar-debar dengan kencang tapi tidak ada rasa takut di benakku.

Kini kakiku menginjak sesuatu yang empuk dan basah. Aku berjalan melalui taman. Angin dingin menusukku lebih kencang, mengibarkan dedaunan di pepohonan dan menyibakkan awan-awan gelap di langit. Sinar bulan mulai menerangi dan semuanya mulai terlihat jelas.

“Amy!” Itu suara yang berbeda. Tapi langkahku tidak berhenti.

Aku melihat sebuah pergerakan di balik pagar besi. Saat aku berpikir itu hanyalah bayangan pohon, perlahan gerakan itu berubah menjadi sosok siluet seorang manusia. Aku terhenti saat merasakan sebuah tatapan yang jatuh padaku. Tatapan itu terasa seperti sentuhan fisik di kulitku, membelai dengan lembut.

Saat aku mengambil satu langkah lagi, seseorang tiba-tiba memelukku dengan erat dan harum cendana memenuhi indra penciumanku.

“Amy!” Pelukan itu kuat dan dia mengguncangku. “Amy! Sadarlah!”

Sosok di balik pagar bergerak mendekat, namun tiba-tiba dia berhenti. Entah bagaimana aku bisa merasakan kemarahan mulai menyebar darinya. Kedua bahunya yang lebar menegang. Aku ingin memanggilnya untuk mendekat, namun sesuatu membekap mulut dan rahangku dengan kuat.

“Amy! Kumohon sadarlah! Amy!”

Aku bisa melihat sosok itu bergerak dan aku mengulurkan tanganku ingin menjangkaunya, namun guncangan di tubuhku semakin kuat menghalangiku bergerak lebih jauh. Malahan aku mulai mundur beberapa langkah.

“Amy, kembalilah padaku. Kumohon.”

Suara itu tidak lagi menuntut dengan keras, namun memohon dengan sangat hingga rasanya cukup menyayat hatiku. Sesuatu membasahi pipiku. Aku menoleh dan mendapati Pastor Xaverius di hadapanku. Dia memelukku erat-erat dan kedua matanya tampak basah, berkilat di bawah sinar bulan. “Pastor?”

“Terimakasih Tuhan!” Ucapnya sambil memelukku semakin erat seolah dia takut kalau aku akan menghilang begitu saja.

Harumnya sangat enak dan tubuhnya hangat. Entah bagaimana kini aku merasakan udara dingin dan tubuhku mulai menggigil. Kedua bahuku bergetar dan rahangku mengetat menahan hawa dingin yang menusuk.

“Kamu membiusku?” Tanyaku di dalam pelukkannya.

Pastor Xaverius mengendurkan pelukkannya. “Tentu saja tidak.” Kerutan di dahinya sangat dalam dan kedua matanya menatapku dengan tajam namun dengan cepat tatapan itu tergantikan oleh tatapan kekhawatiran. Tangan besarnya yang hangat menangkup wajahku yang terasa dingin. “Kamu membuatku ketakutan setengah mati.”

“Aku?” Tanyaku bingung. “Aku…” Aku menoleh dainya. Entah kenapa aku menoleh ke arah gerbang, seolah aku menunggu sesuatu. Tapi apa? Kenapa aku menunggu sesuatu yang bahkan tidak aku ingat? Kenapa tidak ada apa-apa disana?

“Amy.” Pastor Xaverius menangkup wajahku dan menarikku kembali menatapnya. “Lihatlah aku jangan yang lain.” Ucapnya sungguh-sungguh. “Disini tidak aman. Ayo kita masuk.” Dia sudah menarikku sebelum menunggu jawaban dariku.

1
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
cerita ini benar-benar bisa menenangkan hatiku setelah hari yang berat.
Yue Sid
Gak sabar nunggu kelanjutannya thor, semoga cepat update ya 😊
Mochapeppermint: Thank you 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!