Kayvan Hadi Wijaya, pria berusia 24 tahun.
seorang pria tampan berdarah campuran.
ia adalah satu satunya pewaris kerajaan bisnis sang ayah
" WIJAYA GROUP "
Namun percayalah,
menjadi seorang pewaris tak serta merta membuatnya bahagia dan tenang.
segala aturan dan beban tanggung jawab yang di timpakan di pundaknya menjadikan seorang Kayvan Herald Hadi Wijaya menjadi seorang raja jalanan.
ia lebih nyaman berada di jalanan dan melakukan balap liar serta tawuran dan masih banyak hal mengerikan lain yang ia lakukan bersama anak buahnya yang lain, ketimbang duduk manis di atas kursi bundarnya.
namun tiba tiba hidupnya berubah, dunianya seolah teralihkan ketika tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang gadis bernama Zalwa Aisyah Mawardi.
gadis cantik berusia 22 tahun,
Zalwa seorang yatim piatu.
sayangnya, Zalwa telah bertunangan.
hasrat Kayvan yang ingin memiliki gadis itu membuatnya gelap mata.
ia tak lagi peduli meski gadis itu tak mencintainya, meski gadis itu telah bertunangan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34 Kayvan yang egois
Kayvan terus menatap Zalwa tak berkedip.
Hatinya nyeri melihat penampilan dan kondisi Zalwa saat ini karena ulahnya.
Gamis Zalwa compang camping, rambutnya awut awutan.
Entah di mana hijab yang tadi menutupi mahkota indah gadis itu.
Kayvan dengan brutal telah melepasnya dan melemparnya entah kemana tadi.
Rambut hitam panjang dan lurus Zalwa menutupi sebagian wajah gadis itu.
Jantung Kayvan seolah berdetak lebih kencang saat netranya melihat bahu terbuka gadis itu.
Sebenarnya Kayvan tak tega melihat Zalwa saat ini.
Ia ingin sekali mendekat kemudian memeluk dan menenangkan gadis itu.
Membawa Zalwa dan membenamkan wajah cantik Zalwa yang kini pasti telah sembab karena air mata ke dalam dadanya.
Tapi egonya jauh lebih tinggi.
Apalagi ketika ia teringat kala Zalwa tersenyum lebar dan begitu hangat kepada pria lain,
Kala Zalwa lebih memilih menjaga jarak dengannya di banding menerima dirinya.
Sungguh hatinya terasa sakit dan terluka meski tak berdarah.
Ia ingin Zalwa yang datang kepadanya, memeluknya dengan erat dan menenangkan dirinya yang sedang di penuhi oleh api amarah dengan senyuman yang sama seperti senyuman yang pernah gadis itu berikan untuk pria lain itu.
Tapi apa yang di inginkan Kayvan jelas tak akan pernah terjadi.
Saat ini Zalwa nampak sibuk meratapi dirinya sendiri.
Bahkan kini, gadis itu terlihat meringkuk dan memeluk kedua lututnya sendiri di pojok sofa.
Bahunya nampak turun naik menandakan ia sedang terisak.
Suara tangis Zalwa seakan menyakiti gendang telinga Kayvan.
Pria itu mengepalkan tangannya erat erat.
Pelan tapi pasti,
Kayvan menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya dengan kasar, darahnya berdesir melihat bahu Zalwa yang terbuka dan nampak turun naik.
Tiba tiba pria itu melangkah ke arah kursinya di balik meja.
Kemudian meraih jazznya.
Lalu ia kembali kepada Zalwa.
Ketika ia berada dalam jarak yang
sedikit dekat dengan Zalwa, Kayvan melempar jazz itu kepada tubuh Zalwa.
" tutupi tubuhmu " katanya dingin.
Tak lama.
Bruakkkk.....
Suara pintu di banting terdengar begitu keras, hingga membuat Zalwa terjengkit kaget.
isaknya kian terdengar keras saat Kayvan tak lagi ada di ruangan itu.
Sesak sekali rasanya dadanya kini.
Ia benar benar merasa tak berharga, bagaimana ia akan menghadapi Zakaria nanti.
" ya Allah...apa salah dan dosaku, kenapa Engkau libatkan aku dengan laki laki yang menyeramkan seperti itu hiks...hiks....
Aku takut ya Allah, aku takut....." Zalwa terus terisak sambil memeluk kedua lututnya.
Tubuhnya bergetar hebat.
Keringat dingin membasahi keningnya.
Jazz Kayvan telah tersampir di tubuhnya dan menutupi sebagian tubuhnya.
Cklek....
Pintu terbuka,
Maya masuk dengan membawa baki berisi makanan dan minuman.
Mata wanita muda itu terbelalak melihat kekacauan di dalam ruangan itu.
Serpihan serpihan yang Maya tak tahu apa itu nampak berserakan di lantai.
Belum meja dan kursi sofa yang sudah berada tidak pada tempatnya.
Netra Maya langsung terarah pada Zalwa yang meringkuk di pojok sofa panjang.
" nona....!! " dengan berseru Maya segera meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja.
Kemudian ia berlari ke arah Zalwa.
" nona...!! " panggilnya lagi.
" nona...kau baik baik saja ?! " Maya terpekik melihat kondisi Zalwa.
Merasa ada suara yang berbeda, Zalwa mendongak.
Gadis itu langsung menghambur memeluk Maya dengan erat.
Tangisnya kembali pecah tak lagi bisa ia bendung.
Melihat orang lain selain Kayvan di ruangan itu, seolah Zalwa menemukan air di oase padang pasir yang luas.
Pundak Zalwa turun naik dengan cepat tanda gadis itu benar benar terisak kini.
Sementara Maya,
Wanita itu merasakan ngilu di hatinya melihat kondisi wanita di hadapannya itu.
Jazz Kayvan yang melorot membuat Maya bisa melihat bekas bekas kemerehan di sekitar leher, tulang selangka hingga dada Zalwa.
Air mata menyusuri pipi Maya begitu saja.
" apa yang terjadi, kenapa anda bisa seperti ini...?! " tanya Maya.
Jujur ia bingung melihat kondisi gadis yang memeluknya dengan erat itu.
Sang presdir terlihat menyukai gadis ini walau terkesan kasar dan cuek.
Tapi ini.....
Kenapa Zalwa terlihat baru saja menerima kekerasan
Zalwa tak menjawab,
Tapi suara tangisnya kian terdengar keras.
Maya mengusap pungung Zalwa penuh perhatian.
" apa salahku...?!
Di mana letak salahku....aku hanya menerima panggilan telepon dari calon suamiku,
Tapi kenapa ia marah dan melakukan ini padaku " racau Zalwa membuat Maya melebarkan matanya.
Apa....
Calon suami....
Apa maksudnya...
Lalu....
Presdir....
" aku tidak pernah mengenalnya, aku juga tidak tahu siapa dia....
Tapi dia seolah berhak atas diriku, dia mengatur ngatur hidupku semaunya.
anda lihat bagaimana dia bersikap padaku.... ?! " Zalwa masih terus meracau membuat Maya sedikit bisa meraba apa yang telah terjadi.
Dan kesimpulannya adalah,
Mungkinkah atasannya itu cinta sendirian dan kini tengah memaksakan dirinya pada nona ini....?!
Tanya Maya di dalam hati.
Maya semakin mengeratkan pelukannya kepada Zalwa.
" tidakkah anda merasa....presdir mencintai anda ?! " kata Maya lagi.
Zalwa menggeleng.
" tidak...dia tidak mencintaiku, dia hanya terobsesi padaku...." jawab Zalwa kemudian.
" kenapa anda tidak pergi jauh saja nona ?! " kata Maya kemudian.
Sebagai seorang sesama wanita, hatinya turut merasakan apa yang kini tengah di rasakan Zalwa.
" andai aku bisa....aku ingin melakukannya..tapi bagaimana aku bisa jika kepergian ku nanti akan bisa menghancurkan seseorang yang sangat berarti dan berjasa dalam hidupku " jawab Zalwa.
Gadis itu mulai tenang dan mulai bisa mengendalikan dirinya.
Ya...
Pertanyaan Maya pernah ia pikirkan,
Tapi ingatan tentang ancaman Kayvan atas foto foto vulgar sang ibu membuatnya tak berdaya.
Zalwa menarik diri dari pelukan Maya dan kembali memeluk kedua lututnya sendiri.
tak ia hiraukan lagi jazz kayvan yang telah semakin melorot ke bawah.
Sementara Maya masih mengusap lembut pundak Zalwa yang terbuka.
Wanita masih mencoba memberi ketenangan pada gadis itu.
Cukup lama keduanya dalam posisi itu,
Tiba tiba Zalwa mendongak dan menatap Maya.
" siapa dia sebenarnya ?! " tanya Zalwa kemudian membuat Maya mengangkat alisnya.
" anda tidak tahu siapa dia ?! " Tanya Maya balik.
Zalwa menggeleng.
Maya menghela nafas.
Hubungan seperti apa yang sebenarnya presdirnya itu coba bangun dengan gadis ini.
Gadis ini bahkan tak tahu apapun tentang atasannya itu.
" Kayvan Herald Hadi Wijaya, putra tunggal tuan Hadi Wijaya sekaligus pewaris tunggal Hadi Wijaya Group "
Jelas Maya.
Sepi...
Sunyi....
Keheningan mencekam ruangan itu juga dua wanita itu.
Zalwa tertegun di tempatnya.
Matanya menatap sendu kepada Maya yang duduk di sisinya dengan tatapan miris kepadanya.
Zalwa pernah mendengar tentang tuan Hadi Wijaya, ia juga pernah berbincang sejenak dengannya.
Tapi ia tak tahu menahu tentang putra pria baya itu.
" apa aku menggajimu hanya untuk kau duduk duduk seperti ini Maya....?! " sebuah suara barinton mengejutkan Maya dan juga Zalwa.
Terutama Maya.
Wanita itu sontak bangkit dan berdiri dari duduknya.
" pres..dir..." kata Maya tergagap.