NovelToon NovelToon
Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Status: tamat
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Tamat / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

Gubee, Pangeran Lebah yang ingin merubah takdirnya. Namun semua tidaklah mudah, kepolosannya tentang alam membuatnya sering terjebak, dan sampai akhirnya menghancurkan koloninya sendiri dalam pertualangan ini.

Sang pangeran kembali bangkit, mencoba membangun kembali koloninya, dengan menculik telur calon Ratu lebah koloni lain. Namun, Ratu itu terlahir cacat. Apa yang terjadi pada Gubee dan Ratu selanjutnya?

Terus ikuti ceritanya hingga Gubee terlahir kembali di dunia peri, dan peperangan besar yang akan terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Ketiga

Di bawah cahaya bulan yang lembut, semut-semut merah raksasa tampak bergerak lincah di atas kuntum bunga Edelweis yang putih dan abadi. Warna merah tubuhnya terlihat jelas di antara kelopak bunga yang berbulu halus, menciptakan pemandangan yang menakutkan di tengah malam yang sunyi.

Di sela-sela bayangan dedaunan dan angin sepoi-sepoi yang menyentuh lembut, Semut merah raksasa itu menjelajahi setiap lekukan bunga Edelweis, seolah-olah sedang berpatroli di atas bunga tersebut.

Gubee terbang di atas hamparan bunga Edelweis, mencari-cari Semut merah raksasa yang dulu pernah ditemuinya. Dari atas, tampaklah semut yang ia cari. Ia terbang mendekati kuntum bunga yang dihinggapi oleh seekor serangga yang dulu dikenalnya itu.

“Kau kembali ke sini?” sapa Semut merah raksasa masih ingat dengan wajah Gubee yang sedang terbang rendah di hadapannya.

“Kau masih ingat aku?” tanya Gubee semakin mendekat.

“Tentu saja aku mengingatmu!” Semut merah raksasa berjalan ke samping, memberi ruang untuk Gubee hinggap di mahkota bunga yang sedang dihuninya. “Kemarilah!

Gubee menapaki kakinya di kuntum bunga Edelweis. Berdiri di sebelah Semut merah raksasa tanpa rasa takut sedikitpun.

“Apa kau kemari untuk mengambil nektar?

Gubee tersenyum mengiyakan.

“Ambillah!” Semut merah raksasa menyingkir dari tempatnya, berjalan ke sebuah daun yang tumbuh di tangkai bunga itu.

“Aku punya sesuatu untukmu,” ucap Gubee membuka penutup tabung tanah yang terikat di pinggangnya.

“Kau membawakanku minyak cahaya?” tanya Semut merah raksasa dengan wajah yang berbunga-bunga. Wajah yang sudah mulai tua itu, tampak berseri-seri.

Gubee menuangkan minyak cahaya ke tubuh Semut merah raksasa. Tubuh semut itupun bercahaya, menambahkan suasana terang di tangkai bunga yang di hinggapinya.

“Bagaimana kabar koloniku?

“Sangat berkembang pesat! Kolonimu telah memiliki Ratu baru,” jawab Gubee mulai mengisi tabung di pinggangnya dengan nektar bunga Edelweis.

“Benarkah!?” Semut merah raksasa tersenyum senang. “Aku sangat merindukan mereka!

Gubee memandangi wajah Semut merah raksasa. Wajah itu kembali tampak lusuh. Ada kerinduan yang bertahun-tahun menyesakkan semut itu. Tetapi dunia tidak lagi ramah bagi tubuhnya yang sudah sangat besar. Menempuh jalan pulang baginya sudah seperti menempuh jalan kematian.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Gubee prihatin.

“Baik. Lebih baik dari sebelumnya. Hanya saja, aku mulai bosan dengan tubuh ini. Aku sangat ingin pulang,” keluh Semut merah raksasa memandangi sekujur tubuhnya. “Haruskah ku coba kembali menuruni gunung ini?” pikirnya penuh dilema.

“Aku rasa, itu hanya akan sia-sia! Sebaiknya kau tetap di sini. Jalani saja takdir yang sudah kau pilih. Kau tidak perlu menyesalinya! Karena tidak hanya kau yang pernah mengambil keputusan yang salah,” saran Gubee meyakinkan semut itu.

Semut merah raksasa hanya diam. Ia merebahkan tubuhnya di atas daun. Matanya yang menyimpan banyak beban kerinduan, mulai menutup perlahan, tertidur menuju mimpi yang hanya ia yang tahu.

Gubee kembali memungut nektar bunga Edelweis, mengisi tabung tanah yang terikat di pinggangnya. Setelah tabung itu penuh, ia meninggalkan puncak gunung itu, kembali terbang di antara bunga-bunga Anggrek.

Separuh perjalanan menuju pulang, Gubee melihat seekor kunang-kunang yang sedang berdiam di daun pohon Oak. Kunang-kunang itu terlihat sedang menunggu sesuatu. Gubee pun menghampiri kunang-kunang yang memang dikenalnya itu.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Gubee pada kunang-kunang yang tidak lain adalah, Kunang-kunang tua yang dulu pernah menunjukannya jalan untuk sampai ke puncak gunung Alpen.

“Gubee?” Kunang-kunang itu tak menyangka akan kembali bertemu dengan Gubee. “Aku sedang menunggu seekor lebah,” jawabnya.

“Lebah?

“Iya! Dia lebah madu sepertimu.

“Ada urusan apa kau dengan lebah madu?” Gubee ikut duduk di daun tempat mereka bercerita. Mereka berdua terlihat seperti bintang kecil yang hinggap di daun pohon Oak.

“Aku sedang menunggu kabar darinya. Aku memintanya untuk menyampaikan pesan ke sungai Rhine. Tapi telah hampir dua pekan aku menunggunya sepanjang siang di tempat ini, dia belum juga kembali.

“Apakah lebah yang kau maksud itu, Albee?

“Kau mengenalnya?” Kunang-kunang tua tampak senang. Ia mulai merasa akan mendapatkan jawaban dari pertanyaannya selama ini.

“Dia bagian dari koloniku!

“Dimana dia saat ini?

“Dia, telah mati,” ungkap Gubee dengan nada sedih.

Wajah kunang-kunang tua ikut berubah rusuh. Jawaban Gubee tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. “Semua telah menjadi sia-sia,” keluhnya.

“Pesan itu telah tersampaikan. Kau tidak perlu khawatir. Aku yang pergi menyampaikan pesan itu.

“Benarkah?

“Ya! Katak-katak hijau yang ada di sungai Rhine akan melakukan perjalanan di awal musim gugur.

“Inilah kabar yang ku tunggu-tunggu selama ini! Kau telah menyelamatkan serangga yang ada di hutan ini Gubee!” Raut wajah Kunang-kunang tua kembali cerah.

“Sampaikanlah pada Katak hijau yang ada di danau karena aku lupa singgah di sana waktu kembali dari sungai Rhine. Katakan padanya untuk menunggu katak-katak dari sungai Rhine di danau itu.

“Aku pasti akan menyampaikannya!” Kunang-kunang tua memandangi Gubee. Wajah lebah yang ada di sampingnya itu masih terlihat murung. “Kenapa Albee bisa mati? Waktu itu dia baru saja mengambil nektar bunga Edelweis. Seharusnya umurnya bertambah panjang!

“Nektar yang diambilnya itu, bukan untuknya. Tetapi untuk Ratu lebah. Dia tidak meminum nektar yang dicarinya itu. Ia mati juga bukan karena umurnya yang telah habis, melainkan karena melindungi Ratu dan sarangku,” papar Gubee bertambah sedih.

“Apa yang terjadi dengan kolonimu?” tanya kunang-kunang tua penasaran. Sepertinya Albee tidak menceritakan apa yang telah terjadi pada kunang-kunang itu.

Gubee menceritakan semua yang dialaminya bersama Albee kepada Kunang-kunang tua. Cerita panjang yang menyedihkan di uraikannya dengan penuh haru, mengingat kembali masa-masa sulit yang selama ini ia hadapi.

“Aku turut bersedih dengan apa yang telah terjadi di kolonimu Gubee,” ucap Kunang-kunang tua setelah mendengar semua cerita Gubee.

Gubee menghapus sebutir air bening yang hampir jatuh dari sudut matanya. Senyuman tipis tampak terlukis dari bibirnya, merasa lega setelah bercerita. “Aku harus segera kembali ke sarangku,” ucapnya menatap malam yang sudah semakin pekat.

“Sebaiknya jangan sekarang Gubee!” Kunang-kunang tua menghentikan niat Gubee yang ingin segera kembali. “Katak-katak pohon sudah menyebar dimana-mana. Mereka bisa saja memangsamu! Sebaiknya kau melanjutkan perjalananmu esok pagi.

Gubee yang telah berdiri dan bersiap untuk pergi, menghentikan getaran sayapnya. “Ya. Kau benar. Aku sampai lupa pada bahaya yang ada di hutan ini,” putusnya kembali duduk.

“Ada lubang di pohon ini. Sebaiknya kita berlindung di sana. Udara di luar sudah semakin dingin,” ajak Kunang-kunang tua mengusap-usap telapak tangannya yang mulai tampak pucat.

Mereka berdua terbang menuju lubang yang berada di tengah-tengah pohon Oak. Bermalam di lubang itu, sampai mentari pagi kembali menyinari hutan tempat mereka berada.

Lanjut Bab 32

1
Idayati Taba atahiu
bagus ceritanya
Robi Muhammad Affandi: terimakasih kakaka.. 😊
total 1 replies
wekki
👌
Marissa
Cerita dongeng tapi buat yang udah remajaa... gaya bahasanya tinggi wkwkwk lanjut gass
Robi Muhammad Affandi: terimakasih/Smile/
total 1 replies
Robi Muhammad Affandi
Bosan dengan cerita drama ceo? mari kembali ke masa kecil, sejenak masuk ke dunia para serangga di hutan Alpen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!